
Oleh : Dr Muhammad bin Abdul Aziz bin Ahmad Al’Aliy


من أكثر من ذكر الموت أكرم بثلاثة أشياء : تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة. [التذكرة بأحوال الموتى 126)]
"Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dia diberi 3 kemuliaan :- segera bertaubat, - hati yang menerima (qona'ah) apa yang ada,- semangat beribadah"

تذكر الموت يردع عن المعاصي، ويلين القلب القاسي، ويذهب الفرح بالدنيا ويهون المصائب فيها. [التذكرة بأحوال الموتى 133]
"Mengingat kematian itu mencegah tindak maksiyat, melemvitkan hati yang keras, menghilangkan kebanggaan dengan materi dunia, dan meringankan berbagai musibah yang menimpa"



لو أن ألم شعرة من الميت وضع على أهل السماء والأرض لماتوا جميعا .
[التذكرة بأحوال الموتى (154)]
[التذكرة بأحوال الموتى (154)]
"Seandainya sakitnya kematian sekecil rambut saja diletakkan kepada penduduk langit dan bumi niscaya mereka ikut mati pula"


“Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya” [Al Maut hlm. 69]

ﻭَﺟَﺂﺀَﺕْ ﺳَﻜْﺮَﺓُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎﻛُﻨﺖَ ﻣِﻨْﻪُ ﺗَﺤِﻴﺪُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. [Qof: 19]

ﻛَﻶ ﺇِﺫَﺍ ﺑَﻠَﻐَﺖِ ﺍﻟﺘَّﺮَﺍﻗِﻲَ {26} ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻣَﻦْ ﺭَﺍﻕٍ {27} ﻭَﻇَﻦَّ ﺃَﻧَّﻪُ ﺍﻟْﻔِﺮَﺍﻕُ {28} ﻭَﺍﻟْﺘَﻔَّﺖِ ﺍﻟﺴَّﺎﻕُ ﺑِﺎﻟﺴَّﺎﻕِ {29} ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻚَ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻕُ
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [Al Qiyamah: 26-30]

“Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan.
Karena itu Allah berfiman:
“Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang akan menyembuhkan?” artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta’ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan”.[4]

Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah ¢, ia bercerita (menjelang ajal menjemput Nabi :
ﺇِﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺭَﻛْﻮَﺓٌ ﺃَﻭْ ﻋُﻠْﺒَﺔٌ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎﺀٌ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳُﺪْﺧِﻞُ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻓَﻴَﻤْﺴَﺢُ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻥَّ ﻟِﻠْﻤَﻮْﺕِ ﺳَﻜَﺮَﺍﺕٍ ﺛُﻢَّ ﻧَﺼَﺐَ ﻳَﺪَﻩُ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻙ ﺍﻟﺮﻗﺎﻕ ﺑﺎﺏ ﺳﻜﺮﺍﺕ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﺎﺯﻱ ﺑﺎﺏ ﻣﺮﺽ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻭﻭﻓﺎﺗﻪ . ﺍﻟﺮَّﻓِﻴﻖِ ﺍﻟْﺄَﻋْﻠَﻰ ﺣَﺘَّﻰ ﻗُﺒِﺾَ ﻭَﻣَﺎﻟَﺖ
ْ
“Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata: “Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut”. Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata: “Menuju Rafiqil A’la”. Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas” [5]
“Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata: “Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut”. Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata: “Menuju Rafiqil A’la”. Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas” [5]

ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻤَّﺎ ﺛَﻘُﻞَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺟَﻌَﻞَ ﻳَﺘَﻐَﺸَّﺎﻩُ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻓَﺎﻃِﻤَﺔُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡ ﻭَﺍ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﺎﺯﻱ ﺑﺎﺏ ﻣﺮﺽ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻭﻭﻓﺎﺗﻪ . ﺍﻟﻴَﻮْﻡِ َ ﺭْﺏَ ﺃَﺑَﺎﻩُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻬَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺑِﻴﻚِ ﻛَﺮْﺏٌ ﺑَﻌْﺪَ
“Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: “Alangkah berat penderitaanmu wahai ayahku”. Beliau menjawab: “Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…[al hadits]” [6]

ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻣَﺎ ﺃَﻏْﺒِﻂُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﺑِﻬَﻮْﻥِ ﻣَﻮْﺕٍ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﻣِﻦْ ﺷِﺪَّﺓِ ﻣَﻮْﺕِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ
“Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan kematian pada Rasulullah”.[7]
Dan penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk. Dalil penguatnya, keumuman firman Allah: “Setiap jiwa akan merasakan mati”. (Ali ‘Imran: 185).

