Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Sabtu, 29 September 2018

BAHAYA AQIDAH SUFI

*BOROK- BOROK SUFI*

*AJARAN SUFI TASAWUF MERUSAK AQIDAH ISLAM*


⛔ Daya rusak /destruktif keyakinan sufi berhasil memporakporandakan aqidah Islam yang murni. Pernyataan ini bukan bualan tanpa bukti, tetapi berdasarkan fakta. Pengikisan aqidah dapat ditelusuri melalui pemalsuan, kedustaan, dan kebohongan yang diusung kaum Sufi dalam bentuk khurafat (takhayul) dan khaza’balat (hikayat-hikayat palsu).

⛔ Imam Marwan al-Azdiy (murid dari Imam Malik) berkata :

❏ ثَلاثة لاَ يُؤتمنُون في دِيـن:
«الصّوفي، والقصَاص، ومُبتدع يرد على أهل الأهوَاء " [تَرتيب المَـدارك 3/ 226]

"Tiga golongan yang tidak bisa dipercaya dalam agama: Shufi, tukang cerita (Qosshos), dan Ahlul Bid'ah"

⛔  Imam Yunus bin Abdil A'la berkata, aku mendengar langsung dari Imam As-Syafi'i (Muhammad bin Idris asSyafi'i) di berkata :

"لَو أن رجُلا تصَوّف أوّل النّهار لَم يَأت علَيـه الظّهـر إلّا وجَـدتَه أحمَـق ".
(مَناقب الشّافعي: 2/ 207)

"Andaikan ada seseorang belajar tasawuf di pagi hari, maka tidaklah sampai waktu dhuhur melainkan dia berubah jadi orang paling bodoh"


⛔ Wihdatul mashdar, yang menjadi salah satu ciri Ahlu Sunnah walJama’ah dalam penetapan permasalahan aqidah (keimanan) adalah mereka hanya berlandaskan _misykâtun nubuwwah,_ wahyu dari Allâh _Azza wa Jalla_ . Ahlussunnah tidak memandang akal semata², ilham, wangsit, mimpi, perasaan, qiyas dan kasyf sebagai bagian sandaran aqidah. Justru hal tersebut akan bertentangan banyak dengan nash al-Kitab dan Sunnah. Sehingga amat aneh bila ada orang yang lebih mendahulukannya di atas hujjah-hujjah al-Qur`an dan Hadits. Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wa sallam_ saja pernah menegur ‘Umar bin Khaththâb _Radhiyallahu anhu_ dari sekedar melihat-lihat lembar Taurat. Padahal sebelumnya merupakan kitab yang diturunkan dari langit meski tidak  dimasuki oleh tahrif-tahrif hasil penyelewengan tangan para pemuka agama mereka. Dan tentunya Taurat dalam konteks ini lebih afdhal daripada hasil qiyas akal manusia dan khayalan kalangan Sufi. Apalagi bumbu² khurofat, cerita² dusta dan dongeng² bohong menjadi bumbu agamanya.

⛔ Seiring dengan perjalanan waktu, semakin jauh umat dari masa kenabian, muncullah berbagai keyakinan dan ideologi dari luar al-Qur`ân dan Sunnah yang mengintervensi aqidah Islamiyyah. Yang mengotori, mencemari aqidah kaum muslimin.  Padahal kedudukan aqidah dalam agama seperti kedudukan akar pada sebuah pohon. Kalau akarnya bermasalah maka seluruh pohon akan bermasalah. Demikian pula jika masalah aqidah yang sudah qoth'i (paten) ini saja sudah sudah terkontaminasi maka yang lainnya pasti tidak beres.

⛔  Sufi dengan ajaran tasawufnya pun ikut menodai kejernihan dan kemurnian aqidah Islam. Keyakinan sufi yang penuh klenik, khurofat, tahayul, berupa kedustaan² mengotori aqidah Islam. Masuknya ideologi ini di tengah masyarakat menyebabkan terjadinya kegoncangan akidah pada akidah mayoritas umat Islam, pemikiran dan pandangan-pandangan mereka dan secara otomatis menjauhkan mereka dari aqidah yang dibawa oleh Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ .

⛔ Inilah salah satu dampak buruk yang harus dirasakan bila kekeliruan dan penyimpangan sangat dominan di masyarakat, akhirnya khalayak menganggapnya sebagai kebenaran. Pihak yang menentangnya dipandang keluar dari al-haq, alias kafir. Dan lebih menarik lagi, bangsa Barat memberikan atensi besar pada pengkajian khazanah ‘ilmiah’ Sufi, mencetak dan menyebarluaskannya serta menterjemahkannya ke berbagai bahasa. Tiada lain karena mereka sudah mengetahui bahaya Tasawuf bagi Islam dan umat Islam, bukan dalam rangka mendukung Islam. _Wallâhul musta’ân._


*KETKA KEYAKINAN AGAMA DIBANGUN DI ATAS KEDUSTAAN*

Maka yang ada hakekatnya seperti racun yang dikemas minuman suplemen.Kerusakan aqidah bila ditampakkan dengan terang-terangan, pasti akan ditolak oleh manusia-manusia yang berfitrah lurus dan berakal sehat. Maka, sebagian tokoh (tarekat Sufi) ajaran ini memperkenalkan tasawuf dengan slogan-slogan, visi dan misi yang menarik, agar mudah menggandeng manusia sebanyak mungkin, menegaskan bahwa dakwah mereka sesuai dengan ajaran Islam, misi mereka untuk mensucikan kalbu, membina akhlak dst slogan-slogan indah guna mengelabuhi umat. Jadinya kedustaan berbungkus islam.


⛔ Seorang pemuka tarekat di Mesir, Mahmûd as-Sathûhî menjelaskan bahwa Tasawuf merupakan inti sari pengamalan ajaran Islam, mengamalkan al-Qur`ân dan Sunnah, berjihad melawan musuh dan hawa nafsu. (!!). Sebagian pemuka aliran Tasawuf bahkan memandang bahwa seluruh Sahabat Nabi, generasi Tâbi’în dan Tâbi’ît Tâbi’în adalah pioner aliran Tasawuf karena sikap zuhud dan semangat berjihad mereka. (!?). Ha?


⛔ Ungkapan-ungkapan di atas hanyalah klaim kosong dan pernyataan NOL BESAR yang tidak berdasar. Seorang Muslim yang berilmu akan merasa keheranan dengan klaim-klaim (kosong tanpa bukti). Bagaimana mungkin mereka disebut mengikut al-Qur’ân dan Sunnah serta menjadi para pengikut dan penerus generasi terbaik umat?. Karena dari sisi aqidah terjadi perbedaan tajam antara aqidah para Sahabat dan kalangan Tasawuf, apalagi dengan aqidah tokoh besar Sufi, semisal Ibnu Arabi. Jarak perbedaannya bagaikan antara langit dan sumur.

⛔ Namun keheranan ini akan segera sirna begitu mengetahui bahwa klaim-klaim palsu dan tuduhan-tuduhan asal-asalan merupakan salah satu uslub (metode) memasarkan ajaran mereka dan menjauhkan umat dari kebenaran. Menjajakan kedustaan dikemas agama.


*BENAR-BENAR MERUSAK AQIDAH ISLAMIYAH*

⛔ Kekhawatiran terhadap ideologi Sufi tidak hanya lantaran kandungan penyelewengan akidah yang ada padanya,. Akan tetapi, juga karena penyebarannya yang begitu luas di dunia Islam. Akibatnya, terbentuk semacam opini bahwa kebenaran adalah apa yang ada pada kaum Sufi (?!).


⛔ Nukilan ini kami angkat dari kitab ‘Asyratu Mawaaqif Mudh-hikah Ma’ash-Shuufiyyah, karya Dr. Ahmad bin Abdil ‘Aziz al Hushain, Maktabah al Iman, Cetakan I, 1426 H – 2005 M. Dengan beberapa edit silahkan menyimak. (Redaksi).



⛔ Kebanyakan manusia dibuat terkesima dengan hikayat², tahayul² cerita bohong yang diklaim sebagai Karomah. Di antaranya kemampuan linuwih (: memiliki kelebihan) seorang penganut Sufi. Yang sering mereka sebut sebagai "aqthab" atau "aulia" atau "qudrat" , hingga mampu melakukan apa saja di luar nalar sehat. Seperti;

1- Pasti hebat. Memiliki kemampuan mengerjakan shalat lima waktu di Mekkah dalam sekejap, sholat jumat di Makkah lalu sholat 'asharnya sudah di kampungnya. Gila.

2- Anggapan Bahwa Manusia Bisa Bertemu atau Bersama Nabi Dalam Keadaan Terjaga. Mampu berbincang-bincang dengan Rasulullah dalam keadaan sadar terjaga, lalu rosulullah memberi ajaran sholawat begini, ajarkan amalan ini dan ini. Mengklaim diri telah menerima perintah atau kebijakan baru berkaitan dengan ajaran Islam

3- memiliki keajaiban-keajaiban yang tidak dimiliki orang biasa. Seperti bisa menyembuhkan orang sakit dalam.sekejap. Dokter gak laku caranya begini. Bisa memindah kecerdasan musuh ke tubuh ayam, lalu lawannya langsung goblok, bodoh mendadak. Bisa mengetahui pelajaran sebelum disampaikan (weruh sak durungé winarah, jawa). Bikin gurunya kebingunan. Bisa memindah ilmu ulama' salaf kepada dirinya dalam beberapa saat. Kalau begini caranya universitas bisa bubar. Amit- amit.

4- Keyakinan, Nabi bisa menghadiri Majelis- majelis pertemuan mereka.
Disebutkan, ada seseorang yang dikenal sebagai “wali”. Dia menghadiri majelis seorang ‘alim yang meriwayatkan sebuah hadits. Ketika mendengar sebuah hadits yang disampaikan orang ulama' tersebut, kontan sang “wali” berkata kepadanya :”hadits anda itu bathil”. Karena komentar tersebut, maka ahli fiqih tersebut kaget dan bertanya: “Dari mana engkau tahu bahwa hadits tadi batil ?” Sang “wali” ini menjawab,”Itu Nabi ada di atas kepalamu sembari berkata,’Aku tidak pernah mengatakan hadits tersebut’.” (Lihat Tanwiirul Malak 2/260).

Syaikh Bin Baz _rahimahullah_ menyebutkan bahwa kisah dan keyakinan sufi bahwa kehadiran Nabi _Shalallahu’alaihi wassalam_ dalam kehidupan nyata sebagai kesalahan yang paling parah dan telah menyelisihi alKitab, asSunnah dan Ijma’ para ulama.
(Risalah fit Tahdziri minal Bida’, hlm.18).

5. Membual mengatasnamakan Karomah.  Menjajakan peristiwa-peristiwa karomah walimerupakan sarana terpenting untuk menarik banyak manusia sehingga membuat mereka takjub, dan kemudian tertarik. seperti kemampuan terbang di langit, berjalan diatas`air, menghidupkan orang mati, menempuh perjalanan jauh dalam kedipan mata, bisa menghadiri 2 pertemuan dalam satu waktu, dan lainnya. Orang bodoh pun manggut-manggut ditipu. Karena kalau membantah dicap KAFIR. Kamu kafir kalau anti Karomah. Kamu MURTAD kalau anti Qudrat.

6. Kelewat Batas Dalam Hal Khurafat alias keterlaluan.
- Diceritakan bahwa, murid syaikh Husain Abu Ali yang bernama Ubaid, yang disebut-sebut sebagai wali, ia pernah diolok olok oleh sekawanan anak kecil. Ubaid pun berseru: ”Wahai Izrail, bila engkau tidak mencabut nyawa mereka, niscaya aku akan memecatmu sebagai malaikat,” maka semua sekawanan anak-anak itupun akhirnya mati dicabut Izrail. Rupanya Izrail takut pensiun. (Lihat al Luma’ hlm 264). Sungguh terlalu ngibul-nya.

- Contoh khurafat lainnya, konon Muhammad bin Ali alKitabi (wafat 112 H) mampu mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 12 ribu kali dalam satu kali putaran thawaf.

- AsSiraj athThusi mengatakan : “Ada seorang Sufi yang menikahi seorang wanita, usia pernikahannya sudah berlalu 30 tahun, akan tetapi istrinya masih tetap perawan”. (Lihat al Luma’ hlm 264).

7. Memiliki Keyakinan Berjumpa Dengan Nabi Khidr.
Mereka berkeyakinan bahwa Nabi Khidr masih hidup, berada ditengah manusia dan akan bersama sama dengan para tokoh sufi untuk menetapkan perintah dan larangan. Banyak hadits yang dinisbatkan kepada Nabi Khidr, akan tetapi dalam penilaian Ibnul Jauzi, hadits tersebut rata-rata batil. Keyakinan adanya perjumpaan dengan Nabi Khidr ini menjadi pintu masuk kebohongan-kebohongan yang dikemas di kalangan Sufi. (Lihat al Maudhu’at 1/195-197).

8. Pemakaian Kalimat “Kun fa Yakun”
Terhadap satu kisah yang sangat mustahil. Yaitu menceritakan seorang tokoh Sufi bernama Barakat al Khayyath (923H). Konon bila ia disuguhi daging kambing, akan tetapi yang ia inginkan daging burung dara, maka serta merta daging kambing tersebut berubah menjadi daging burung dara. Kisah lainnya, AlBiruni ketika ketemu perampok yang hendak merampoknya langsung diucapkan lumpuh, maka perampokpun lumpuh.


9. Menurut Kalangan Sufi, Para Wali Mengetahui Alam Ghaib
Anggapan seperti ini bisa dilihat dari pernyataan Ali Harazim ketika mengomentari syaikhnya, yaitu at-Tijani. Kata Ali Harazim : ”Dia (atTijani) mengetahui keadaan hati para muridnya, mengetahui kondisi lahir dan batinnya. Bahkan saat kami bersamanya, setiap orang dari kami khawatir jika aib kami disebarluaskan”.  (Lihat Jawahirul Ma’ani, hlm 63).

9. Tahayul/ Khayalan² lainnya yang berkedok KAROMAH.
Memiliki Kemampuan Mempersingkat Jarak Tempuh Yang Jauh. Dalam pandangan Sufi, jarak yang jauh bukanlah persoalan.Katanya, bisa ditempuh hanya dalam hitungan detik. Pesawat gak laku. Opo maneh becak...