“Sesungguhnya kematian ada kepedihannya”. Namun tingkat kepedihan setiap orang berbeda-beda. [8]
*KABAR GEMBIRA UNTUK ORANG-ORANG YANG BERIMAN.*


ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻧْﻘِﻄَﺎﻉٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺇِﻗْﺒَﺎﻝٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻧَﺰَﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺑِﻴﺾُ ﺍﻟْﻮُﺟُﻮﻩِ ﻛَﺄَﻥَّ ﻭُﺟُﻮﻫَﻬُﻢْ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﻛَﻔَﻦٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻛْﻔَﺎﻥِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﺣَﻨُﻮﻁٌ ﻣِﻦْ ﺣَﻨُﻮﻁِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺠْﻠِﺴُﻮﺍ ﻣِﻨْﻪُ ﻣَﺪَّ ﺍﻟْﺒَﺼَﺮِ ﺛُﻢَّ ﻳَﺠِﻲﺀُ ﻣَﻠَﻚُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺠْﻠِﺲَ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺃَﻳَّﺘُﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲُ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺔُ ﺍﺧْﺮُﺟِﻲ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻐْﻔِﺮَﺓٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭِﺿْﻮَﺍﻥٍ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺘَﺨْﺮُﺝُ ﺗَﺴِﻴﻞُ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺴِﻴﻞُ ﺍﻟْﻘَﻄْﺮَﺓُ ﻣِﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴِّﻘَﺎﺀِ ﻓَﻴَﺄْﺧُﺬُﻫَﺎ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﺧَﺬَﻫَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺪَﻋُﻮﻫَﺎ ﻓِﻲ ﻳَﺪِﻩِ ﻃَﺮْﻓَﺔَ ﻋَﻴْﻦٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺧُﺬُﻭﻫَﺎ ﻓَﻴَﺠْﻌَﻠُﻮﻫَﺎ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻜَﻔَﻦِ ﻭَﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﺤَﻨُﻮﻁِ ﻭَﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻛَﺄَﻃْﻴَﺐِ ﻧَﻔْﺤَﺔِ ﻣِﺴْﻚٍ ﻭُﺟِﺪَﺕْ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻪِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ
“Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth (wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: “Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya”.
Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi." .[9]


ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﺛُﻢَّ ﺍﺳْﺘَﻘَﺎﻣُﻮﺍ ﺗَﺘَﻨَﺰَّﻝُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﺃَﻵﺗَﺨَﺎﻓُﻮﺍ ﻭَﻻَﺗَﺤْﺰَﻧُﻮﺍ ﻭَﺃَﺑْﺸِﺮُﻭﺍ ﺑِﺎﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﻮﻋَﺪُﻭﻥَ {30} ﻧَﺤْﻦُ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻓِﻲ ﺍْﻷَﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎﺗَﺪَّﻋُﻮﻥَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):” Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Fushshilat: 30]

“Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka dengan berkata “janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan”.

“Kabar gembira akan terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan”.
Firman-Nya: “Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga”. [10]
Firman-Nya: “Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga”. [10]

ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺗَﺘَﻮَﻓَّﺎﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﻃَﻴِّﺒِﻴﻦَ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺳَﻼَﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﺩْﺧُﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salamun ‘alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)”, masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. [An Nahl: 32]

“Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang yang bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-Nya akan diwafatkan para malaikat yaitu dengan mencabut nyawa-nyawa mereka dalam keadaan thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat, (ini) menurut tafsiran yang paling shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa syurga dan menyambangi mereka mereka dengan salam…[11]
*MENGAPA RASULULLAH MENDERITA SAAT SAKARATUL MAUT?*


“Dalam hadits tersebut, kesengsaran (dalam) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan martabat (seseorang). Dalam konteks orang yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus kesalahan-kesalahannya” [12]

*Pertama
Supaya orang-orang mengetahui kadar sakitnya kematian dan ia (sakaratul maut) tidak kasat mata. Kadang ada seseorang melihat orang lain yang akan meninggal. Tidak ada gerakan atau keguncangan. Terlihat ruh keluar dengan mudah. Sehingga ia berfikir, perkara ini (sakaratul maut) ringan. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi pada mayat itu yang sebenarnya.


*Kedua
Mungkin akan terbetik di benak sebagian orang, mereka adalah para kekasih Allah dan para nabi dan rasul-Nya, mengapa mengalami kesengsaraan yang begitu berat ?. Padahal Allah mampu meringankannya bagi mereka?. Jawabnya, bahwa orang yang paling berat ujiannya di dunia adalah para nabi kemudian orang yang menyerupai mereka dan orang yang semakin mirip dengan mereka seperti dikatakan Nabi kita. Hadits ini dikeluarkan Bukhari dan lainnya.


*KABAR BURUK DARI PARA MALAIKAT KEPADA ORANG-ORANG KAFIR.*

“Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain- yang jahat jika akan telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat-malaikat yang kasar akan dari langit dengan wajah yang buruk dengan membawa dari neraka. Mereka duduk sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut hadir dan duduk di atas kepalanya dan berkata:
“Wahai jiwa yang keji keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya”. Maka ia mencabut (ruhnya) layaknya mencabut saffud (derek yang) banyak mata besinya dari bulu wol yang basah. [14]


ﻭَﻟَﻮْ ﺗَﺮَﻯٰ ﺇِﺫِ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﻏَﻤَﺮَﺍﺕِ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ ﺑَﺎﺳِﻄُﻮ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﺃَﺧْﺮِﺟُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢُ ۖ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺗُﺠْﺰَﻭْﻥَ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟْﻬُﻮﻥِ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻋَﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﺗَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭﻥَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat mumukul dengan tangannya, (Sambil berkata): “Keluarkan nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya”. [Al An’am: 93]


Para malaikat memukulimya supaya nyawanya keluar dari tubuhnya. Seketika itu, malaikat mengatakan: “Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya”.. artinya pada hari ini, kalian akan dihinakan dengan penghinaan yang tidak terkira karena mendustakan Allah dan (lantaran) kecongkakan kalian, tidak mau mengikuti ayat-ayat-Nya dan tidak pula tunduk kepaada para rasul-Nya.


ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﺟَﺂﺀَ ﺃَﺣَﺪَﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺟِﻌُﻮﻥِ {99} ﻟَﻌَﻠِّﻲ ﺃَﻋْﻤَﻞُ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﻛَﻶ ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻛَﻠِﻤَﺔٌ ﻫُﻮَ ﻗَﺂﺋِﻠُﻬَﺎ ﻭَﻣِﻦ ﻭَﺭَﺁﺋِﻬِﻢ ﺑَﺮْﺯَﺥٌ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﻳُﺒْﻌَﺜُﻮﻥَ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. [Al Mukminun: 99-100]

Washallallahu ‘ala Muhamaad wa ‘ala alihi ajmain.
_______
Footnote
[1]. Diadaptasi oleh M. Ashim dari kitab Ahwalu Al Muhtazhir (Dirasah Naqdiyyah) karya Dr. Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz bin Ahmad Al ‘Ali, dosen fakultas Ushuluddin di Riyadh. Majalah Jam’iah Islamiyah edisi 124 tahun XXXVI -1424 H.
Footnote
[1]. Diadaptasi oleh M. Ashim dari kitab Ahwalu Al Muhtazhir (Dirasah Naqdiyyah) karya Dr. Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz bin Ahmad Al ‘Ali, dosen fakultas Ushuluddin di Riyadh. Majalah Jam’iah Islamiyah edisi 124 tahun XXXVI -1424 H.
[2]. Al Maut hlm. 69
[3]. Lihat Jami’u Al Bayan Fii Tafsiri Al Quran (26/100-101) dan Fathul Qadir (5/75).
[4]. Taisir Al Karimi Ar Rahman Fi Tafsiri Kalami Al Mannan hlm. 833.
[5]. HR. Bukhari kitab Riqaq bab sakaratul maut (6510) dan kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
[6]. HR. Bukhari kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
[7]. HR. Tirmidzi kitab Janaiz bab penderitaan dalam kematian (979). Lihat Shahih Sunan Tirmidzi (1/502 no: 979).
[8]. At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/50-51).
[9]. HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).
[10]. Tafsiru Al Quranil ‘Azhim (4/100-101).
[11]. Adhwaul Bayan (3/266).
[12]. Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari (11/363).
[13]. At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/48-50) dengan diringkas
[14]. HR. HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).
Semoga bermanfaat
▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇
▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇▇

Bagi yang masih hidup perbanyaklah ingat mati ….. karena ……

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - « ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ » . ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ .
Abu Hurairah ¢ meriwayatkan: “Rasulullah ¤ bersabda: Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan”, yaitu kematian ”. (HR. Tirmidzi ).

{ ﻭَﻟِﻜُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺃَﺟَﻞٌ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺟَﺎﺀَ ﺃَﺟَﻠُﻬُﻢْ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﺄْﺧِﺮُﻭﻥَ ﺳَﺎﻋَﺔً ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﻘْﺪِﻣُﻮﻥَ }
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34).
ﻭَﻟَﻦْ ﻳُﺆَﺧِّﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺟَﺎﺀَ ﺃَﺟَﻠُﻬَﺎ [ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻮﻥ : 11]
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila. datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Munafiqun: 11).
Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.” (Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin , 8/474).

( ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺁﺋِﻘَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗُﻮَﻓَّﻮْﻥَ ﺃُﺟُﻮﺭَﻛُﻢْ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻓَﻤَﻦ ﺯُﺣْﺰِﺡَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﺃُﺩْﺧِﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻭَﻣﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻻَّ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ ) [ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ : 185 ]
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari. kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan .” (QS. Ali Imran: 185).
(ِ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺪْﺭِﻱ ﻧَﻔْﺲٌ ﻣَّﺎﺫَﺍ ﺗَﻜْﺴِﺐُ ﻏَﺪًﺍ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺪْﺭِﻱ ﻧَﻔْﺲٌ ﺑِﺄَﻱِّ ﺃَﺭْﺽٍ ﺗَﻤُﻮﺕُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ﺧَﺒِﻴﺮٌ ) [ ﻟﻘﻤﺎﻥ : 34 ]
“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Lukman: 34).

ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻷَﻋْﺮَﺍﺏُ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﺪِﻣُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺳَﺄَﻟُﻮﻩُ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔِ ﻣَﺘَﻰ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ﻓَﻨَﻈَﺮَ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺣْﺪَﺙِ ﺇِﻧْﺴَﺎﻥٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓَﻘَﺎﻝَ « ﺇِﻥْ ﻳَﻌِﺶْ ﻫَﺬَﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺪْﺭِﻛْﻪُ ﺍﻟْﻬَﺮَﻡُ ﻗَﺎﻣَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺳَﺎﻋَﺘُﻜُﻢْ »
“ Aisyah ¢ berkata: “Orang-orang kampung Arab jika datang menemui Rasulullah ¤, mereka bertanya tentang hari kiamat, kapan datangnya, lalu Nabi Muhammad ¤ melihat kepada seorang yang paling muda dari mereka, kemudian beliau bersabda: “Jika hidup pemuda ini dan tidak mendapati kematian, maka mulai saat itulah kiamat kalian datang.” (HR. Muslim).
ﺍﻟﻤﻐﻴﺮﺓ ﺑﻦ ﺷﻌﺒﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻧﻜﻢ ﺗﻘﻮﻟﻮﻥ : ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ، ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ؛ ﻓﺈﻥ ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻗﺎﻣﺖ ﻗﻴﺎﻣﺘﻪ .
Al Mughirah bin Syu’bah ¢ berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian mengucapkan: “Kiamat, kiamat…maka ketahuilah, siapa yang mati mulai saat itulah dibangkitkan kiamat untuknya.” (Al Mustadrak ‘Ala majmu’ al Fatawa , 1/88).
Ibnu Utsaimin ¢ berkata, “Yang demikian itu, karena seorang manusia jika mati, maka dia masuk ke dalam hari kiamat, oleh sebab itulah dikatakan: ‘Siapa yang mati mulailah kiamatnya, setiap apa yang ada sesudah kematian, maka sesungguhnya hal itu termasuk dari hari akhir. Jadi, alangkah dekatnya hari kiamat bagi kita, tidak ada jaraknya antara kita dengannya, melainkan ketika sesesorang mati, kemudian dia masuk ke kehidupan akhirat, tidak ada di dalamnya kecuali balasan atas amal perbuatan. Oleh sebab inilah, harus bagi kita untuk memperhatikan poin penting ini.” (Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin , 8/474).