- Semisal juga, bisa melihat Alloh, mengetahui segala hal termasuk bahasa batu, melihat kejadian masa depan, menyatu dengan Alloh sehingga tidak perlu shalat dan semacamnya. Benar-benar lebih sinting dari orang gila. Penderita saraf saja tak segitunya.

- Ada lagi, mereka berkeyakinan bahwa tongkat wali mereka yang selalu dibawa itu adalah pemberian nabi Hidir, jubah dan pakaian khas syaikh mereka adalah pemberian cucu Rasulullah lewat Kasyf tadi. Saya tambahi saja: jabattangan wali mereka dengan perempuan² ajnabi adalah perintah Setan. Sikap diam dan persetujuan syaikh wali mereka untuk memajang gambar² di kubur mereka adalah dari iblis.


10. Adanya ilmu Ladunni.
Menurut mereka, adalah disingkapnya alam ghaib bagi mereka. Caranya, dengan KASYAF (penyingkapan tabir),  tajliyat (penampakan) serta melakukan kontak langsung dengan Allah dan Rasulullah, dengan cucu Rosulullah, dan seterusnya.

- Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan hadits-hadits dha’if (lemah), munkar dan maudhu’ (palsu) dengan cara kasyaf. Sebagaimana dikatakan Abu Yazid Al-Busthami, “Kalian mengambil ilmu dari mayat ke mayat. Sedang kami mengambil ilmu dari yang Maha Hidup dan tidak pernah mati. (Ighatsatu Lahfan, Ibnul qoyyim, jl.1)

- Allah mengilhamkan kedalam hati para wali  [Al-Kawakib Ad-Durriyah, hal. 246 ). Dikatakan oleh Asy-Sya’rani, “Berkenan dengan hadits-hadits. Walaupun cacat menurut para ulama ilmu hadits, tapi tetap shahih menurut ulama ilmu kasyaf”.[Al-Mizan, I/28.].


11. ’ Ilmu Syari’at dan Makrifat atau Ilmu Dhahir dan Batin. Serta tingkatn hakekat. Rasulullah hanya menyampaikan yang zhahir saja, kata mereka. Sedangkan yang batin, yang hakekat beliau beritahukan kepada orang-orang tertentu. [Ihya’Ulumuddin, AL-Ghazali, I/19]


12. Menyangka bahwa sebagian wali dibolehkan keluar dan syari’at Islam (tidak mentaatinya), seperti keluarnya Khidhir dari syari’at Musa. Sebab para wali itu telah mencapai level mukasyafah dan mukhothobah sehingga tidak wajib lagi mengikuti Rasulullah. Bayangkan, nabi saja sholat hingga bengkak kaki beliau... justru orang ini tidak sholat karena sudah sangat akut sesatnya. Sesat kwadrat.

- Dan tidaklah kasyaf yang mereka dakwakan itu, kecuali hanya khayalan setan belaka. (Shaid Al-Khaathir, Ibnu Jauzi, I/144-146.)

13. ILHAM dan karomah, qudrat kemampuan di luar akal fikiran.
lbnu Hajar dalam Fathul Bari 7/65 cet. Dari as-Salam berkata:
"Bila ada dari umat ini yang mendapat ilham maka tidak boleh dipakai sebagai hukum suariat, tetapi harus diselaraskan dahulu dengan al-Qur’an. Jika cocok dengannya atau dengan sunnah maka diamalkan, jika tidak sesuai maka ditinggalkan"

14. Menjauhi syariat yang jelas. Dengan meyakini bahwa mencari ilmu dengan cara belajar adalah jalan yang memayahkan, terlalu bertele-tele, dianggap condong kepada dunia serta menyita perhatian dan kesungguhan terhadap akhirat.


15' AL-HULUL WA AL-ITTIHAD.
Sebagaimana kelomppok sufi berkhayal, siapa saja yang menempuh jalan ilmu batin, pada akhirnya akan mencapai tingkatan melebur bersama dzat Allah. Ketika itulah ia menempati dzat tersebut, hingga bercampur sifat ketuhanan dengan tabiat kemanusiaan. Bentuk lahirnya manusia, tetapi hakikat batinnya adalah sifat ketuhanan.

- Orang-orang yang berpikiran demikian, misalnya Al-Hallaj, ibnu Al-Faradh, Ibnu.'Arobi, Ibnu Sab’in dan lainnya dari kalangan dedengkot sufi.  [Ath-Thawasin. Al-Hallaj, cet. Masoniyah, hal. 139]

16. WIHDAH AL-WUJUD
Pemahaman hulul wa al-ittihad mengantarkan para sufi pada perkataan wihdatulwujud. Istilah ini berdasar pada pola pikir orang-orang sufi bermakna, bahwa dalam hal ini tidak ada yang wujud kecuali Allah. Maka, tidaklah segala yang nampak ini kecuali penjelmaan dzat-Nya.

Sementara dalam ilmu Tasawuf diajarkan bahwa Allâh Azza wa Jalla berada dimana-mana. Allah menyatu pada makhluknya, pada anjing dan babi. _wal'iyaadzu billah_

- Sementara dalam hal ini, tokoh Sufi memandang kenabian dapat diraih melalui ketekunan melakukan riyadhah (: lelono, tirakat, bahasa jawa) sampai seorang tokoh Sufi, Ibnu Sab’in mengatakan, “Ibnu Aminah (Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wa sallam_ ) telah membatasi sesuatu yang lingkupnya luas ketika mengatakan, “Tidak ada nabi sepeninggalku”.

- Seperti ucapan Al-Hallaj mengatakan :”Akulah Allah, Maha Suci Aku”. Seperti juga Abu Yazid Al-Bustahmi. [Al-Futuhat Al-Makiyah, I/354.]

- Baha’uddin Al-Baithar mengatakan :
“Tidaklah anjing dan babi itu melainkan sesembahan kita, dan tidaklah Allah itu melainkan rahib-rahib yang ada dalam gereja-gereja” [Shufiyat, hal.27]


- Teori hulul wal-ittihad ini lebih keji daripada kafirnya orang-orang Nashrani. Karena orang-orang Nashrani mengkhususkan menyatunya Alllah hanya dengan Al-Masih, sedangkan mereka memberlakukan secara umum terhadap seluruh mahluk. Allah menyatu dengan anjing, Allah bersama maling, tidaklah babi melainkan zat Allah itu sendiri. _Na'udzu billah_

- Keyakinan semacam ini merupakan puncak tertinggi dari kekafiran. IT IS THE TOP INFIDEL. Yang dengannya hancurlah seluruh agama, rusaklah.seluruh keimanan, membatalkan seluruh syari’at, dihalalkan seluruh perkara yang diharamkan, dihalalkanlah bid'ah dan kesyirikan.

17.  CAHAYA (NUR) MUHAMMADI.
Termasuk dalam madzhab wihdatul-wujud ialah adanya keyakinan dikalangan orang-orang sufi tentang masalah Aqthab, Autad, Abdal, Aghwats, An-Najba, al-auliya (yakni beberapa istilah status, jabatan atau peringkat dikalangan sufi).