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : “ ﺃﻛﺜﺮﻭﺍ ﺫﻛﺮ ﻫﺎﺫﻡ ﺍﻟﻠﺬﺍﺕ : ﺍﻟﻤﻮﺕ ، ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﺿﻴﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻴﺶ ﺇﻻ ﻭﺳﻌﻪ ﻋﻠﻴﻪ ، ﻭﻻ ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﺳﻌﺔ ﺇﻻ ﺿﻴﻘﻬﺎ ”
"Perbanyaklah mengingat pemutuskan kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya. ” (HR. Ibnu HIbban)
Ad Daqqaq rahimahullah berkata :
“ﻣﻦ ﺃﻛﺜﺮ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺃﻛﺮﻡ ﺑﺜﻼﺛﺔ : ﺗﻌﺠﻴﻞ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ، ﻭﻗﻨﺎﻋﺔ ﺍﻟﻘﻠﺐ ، ﻭﻧﺸﺎﻁ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ، ﻭﻣﻦ ﻧﺴﻰ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻋﻮﺟﻞ ﺑﺜﻼﺛﺔ : ﺗﺴﻮﻳﻒ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ، ﻭﺗﺮﻙ ﺍﻟﺮﺿﺎ ﺑﺎﻟﻜﻔﺎﻑ ، ﻭﺍﻟﺘﻜﺎﺳﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ” (ﺗﺬﻛﺮﺓ ﺍﻟﻘﺮﻃﺒﻲ : ﺹ 9)
"Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: “Bersegera taubat, puas hati dan bersemangat beribadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan 3 hukuman; menunda -nunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah” (At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby).

Abdullah bin Umar ¢ bercerita:
ﻛُﻨْﺖُ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻓَﺠَﺎﺀَﻩُ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ ﻓَﺴَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻯُّ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻗَﺎﻝَ : « ﺃَﺣْﺴَﻨُﻬُﻢْ ﺧُﻠُﻘًﺎ » ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﻯُّ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺃَﻛْﻴَﺲُ ﻗَﺎﻝَ : « ﺃَﻛْﺜَﺮُﻫُﻢْ ﻟِﻠْﻤَﻮْﺕِ ﺫِﻛْﺮًﺍ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻨُﻬُﻢْ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﺍﺳْﺘِﻌْﺪَﺍﺩًﺍ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻷَﻛْﻴَﺎﺱُ»
“Aku pernah bersama Rasulullah ¤, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi, lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?”, beliau menjawab: “Yang paling baik akhlaknya”, orang ini bertanya lagi: “Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?”, beliau menjawab: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal”. (HR. Ibnu Majah)