- Adapun golongan Sufi berpandangan bahwa Nabi Muhammad sumber terciptanya makhluk-makhluk yang lain (keyakinan ini dikenal dengan aqidah Nur Muhammadi). Mereka pun membawakan hadits-hadits palsu yang menyatakan jika tidak ada Muhammad maka alam semesta ini tidak akan pernah ada .

Dan....... masih banyak lagi keyakinan² mereka lainnya yang super aneh dan jelas-jelas berseberangan dengan aqidah yang dibawa oleh Rasûlullâh Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ .
*RINGKASAN*

⛔ Seperti pepatah Arab, _"wabil mitsâl yattadhihul maqâl"_ , dengan contoh, pernyataan akan bertambah jelas, maka di sini akan disebutkan beberapa contoh bagaimana ajaran tasawuf merubah kemurnian aqidah Islam:

1. Aqidah Islam telah menetapkan Allâh Azza wa Jalla menciptakan makhluk-makhluk-Nya dari ‘adam (tidak ada sebelumnya), tidak dari Dzat-Nya dan bahwa semesta alam ini bukan khaliq (pencipta). Inilah aqidah yang dibawa al-Qur`an dan Hadits-hadits Nabi. Ini adalah masalah prinsip yang sudah baku dalam aqidah ahlussunnah waljama'ah.
Sementara dalam kamus Sufi, diyakini bahwa segala yang ada di alam ini merupakan perwujudan Dzat Allâh Azza wa Jalla dengan aqidahnya yang dikenal dengan wihdatul wujud, kesatuan wujud.

2. Aqidah Islam berdasarkan kepada DALIL nash-nash al-Qur`ân dan Hadits telah menentukan bahwa Allâh Azza wa Jalla maha tinggi (Al'ALIY) berada di atas langit, bersemayam di atas Arsy sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Yang tidak boleh ditakwil, bagaimana, seperti apa. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

"(Yaitu) Rabb yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy" [Thâhâ/20:5]

3. Aqidah Islam menyatakan bahwa kenabian mutlak merupakan keutamaan yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan kepada insan yang Allâh kehendaki. Kenabian dan kerasulan tidak datang melalui keinginan nabi dan rasul yang bersangkutan atau atas permintaan mereka kepada Allah. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

"Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allâh Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [al-Hajj/22:75]

4. Aqidah Islam menegaskan bahwa Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ dan nabi serta rasul yang lain juga manusia-manusia seperti orang-orang yang lain dan masih berkewajiban menjalankan syariat. Akan tetapi, Allâh Azza wa Jalla memilih mereka dan mengutamakan mereka di atas kebanyakan orang sebagai utusan-utusan-Nya.

- Mereka pun memandang manusia bila sudah mencapai derajat tertentu tidak terkena kewajiban menjalankan syariat Islam. Karena keyakinan mereka seperti motto iklan Extra Jozz: ini biangnya, buat apa bungkusnya. Kalau sudah mencapai hakekat untuk apa syariat.

5. Sumber hukum aqidah Islam hanya dua: al-Qur`ân dan Hadits shahih, tidak ada sumber ketiga atau keempat dan seterusnya…Sementara itu, kaum Sufi memiliki sumber aqidah yang lain yang dikenal dengan istilah *al-kasyf* hissi dan *al-faidh* . Mereka secara nyata meyakininya sebagai landasan keyakinan dalam beragama.

6. Aqidah Islam menjunjung tinggi tauhîdullâh dan datang untuk memberantas syirik dengan seluruh jenisnya dan praktek penyembahan kepada selain Allâh Azza wa Jalla . Sedangkan pada ajaran Tasawuf, praktek syirik sangat kentara dalam bentuk meminta kepada penghuni kubur,  istighotsah kepada orang-orang yang telah mati, mengagungkan kuburan wali,  dan lain-lain. Kuburan wali mereka dibeton, dibangun kubah, diberi penerangan, merekapun menjadikan area kuburan tersebut untuk beribadah. Mengaji, berdzikir jama'i, berdoa, bertawassul, ngalap berkah, mengusap² kuburan, memeluk mencium batu nisan bahkan ada yang sujud di depan pusara. Benar² menyelisihi nabi ;

َإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ


"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dahulu menjadikan kuburan -kuburan Nabi mereka dan orang-orang sholih mereka sebagai masjid-masjid! Ingatlah, maka janganlah kamu menjadikan kubur-kubur sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kamu dari hal itu!” (HR. Muslim no:532)

Jelas sekali, ciri sufi itu quburiyun. Suka beribadah di kuburan. Mereka itu dilaknat oleh rosulullah;

 إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ وَمَنْ يَتَّخِذُ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ

“Sesungguhnya di antara seburuk-buruk manusia adalah : orang-orang yang ketika menjelang datangnya hari kiamat mereka masih hidup, dan orang-orang yang menjadikan kuburan- kuburan sebagai masjid”. (HSR. Ahmad 1/432; no: 4132;

7. Aqidah Islam telah menetapkah hanya Allâh saja yang mengetahui alam gaib. Allâh _Azza wa Jalla_ berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ


"Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan" [an-Naml/27:65]

Lain halnya dengan kaum Sufi, justru mereka menyatakan bahwa syaikh-syaikh tarekat mereka, wali² mereka memiliki kemampuan meneropong dan mengetahui alam gaib melalui jalan KASYAF, QUDRAT, dan menurut mereka lagi, mereka memperoleh ilmu itu dari Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ .


Pendek kata, ajaran Tasawuf berdiri di atas landasan-landasan berikut:

• Membagi agama menjadi lahir yang diketahui oleh orang-orang awam dan batin yang hanya dimengerti oleh kaum khos (orang-orang khusus saja)

• Memegangi KASYAF (: memiliki kemampuan mengetahui hal² ghaib) dan dzauq dalam penetapan masalah-masalah aqidah dan ibadah.

• Melegalkan praktek syirik dan bahkan melakukan pembelaan untuknya. Bahkan sampai mati mereka membelanya.

• Menshahihkan hadits melalui jalan kasyf.

• Beramal berdasarkan hasil mimpi dan ilham.

• Beribadah dengan dasar dzauq dan wajd

• Menyebarkan hadits-hadits lemah dan palsu dan mengamalkannya.

• Membiasakan dzikir jama’i dan beribadah dengan menari-nari diiringi oleh suara-suara alunan bunyi seruling dan alat-alat musik lainnya. Bahkan para tokoh sufi memberi dukungannya terhadap ‘ibadah’ dengan tarian dan musik disertai penjelasan tentang adab-adab dan menetapkan bahwa musik lebih menggelorakan hati daripada al-Qur`ân dari tujuh aspek. [al-Ihyâ: 2/325-328].

Demikian point-point prinsip aqidah yang diajarkan dalam ilmu Tasawuf dan diyakini kalangan Sufi. Semoga Allâh Azza wa Jalla menjauhkan kita dari segala kerusakan dalam keyakinan (aqidah) kita.'Amiin.

 Wallâhu a’lam.

Dikutip dari at-Tauhîd fî Masîratil ‘Amalil Islami bainal Wâqi wal Ma`mûl, ‘Abdul Azîz bin ‘Abdullâh al-Husaini, pengantar Nashir bin ‘Abdul Karîm al-‘Aql, Cet I, Th. 1419H, Darul Qasim. hlm. 25-33.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______

Semoga bermanfaat. Amiin.