Ali bin Thalib ¢ berkata :
ارتحلتِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻣُﺪْﺑِﺮَﺓً ، ﻭَﺍﺭْﺗَﺤَﻠَﺖِ ﺍﻵﺧِﺮَﺓُ ﻣُﻘْﺒِﻠَﺔً ، ﻭَﻟِﻜُﻞِّ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺑَﻨُﻮﻥَ ، ﻓَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀِ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ، ﻭَﻻَ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻋَﻤَﻞٌ ﻭَﻻَ ﺣِﺴَﺎﺏَ ، ﻭَﻏَﺪًﺍ ﺣِﺴَﺎﺏٌ ﻭَﻻَ ﻋَﻤَﻞَ .
"Dunia ini pergi meninggalkan, dan akhirat datang menghadang, dan setiap dari keduanya memiliki pengekornya, maka jadilah kalian dari anak -anak yang mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-orang yang mendambakan dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) yang ada hanya amal perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal. ” (Shahih Bukhari).
*Ahirat abadi, Dunia fana*
• Beriman kepada hri akhir menyebabkan hati tidak terlalu bergantung kepada dunia, tidak mendewa-dewakan dan berbangga-bangga dan mengagungkannya. Sebab dia tahu bahwa kelak akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.
• Beriman kepada hari akhir menghidupkan hati orang beriman
• Dengannya ia memiliki rasa ikhlas, ridho, sabar, qona’ah, zuhud, ketika menjalani kehidupan dunia. Sebab dia faham bahwa dunia ini memang dipenuhi ujian, cobaan dan kesulitan demi kesulitan. Dia faham bahwa dunia ini memang bukan tempat balasan dan kenikmatan yang sebenarnya.
• Jika dia sedang mendapatkan ujian, cobaan dan kesulitan maka dia faham bahwa dia sedang diuji dengan itu semua. Hingga ia tetap sabar, dan terus beramal agar mendapatkan pahala dengan sabar dan amal.
*Hakekat kehidupan dunia*
• Kehidupan dunia ini bagaikan mimpi ilusi.
اللهم لا عيش إلا عيش الآخرة (متفق عليه)
“Ya Allah. Tidak ada kehidupan yang sesungguhnya selain kehidupan akhirat.” (Muttafaq ‘alaih)
• Kehidupan dunia ini hanya bersenda gurau dan permainan
وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌۭ وَلَعِبٌۭ
“Dan kehidupan dunia ini tiada lain melainkan hanya senda gurau dan main-main. (QS. Al-Ankabut : 64)
• Kehidupan dunia ini adalah kebahagian semu
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Alhadid 20)
• Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS Ali Imran:185).
• Kehidupan dunia ini bagaikan bayang-banayang pohon, yang teramat singkat
مالي وللدنيا ما أنا في الدنيا إلا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها (رواه الترمذي)
“Saya di dunia ini tiada lain kecuali hanyalah bagaikan seorang yang mengendarai kenderaan yang bernaung di bawah pohon sebentar, lalu pergi dan meninggalkannya” (Diriwayatkan Imam Termidzi)
• Kehidupan dunia ini bagaikan setetes air di ujung jari
ما الدنيا في الآخرة إلا مثل ما يجعل أحدكم أصبعه في اليم فلينظر بم يرجع (رواه مسلم)
“Tidaklah dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti seseorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke air lautan, maka cobalah lihat seberapa yang kembali” (HR. Muslim)
• Kehidupan dunia ini lebih murah nilainya daripada bankai kambing busuk
فو الله للدنيا أهون على الله من هذا عليكم (رواه مسلم) أي بجدي الأسك الصغير الأذن الميت
“Demi Allah, dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada kambing ini bagimu semua.” (Riwayat Muslim)
• Kehidupan dunia ini adalah penjara bagi orang muslim dan surganya orang kafir
الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر (رواه مسلم)
“Dunia ini adalah penjara bagi orang mu’min dan syurga bagi orang kafir (Jika dibandingkan dengan siksa di neraka)” (Riwayat Muslim)
• Dunia ini adalah negeri tempat menyeberang dan melintas menuju akhirat
Rasulullah menepuk kedua pundak Abdullah bin Umar seraya bersabda ;
كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل. (رواه البخاري)
“Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau orang asing atau sebagai orang yang menyeberangi jalan“ (HR. Muslim)
• Kehidupan dunia ini nilainya lebih rendah daripada sayap nyamuk
لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافرا منها شربة ماء. (رواه الترمذي)
“Andaikata dunia ini di sisi Allah dianggap menyamai – nilainya – dengan selembar sayap nyamuk, niscayalah Allah tidak akan memberi minum seteguk airpun kepada orang kafir daripadanya.”
• Kehidupan dunia ini kecil dan rendah
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا
“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”. (An Nisaa’ 4 : 77)
• Kehidupan dunia ini memang manis dan memperdaya
إن الدنيا حلوة خضرة، وإن اللَّه مستخلفكم فيها فينظر كيف تعملون، فاتقوا الدنيا، واتقوا النساء فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka thati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita” (HR Muslim)
• Kehidupan dunia ini dipenuhi fitnah