ابو حسن
27Sept2018

BAHAYA AQIDAH SUFI

*BOROK- BOROK SUFI*

*AJARAN SUFI TASAWUF MERUSAK AQIDAH ISLAM*


⛔ Daya rusak /destruktif keyakinan sufi berhasil memporakporandakan aqidah Islam yang murni. Pernyataan ini bukan bualan tanpa bukti, tetapi berdasarkan fakta. Pengikisan aqidah dapat ditelusuri melalui pemalsuan, kedustaan, dan kebohongan yang diusung kaum Sufi dalam bentuk khurafat (takhayul) dan khaza’balat (hikayat-hikayat palsu).

⛔ Imam Marwan al-Azdiy (murid dari Imam Malik) berkata :

❏ ثَلاثة لاَ يُؤتمنُون في دِيـن:
«الصّوفي، والقصَاص، ومُبتدع يرد على أهل الأهوَاء " [تَرتيب المَـدارك 3/ 226]

"Tiga golongan yang tidak bisa dipercaya dalam agama: Shufi, tukang cerita (Qosshos), dan Ahlul Bid'ah"

⛔  Imam Yunus bin Abdil A'la berkata, aku mendengar langsung dari Imam As-Syafi'i (Muhammad bin Idris asSyafi'i) di berkata :

"لَو أن رجُلا تصَوّف أوّل النّهار لَم يَأت علَيـه الظّهـر إلّا وجَـدتَه أحمَـق ".
(مَناقب الشّافعي: 2/ 207)

"Andaikan ada seseorang belajar tasawuf di pagi hari, maka tidaklah sampai waktu dhuhur melainkan dia berubah jadi orang paling bodoh"


⛔ Wihdatul mashdar, yang menjadi salah satu ciri Ahlu Sunnah walJama’ah dalam penetapan permasalahan aqidah (keimanan) adalah mereka hanya berlandaskan _misykâtun nubuwwah,_ wahyu dari Allâh _Azza wa Jalla_ . Ahlussunnah tidak memandang akal semata², ilham, wangsit, mimpi, perasaan, qiyas dan kasyf sebagai bagian sandaran aqidah. Justru hal tersebut akan bertentangan banyak dengan nash al-Kitab dan Sunnah. Sehingga amat aneh bila ada orang yang lebih mendahulukannya di atas hujjah-hujjah al-Qur`an dan Hadits. Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wa sallam_ saja pernah menegur ‘Umar bin Khaththâb _Radhiyallahu anhu_ dari sekedar melihat-lihat lembar Taurat. Padahal sebelumnya merupakan kitab yang diturunkan dari langit meski tidak  dimasuki oleh tahrif-tahrif hasil penyelewengan tangan para pemuka agama mereka. Dan tentunya Taurat dalam konteks ini lebih afdhal daripada hasil qiyas akal manusia dan khayalan kalangan Sufi. Apalagi bumbu² khurofat, cerita² dusta dan dongeng² bohong menjadi bumbu agamanya.

⛔ Seiring dengan perjalanan waktu, semakin jauh umat dari masa kenabian, muncullah berbagai keyakinan dan ideologi dari luar al-Qur`ân dan Sunnah yang mengintervensi aqidah Islamiyyah. Yang mengotori, mencemari aqidah kaum muslimin.  Padahal kedudukan aqidah dalam agama seperti kedudukan akar pada sebuah pohon. Kalau akarnya bermasalah maka seluruh pohon akan bermasalah. Demikian pula jika masalah aqidah yang sudah qoth'i (paten) ini saja sudah sudah terkontaminasi maka yang lainnya pasti tidak beres.

⛔  Sufi dengan ajaran tasawufnya pun ikut menodai kejernihan dan kemurnian aqidah Islam. Keyakinan sufi yang penuh klenik, khurofat, tahayul, berupa kedustaan² mengotori aqidah Islam. Masuknya ideologi ini di tengah masyarakat menyebabkan terjadinya kegoncangan akidah pada akidah mayoritas umat Islam, pemikiran dan pandangan-pandangan mereka dan secara otomatis menjauhkan mereka dari aqidah yang dibawa oleh Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ .

⛔ Inilah salah satu dampak buruk yang harus dirasakan bila kekeliruan dan penyimpangan sangat dominan di masyarakat, akhirnya khalayak menganggapnya sebagai kebenaran. Pihak yang menentangnya dipandang keluar dari al-haq, alias kafir. Dan lebih menarik lagi, bangsa Barat memberikan atensi besar pada pengkajian khazanah ‘ilmiah’ Sufi, mencetak dan menyebarluaskannya serta menterjemahkannya ke berbagai bahasa. Tiada lain karena mereka sudah mengetahui bahaya Tasawuf bagi Islam dan umat Islam, bukan dalam rangka mendukung Islam. _Wallâhul musta’ân._


*KETKA KEYAKINAN AGAMA DIBANGUN DI ATAS KEDUSTAAN*

Maka yang ada hakekatnya seperti racun yang dikemas minuman suplemen.Kerusakan aqidah bila ditampakkan dengan terang-terangan, pasti akan ditolak oleh manusia-manusia yang berfitrah lurus dan berakal sehat. Maka, sebagian tokoh (tarekat Sufi) ajaran ini memperkenalkan tasawuf dengan slogan-slogan, visi dan misi yang menarik, agar mudah menggandeng manusia sebanyak mungkin, menegaskan bahwa dakwah mereka sesuai dengan ajaran Islam, misi mereka untuk mensucikan kalbu, membina akhlak dst slogan-slogan indah guna mengelabuhi umat. Jadinya kedustaan berbungkus islam.


⛔ Seorang pemuka tarekat di Mesir, Mahmûd as-Sathûhî menjelaskan bahwa Tasawuf merupakan inti sari pengamalan ajaran Islam, mengamalkan al-Qur`ân dan Sunnah, berjihad melawan musuh dan hawa nafsu. (!!). Sebagian pemuka aliran Tasawuf bahkan memandang bahwa seluruh Sahabat Nabi, generasi Tâbi’în dan Tâbi’ît Tâbi’în adalah pioner aliran Tasawuf karena sikap zuhud dan semangat berjihad mereka. (!?). Ha?


⛔ Ungkapan-ungkapan di atas hanyalah klaim kosong dan pernyataan NOL BESAR yang tidak berdasar. Seorang Muslim yang berilmu akan merasa keheranan dengan klaim-klaim (kosong tanpa bukti). Bagaimana mungkin mereka disebut mengikut al-Qur’ân dan Sunnah serta menjadi para pengikut dan penerus generasi terbaik umat?. Karena dari sisi aqidah terjadi perbedaan tajam antara aqidah para Sahabat dan kalangan Tasawuf, apalagi dengan aqidah tokoh besar Sufi, semisal Ibnu Arabi. Jarak perbedaannya bagaikan antara langit dan sumur.

⛔ Namun keheranan ini akan segera sirna begitu mengetahui bahwa klaim-klaim palsu dan tuduhan-tuduhan asal-asalan merupakan salah satu uslub (metode) memasarkan ajaran mereka dan menjauhkan umat dari kebenaran. Menjajakan kedustaan dikemas agama.