إن لكل أمة فتنة فتنة أمتي المال (رواه الترمذي)
“Sesungguhnya setiap ummat ada fitnahnya dan fitnah ummatku ialah harta"
• Kehidupan dunia ini dilaknati selain amalan yang mengandung dzikir dan mempelajari ilmu
ألا إن الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله تعالى وما والاه وعالما ومتعلما (رواه الترمذي)
“Ingatlah, sesungguhnya dunia itu dilaknat, dilaknat pula segala sesuatu yang ada di dalamnya, melainkan berzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim serta orang yang menuntut ilmu.
• Kehidupan dunia ini melalaikan dan menyihir
لا تتخذوا الضيعة فترغبوا في الدنيا (رواه الترمذي)
“Janganlah engkau terlampau cinta benda-benda, sebab jika begitu, maka kalian terlampau cinta keduniaan”. (HR. Turmudzi)
• Kehidupan dunia usang, hancur, habis, rusak, fana.
يقول ابن آدم مالي مالي وهل لك يا ابن آدم من مالك إلا ما أكلت فأفنيت أو لبست فأبليت أو تصدقت فأمضيت (رواه مسلم)
“Anak Adam berkata: “Duhai hartaku, hartaku! Padahal harta sebenarnya milikmu itu hai anak Adam, hanyalah apa yang kau makan lalu habis, apa yang kau pakai lalu usang, atau apa yang kau sedekahkan maka tetap kekal adanya pahala.” (Riwayat Muslim)
• Kehidupan dunia ini adalah ladang bertanam amal
الدنيا مزرعة الاخرة
” Dunia adalah ladang akhirat.”
• Kehidupan dunia ini hanyalah susunan usia, tahun-demi tahun.
أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ
“Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka keni`matan hidup bertahun-tahun, Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka” (QS. As-Syuro : 206)
• Kehidupan dunia ini tempat manusia saling berlomba
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًۭا
“....Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur” (Alhadid 20)
• Kehidupan dunia ini bagaikan air hujan
إِنَّمَا مَثَلُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit....” (QS. Yunus 24)
ٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit” (Alkahfi 45)
• Kehidupan dunia ini melalaikan dari akhirat jika kedunakan untuk perlombaan materi
أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ
“Berbanyak-banyakan melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur” (QS. AtTakasur: 1)
• Kehidupan dunia ini fana, hancur, habis, usang, berujung dalam berkesudahan
*Faidah beriman kepada akhirat*
1. Menjadikan hati tidak terlalu bergantung kepada dunia
2. Menyebabkan sikap ikhlas, ridho, sabar, qona’ah, zuhud, ketika menjalani kehidupan dunia.
3. Menumbuhkan sikap menerima ketentuan taqdir yang ditetapkan kepadanya
4. Menumbuhkan sikap bersungguh-sungguh berbekal, beramal, menabung demi negeri tujuannya
5. Memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi di akhirat yakni surga.
6. Mengingati akhirat membuat hati bersih dari iri dengki kepada orang, tidak marah-marah dan berselisih. Apa juga, wong hanya dunia saja kok....
7. Menumbuhkan sikap hati-hati. Takut berbuat dholim sehingga mengurangi amal dan menimbulkan kerugian kelak di akhirat. Sebab keadilan akhirat saling menuntut hak, hingga kambing yang yang ditanduk pun protes meminta keadilan di mahkamah ilahiyah.
8. Seberapa besar keyakinannya terhadap kehidupan akhirat maka sebesar itu pula rasa yakinnya di dunia.
9. Menjadikan rasa ringan segala musibah dan derita serta beratnya beban kehidupan. Masalah yang macem-macem silih berganti menuntut hak; bayar ini, beli ini, perlu ini, harus ada ini, penuhi ini, harus begini, kurang ini, bagaimana ini, bagaimana itu.
10. Menumbuhkan cita-cita dan semangat yang tinggi, yaitu masuk ke surga Jannah. Ingin melihat wajah Allah, berdekatan dengan para nabi, berjumpa dengan para rosul, berkumpul bersama dengan para sholihin, berkata dengan malaikat.
11. Beriman kepada akhirat mengejutkan dan membuat terhenyak orang-orang lalai, menjadkan bertaubat orang-orang durjana, menjadikan semakin bergelora ibadah orang-orang taat.
Berkatalah Harits Al-Mahatsi :
ما من أحدٍ يعصي ربه - عز وجل - إلا وهو ناسٍ للحسابِ ومقاساةِ الأهوال، وإني أحذِّركم وأحذِّرُ نفسي من يومٍ آلَى اللهُ على نفسه ألاَّ يترك عبدًا حتى يسأله عن عملِه كله، دقيقه وجليله، سرِّه وعلانيته
“Tidaklah seorangpun bermaksiyat kepada RobbNya, melainkan lantaran karena dia lalai dengan Hisab akhirat, aku ingatkan kepadamu dan kepadaku akan hari akhir, bahwa Allah akan mempertanyakan semua amalan hambaNya baik yang kecil maupun yang besar, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi”
12. Membuat hati tentram, tenang dan dipenuhi kebahagiaan.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴾ [الأنعام: 162]
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam” (QS. Al-An’am : 162)
Semoga manfaat.
ودكم أبو الحسن
ودكم أبو الحسن
Tidak ada komentar :
Posting Komentar