*BENAR-BENAR MERUSAK AQIDAH ISLAMIYAH*

⛔ Kekhawatiran terhadap ideologi Sufi tidak hanya lantaran kandungan penyelewengan akidah yang ada padanya,. Akan tetapi, juga karena penyebarannya yang begitu luas di dunia Islam. Akibatnya, terbentuk semacam opini bahwa kebenaran adalah apa yang ada pada kaum Sufi (?!).


⛔ Nukilan ini kami angkat dari kitab ‘Asyratu Mawaaqif Mudh-hikah Ma’ash-Shuufiyyah, karya Dr. Ahmad bin Abdil ‘Aziz al Hushain, Maktabah al Iman, Cetakan I, 1426 H – 2005 M. Dengan beberapa edit silahkan menyimak. (Redaksi).


CONNNNNNNNN
⛔ Kebanyakan manusia dibuat terkesima dengan hikayat², tahayul² cerita bohong yang diklaim sebagai Karomah. Di antaranya kemampuan linuwih (: memiliki kelebihan) seorang penganut Sufi. Yang sering mereka sebut sebagai "aqthab" atau "aulia" atau "qudrat" , hingga mampu melakukan apa saja di luar nalar sehat. Seperti;

1- Pasti hebat. Memiliki kemampuan mengerjakan shalat lima waktu di Mekkah dalam sekejap, sholat jumat di Makkah lalu sholat 'asharnya sudah di kampungnya. Gila.

2- Anggapan Bahwa Manusia Bisa Bertemu atau Bersama Nabi Dalam Keadaan Terjaga. Mampu berbincang-bincang dengan Rasulullah dalam keadaan sadar terjaga, lalu rosulullah memberi ajaran sholawat begini, ajarkan amalan ini dan ini. Mengklaim diri telah menerima perintah atau kebijakan baru berkaitan dengan ajaran Islam

3- memiliki keajaiban-keajaiban yang tidak dimiliki orang biasa. Seperti bisa menyembuhkan orang sakit dalam.sekejap. Dokter gak laku caranya begini. Bisa memindah kecerdasan musuh ke tubuh ayam, lalu lawannya langsung goblok, bodoh mendadak. Bisa mengetahui pelajaran sebelum disampaikan (weruh sak durungé winarah, jawa). Bikin gurunya kebingunan. Bisa memindah ilmu ulama' salaf kepada dirinya dalam beberapa saat. Kalau begini caranya universitas bisa bubar. Amit- amit.

4- Keyakinan, Nabi bisa menghadiri Majelis- majelis pertemuan mereka.
Disebutkan, ada seseorang yang dikenal sebagai “wali”. Dia menghadiri majelis seorang ‘alim yang meriwayatkan sebuah hadits. Ketika mendengar sebuah hadits yang disampaikan orang ulama' tersebut, kontan sang “wali” berkata kepadanya :”hadits anda itu bathil”. Karena komentar tersebut, maka ahli fiqih tersebut kaget dan bertanya: “Dari mana engkau tahu bahwa hadits tadi batil ?” Sang “wali” ini menjawab,”Itu Nabi ada di atas kepalamu sembari berkata,’Aku tidak pernah mengatakan hadits tersebut’.” (Lihat Tanwiirul Malak 2/260).

Syaikh Bin Baz _rahimahullah_ menyebutkan bahwa kisah dan keyakinan sufi bahwa kehadiran Nabi _Shalallahu’alaihi wassalam_ dalam kehidupan nyata sebagai kesalahan yang paling parah dan telah menyelisihi alKitab, asSunnah dan Ijma’ para ulama.
(Risalah fit Tahdziri minal Bida’, hlm.18).

5. Membual mengatasnamakan Karomah.  Menjajakan peristiwa-peristiwa karomah walimerupakan sarana terpenting untuk menarik banyak manusia sehingga membuat mereka takjub, dan kemudian tertarik. seperti kemampuan terbang di langit, berjalan diatas`air, menghidupkan orang mati, menempuh perjalanan jauh dalam kedipan mata, bisa menghadiri 2 pertemuan dalam satu waktu, dan lainnya. Orang bodoh pun manggut-manggut ditipu. Karena kalau membantah dicap KAFIR. Kamu kafir kalau anti Karomah. Kamu MURTAD kalau anti Qudrat.

6. Kelewat Batas Dalam Hal Khurafat alias keterlaluan.
- Diceritakan bahwa, murid syaikh Husain Abu Ali yang bernama Ubaid, yang disebut-sebut sebagai wali, ia pernah diolok olok oleh sekawanan anak kecil. Ubaid pun berseru: ”Wahai Izrail, bila engkau tidak mencabut nyawa mereka, niscaya aku akan memecatmu sebagai malaikat,” maka semua sekawanan anak-anak itupun akhirnya mati dicabut Izrail. Rupanya Izrail takut pensiun. (Lihat al Luma’ hlm 264). Sungguh terlalu ngibul-nya.

- Contoh khurafat lainnya, konon Muhammad bin Ali alKitabi (wafat 112 H) mampu mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 12 ribu kali dalam satu kali putaran thawaf.

- AsSiraj athThusi mengatakan : “Ada seorang Sufi yang menikahi seorang wanita, usia pernikahannya sudah berlalu 30 tahun, akan tetapi istrinya masih tetap perawan”. (Lihat al Luma’ hlm 264).

7. Memiliki Keyakinan Berjumpa Dengan Nabi Khidr.
Mereka berkeyakinan bahwa Nabi Khidr masih hidup, berada ditengah manusia dan akan bersama sama dengan para tokoh sufi untuk menetapkan perintah dan larangan. Banyak hadits yang dinisbatkan kepada Nabi Khidr, akan tetapi dalam penilaian Ibnul Jauzi, hadits tersebut rata-rata batil. Keyakinan adanya perjumpaan dengan Nabi Khidr ini menjadi pintu masuk kebohongan-kebohongan yang dikemas di kalangan Sufi. (Lihat al Maudhu’at 1/195-197).

8. Pemakaian Kalimat “Kun fa Yakun”
Terhadap satu kisah yang sangat mustahil. Yaitu menceritakan seorang tokoh Sufi bernama Barakat al Khayyath (923H). Konon bila ia disuguhi daging kambing, akan tetapi yang ia inginkan daging burung dara, maka serta merta daging kambing tersebut berubah menjadi daging burung dara. Kisah lainnya, AlBiruni ketika ketemu perampok yang hendak merampoknya langsung diucapkan lumpuh, maka perampokpun lumpuh.


9. Menurut Kalangan Sufi, Para Wali Mengetahui Alam Ghaib
Anggapan seperti ini bisa dilihat dari pernyataan Ali Harazim ketika mengomentari syaikhnya, yaitu at-Tijani. Kata Ali Harazim : ”Dia (atTijani) mengetahui keadaan hati para muridnya, mengetahui kondisi lahir dan batinnya. Bahkan saat kami bersamanya, setiap orang dari kami khawatir jika aib kami disebarluaskan”.  (Lihat Jawahirul Ma’ani, hlm 63).

9. Tahayul/ Khayalan² lainnya yang berkedok KAROMAH.
Memiliki Kemampuan Mempersingkat Jarak Tempuh Yang Jauh. Dalam pandangan Sufi, jarak yang jauh bukanlah persoalan.Katanya, bisa ditempuh hanya dalam hitungan detik. Pesawat gak laku. Opo maneh becak...

- Semisal juga, bisa melihat Alloh, mengetahui segala hal termasuk bahasa batu, melihat kejadian masa depan, menyatu dengan Alloh sehingga tidak perlu shalat dan semacamnya. Benar-benar lebih sinting dari orang gila. Penderita saraf saja tak segitunya.

- Ada lagi, mereka berkeyakinan bahwa tongkat wali mereka yang selalu dibawa itu adalah pemberian nabi Hidir, jubah dan pakaian khas syaikh mereka adalah pemberian cucu Rasulullah lewat Kasyf tadi. Saya tambahi saja: jabattangan wali mereka dengan perempuan² ajnabi adalah perintah Setan. Sikap diam dan persetujuan syaikh wali mereka untuk memajang gambar² di kubur mereka adalah dari iblis.


10. Adanya ilmu Ladunni.
Menurut mereka, adalah disingkapnya alam ghaib bagi mereka. Caranya, dengan KASYAF (penyingkapan tabir),  tajliyat (penampakan) serta melakukan kontak langsung dengan Allah dan Rasulullah, dengan cucu Rosulullah, dan seterusnya.

- Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan hadits-hadits dha’if (lemah), munkar dan maudhu’ (palsu) dengan cara kasyaf. Sebagaimana dikatakan Abu Yazid Al-Busthami, “Kalian mengambil ilmu dari mayat ke mayat. Sedang kami mengambil ilmu dari yang Maha Hidup dan tidak pernah mati. (Ighatsatu Lahfan, Ibnul qoyyim, jl.1)

- Allah mengilhamkan kedalam hati para wali  [Al-Kawakib Ad-Durriyah, hal. 246 ). Dikatakan oleh Asy-Sya’rani, “Berkenan dengan hadits-hadits. Walaupun cacat menurut para ulama ilmu hadits, tapi tetap shahih menurut ulama ilmu kasyaf”.[Al-Mizan, I/28.].


11. ’ Ilmu Syari’at dan Makrifat atau Ilmu Dhahir dan Batin. Serta tingkatn hakekat. Rasulullah hanya menyampaikan yang zhahir saja, kata mereka. Sedangkan yang batin, yang hakekat beliau beritahukan kepada orang-orang tertentu. [Ihya’Ulumuddin, AL-Ghazali, I/19]


12. Menyangka bahwa sebagian wali dibolehkan keluar dan syari’at Islam (tidak mentaatinya), seperti keluarnya Khidhir dari syari’at Musa. Sebab para wali itu telah mencapai level mukasyafah dan mukhothobah sehingga tidak wajib lagi mengikuti Rasulullah. Bayangkan, nabi saja sholat hingga bengkak kaki beliau... justru orang ini tidak sholat karena sudah sangat akut sesatnya. Sesat kwadrat.

- Dan tidaklah kasyaf yang mereka dakwakan itu, kecuali hanya khayalan setan belaka. (Shaid Al-Khaathir, Ibnu Jauzi, I/144-146.)

13. ILHAM dan karomah, qudrat kemampuan di luar akal fikiran.
lbnu Hajar dalam Fathul Bari 7/65 cet. Dari as-Salam berkata:
"Bila ada dari umat ini yang mendapat ilham maka tidak boleh dipakai sebagai hukum suariat, tetapi harus diselaraskan dahulu dengan al-Qur’an. Jika cocok dengannya atau dengan sunnah maka diamalkan, jika tidak sesuai maka ditinggalkan"

14. Menjauhi syariat yang jelas. Dengan meyakini bahwa mencari ilmu dengan cara belajar adalah jalan yang memayahkan, terlalu bertele-tele, dianggap condong kepada dunia serta menyita perhatian dan kesungguhan terhadap akhirat.


15' AL-HULUL WA AL-ITTIHAD.
Sebagaimana kelomppok sufi berkhayal, siapa saja yang menempuh jalan ilmu batin, pada akhirnya akan mencapai tingkatan melebur bersama dzat Allah. Ketika itulah ia menempati dzat tersebut, hingga bercampur sifat ketuhanan dengan tabiat kemanusiaan. Bentuk lahirnya manusia, tetapi hakikat batinnya adalah sifat ketuhanan.

- Orang-orang yang berpikiran demikian, misalnya Al-Hallaj, ibnu Al-Faradh, Ibnu.'Arobi, Ibnu Sab’in dan lainnya dari kalangan dedengkot sufi.  [Ath-Thawasin. Al-Hallaj, cet. Masoniyah, hal. 139]

16. WIHDAH AL-WUJUD
Pemahaman hulul wa al-ittihad mengantarkan para sufi pada perkataan wihdatulwujud. Istilah ini berdasar pada pola pikir orang-orang sufi bermakna, bahwa dalam hal ini tidak ada yang wujud kecuali Allah. Maka, tidaklah segala yang nampak ini kecuali penjelmaan dzat-Nya.

Sementara dalam ilmu Tasawuf diajarkan bahwa Allâh Azza wa Jalla berada dimana-mana. Allah menyatu pada makhluknya, pada anjing dan babi. _wal'iyaadzu billah_

- Sementara dalam hal ini, tokoh Sufi memandang kenabian dapat diraih melalui ketekunan melakukan riyadhah (: lelono, tirakat, bahasa jawa) sampai seorang tokoh Sufi, Ibnu Sab’in mengatakan, “Ibnu Aminah (Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wa sallam_ ) telah membatasi sesuatu yang lingkupnya luas ketika mengatakan, “Tidak ada nabi sepeninggalku”.

- Seperti ucapan Al-Hallaj mengatakan :”Akulah Allah, Maha Suci Aku”. Seperti juga Abu Yazid Al-Bustahmi. [Al-Futuhat Al-Makiyah, I/354.]

- Baha’uddin Al-Baithar mengatakan :
“Tidaklah anjing dan babi itu melainkan sesembahan kita, dan tidaklah Allah itu melainkan rahib-rahib yang ada dalam gereja-gereja” [Shufiyat, hal.27]


- Teori hulul wal-ittihad ini lebih keji daripada kafirnya orang-orang Nashrani. Karena orang-orang Nashrani mengkhususkan menyatunya Alllah hanya dengan Al-Masih, sedangkan mereka memberlakukan secara umum terhadap seluruh mahluk. Allah menyatu dengan anjing, Allah bersama maling, tidaklah babi melainkan zat Allah itu sendiri. _Na'udzu billah_

- Keyakinan semacam ini merupakan puncak tertinggi dari kekafiran. IT IS THE TOP INFIDEL. Yang dengannya hancurlah seluruh agama, rusaklah.seluruh keimanan, membatalkan seluruh syari’at, dihalalkan seluruh perkara yang diharamkan, dihalalkanlah bid'ah dan kesyirikan.

17.  CAHAYA (NUR) MUHAMMADI.
Termasuk dalam madzhab wihdatul-wujud ialah adanya keyakinan dikalangan orang-orang sufi tentang masalah Aqthab, Autad, Abdal, Aghwats, An-Najba, al-auliya (yakni beberapa istilah status, jabatan atau peringkat dikalangan sufi).

- Adapun golongan Sufi berpandangan bahwa Nabi Muhammad sumber terciptanya makhluk-makhluk yang lain (keyakinan ini dikenal dengan aqidah Nur Muhammadi). Mereka pun membawakan hadits-hadits palsu yang menyatakan jika tidak ada Muhammad maka alam semesta ini tidak akan pernah ada .

Dan....... masih banyak lagi keyakinan² mereka lainnya yang super aneh dan jelas-jelas berseberangan dengan aqidah yang dibawa oleh Rasûlullâh Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ .
*RINGKASAN*

⛔ Seperti pepatah Arab, _"wabil mitsâl yattadhihul maqâl"_ , dengan contoh, pernyataan akan bertambah jelas, maka di sini akan disebutkan beberapa contoh bagaimana ajaran tasawuf merubah kemurnian aqidah Islam:

1. Aqidah Islam telah menetapkan Allâh Azza wa Jalla menciptakan makhluk-makhluk-Nya dari ‘adam (tidak ada sebelumnya), tidak dari Dzat-Nya dan bahwa semesta alam ini bukan khaliq (pencipta). Inilah aqidah yang dibawa al-Qur`an dan Hadits-hadits Nabi. Ini adalah masalah prinsip yang sudah baku dalam aqidah ahlussunnah waljama'ah.
Sementara dalam kamus Sufi, diyakini bahwa segala yang ada di alam ini merupakan perwujudan Dzat Allâh Azza wa Jalla dengan aqidahnya yang dikenal dengan wihdatul wujud, kesatuan wujud.

2. Aqidah Islam berdasarkan kepada DALIL nash-nash al-Qur`ân dan Hadits telah menentukan bahwa Allâh Azza wa Jalla maha tinggi (Al'ALIY) berada di atas langit, bersemayam di atas Arsy sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Yang tidak boleh ditakwil, bagaimana, seperti apa. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

"(Yaitu) Rabb yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy" [Thâhâ/20:5]

3. Aqidah Islam menyatakan bahwa kenabian mutlak merupakan keutamaan yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan kepada insan yang Allâh kehendaki. Kenabian dan kerasulan tidak datang melalui keinginan nabi dan rasul yang bersangkutan atau atas permintaan mereka kepada Allah. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

"Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allâh Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [al-Hajj/22:75]

4. Aqidah Islam menegaskan bahwa Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ dan nabi serta rasul yang lain juga manusia-manusia seperti orang-orang yang lain dan masih berkewajiban menjalankan syariat. Akan tetapi, Allâh Azza wa Jalla memilih mereka dan mengutamakan mereka di atas kebanyakan orang sebagai utusan-utusan-Nya.

- Mereka pun memandang manusia bila sudah mencapai derajat tertentu tidak terkena kewajiban menjalankan syariat Islam. Karena keyakinan mereka seperti motto iklan Extra Jozz: ini biangnya, buat apa bungkusnya. Kalau sudah mencapai hakekat untuk apa syariat.

5. Sumber hukum aqidah Islam hanya dua: al-Qur`ân dan Hadits shahih, tidak ada sumber ketiga atau keempat dan seterusnya…Sementara itu, kaum Sufi memiliki sumber aqidah yang lain yang dikenal dengan istilah *al-kasyf* hissi dan *al-faidh* . Mereka secara nyata meyakininya sebagai landasan keyakinan dalam beragama.

6. Aqidah Islam menjunjung tinggi tauhîdullâh dan datang untuk memberantas syirik dengan seluruh jenisnya dan praktek penyembahan kepada selain Allâh Azza wa Jalla . Sedangkan pada ajaran Tasawuf, praktek syirik sangat kentara dalam bentuk meminta kepada penghuni kubur,  istighotsah kepada orang-orang yang telah mati, mengagungkan kuburan wali,  dan lain-lain. Kuburan wali mereka dibeton, dibangun kubah, diberi penerangan, merekapun menjadikan area kuburan tersebut untuk beribadah. Mengaji, berdzikir jama'i, berdoa, bertawassul, ngalap berkah, mengusap² kuburan, memeluk mencium batu nisan bahkan ada yang sujud di depan pusara. Benar² menyelisihi nabi ;

َإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ


"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dahulu menjadikan kuburan -kuburan Nabi mereka dan orang-orang sholih mereka sebagai masjid-masjid! Ingatlah, maka janganlah kamu menjadikan kubur-kubur sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kamu dari hal itu!” (HR. Muslim no:532)

Jelas sekali, ciri sufi itu quburiyun. Suka beribadah di kuburan. Mereka itu dilaknat oleh rosulullah;

 إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ وَمَنْ يَتَّخِذُ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ

“Sesungguhnya di antara seburuk-buruk manusia adalah : orang-orang yang ketika menjelang datangnya hari kiamat mereka masih hidup, dan orang-orang yang menjadikan kuburan- kuburan sebagai masjid”. (HSR. Ahmad 1/432; no: 4132;

7. Aqidah Islam telah menetapkah hanya Allâh saja yang mengetahui alam gaib. Allâh _Azza wa Jalla_ berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ


"Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan" [an-Naml/27:65]

Lain halnya dengan kaum Sufi, justru mereka menyatakan bahwa syaikh-syaikh tarekat mereka, wali² mereka memiliki kemampuan meneropong dan mengetahui alam gaib melalui jalan KASYAF, QUDRAT, dan menurut mereka lagi, mereka memperoleh ilmu itu dari Nabi Muhammad _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ .


Pendek kata, ajaran Tasawuf berdiri di atas landasan-landasan berikut:

• Membagi agama menjadi lahir yang diketahui oleh orang-orang awam dan batin yang hanya dimengerti oleh kaum khos (orang-orang khusus saja)

• Memegangi KASYAF (: memiliki kemampuan mengetahui hal² ghaib) dan dzauq dalam penetapan masalah-masalah aqidah dan ibadah.

• Melegalkan praktek syirik dan bahkan melakukan pembelaan untuknya. Bahkan sampai mati mereka membelanya.

• Menshahihkan hadits melalui jalan kasyf.

• Beramal berdasarkan hasil mimpi dan ilham.

• Beribadah dengan dasar dzauq dan wajd

• Menyebarkan hadits-hadits lemah dan palsu dan mengamalkannya.

• Membiasakan dzikir jama’i dan beribadah dengan menari-nari diiringi oleh suara-suara alunan bunyi seruling dan alat-alat musik lainnya. Bahkan para tokoh sufi memberi dukungannya terhadap ‘ibadah’ dengan tarian dan musik disertai penjelasan tentang adab-adab dan menetapkan bahwa musik lebih menggelorakan hati daripada al-Qur`ân dari tujuh aspek. [al-Ihyâ: 2/325-328].

Demikian point-point prinsip aqidah yang diajarkan dalam ilmu Tasawuf dan diyakini kalangan Sufi. Semoga Allâh Azza wa Jalla menjauhkan kita dari segala kerusakan dalam keyakinan (aqidah) kita.'Amiin.

 Wallâhu a’lam.

Dikutip dari at-Tauhîd fî Masîratil ‘Amalil Islami bainal Wâqi wal Ma`mûl, ‘Abdul Azîz bin ‘Abdullâh al-Husaini, pengantar Nashir bin ‘Abdul Karîm al-‘Aql, Cet I, Th. 1419H, Darul Qasim. hlm. 25-33.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______

Semoga bermanfaat. Amiin.

ابو حسن
27Sept2018