Laman

Selasa, 06 Maret 2018

MU'ADZ BIN JABAL

🇲 🇺 ' 🇦 🇩 🇿
🇮 🇧 🇳 🇺
🇯 🇦 🇧 🇦 🇱


*Sekilas Biografi sahabat nabi Mu’adz bin Jabal* (Wafat 18 Hijriah)

 Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji, dengan nama julukan “Abu Abdurahman”, Kunyah atau panggilannya Abu Abdirrahman. Mu'adz bin Jabal bin Amr al-Anshari al-Khazraji al-Madani al-Badri.

*SIFAT – SIFAT MU’ADZ*
 Berkata Abdus Shamad bin Sa'id mensifati tentang dirinya:
"Beliau berbadan tinggi, tegap, dan gagah". Al-Madaini juga mengatakan akan sifat beliau: "Beliau seorang yang berbadan tinggi, memiliki rambut sangat indah sedikit berikal, bermata bening, berkulit putih. Dirinya masuk Islam pada saat usianya baru berumur delapan belas tahun, ikut peperangan Badar, sedangkan dirinya ketika itu masih berusia dua puluh satu tahun.” [Siyar a'lamu Nubala 1/444-445.]

 Seorang yang Zuhud dari dunia. Waro’, Banyak beribadah dan perhatian dengan negeri akhirat, dermawan. Allah juga mengaruniakan kepadanya kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah, fasih bacaan lisannya. Lembut, pemuda yang gagah dari beberapa pemuda Kota Madinah.

 Dilahirkan di Madinah. Ia memeluk Islam pada usia 18 tahun, Ia mempunyai keistimewaan sebagai seorang yang sangat pintar dan berdedikasi tinggi. Dari segi fisik, ia tampan, gagah dan perkasa. Muadz termasuk di dalam rombongan yang berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang berbai’at kepada Rasulullah. Setelah itu Muadz kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah.

*REKOMENDASI ROSULULLAH*

 Rosulullah pernah mengandeng tangannya lalu bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا مُعَاذُ, والله إِنِّي لَأُحِبُّكَ, والله إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ: أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ » [أخرجه أبو داود]

"Wahai Mu'adz, demi Allah aku mencintaimu, demi Allah aku mencintaimu". Lalu berpesan: "Aku wasiatkan untukmu wahai Mu'adz supaya tidak pernah meninggalkan tiap kali selesai sholat untuk berdo'a: "Ya Allah, berilah aku pertolongan untuk selalu mengingatMu, bersyukur serta baik dalam beribadah". HR Abu Dawud no: 1522.

وأشار إليه الرسول في حديثه "استقرئوا القرآن من أربعة: من عبد الله بن مسعود، وسالم مولى أبي حنيفة، وأُبي بن كعب، ومعاذ بن جبل

 Nabi memberi isyarat kepada umatnya untuk mengambil ilmu AlQuran darinya ;

“Pelajarilah bacaan AlQuran dari empat orang; Abdullah bin Mas’ud, Salim maula Abi hanifah, Ubaiy Ibnu Ka’ab dan Muadz bin Jabal” (HR. Muslim)

خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِى حُذَيْفَةَ » [أخرجه البخاري و مسلم]

"Ambillah al-Qur'an dari empat orang, dari Ibnu Ummi Abdin (Abdullah bin Mas'ud), Mu'adz bin Jabal, dan Ubai bin Ka'ab serta Salim mantan sahayanya Abu Hudzaifah". [HR Bukhari no: 3758. Muslim no: 2464.]

 Rasulullah mengutusnya ke Yaman, beliau berpesan kepadanya:

إِنَّكَ تَأْتِى قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ. فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ » [أخرجه البخاري و مسلم]

"Sesungguhnya engkau akan mendatangi sekelompok kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah. Jika sekiranya mereka mentaatimu akan hal tersebut, maka beritahulah mereka bahwasannya Allah telah mewajibakan atas mereka sholat lima waktu setiap harinya". [HR Bukhari no: 1458. Muslim no: 19]

*BENCI KEPADA BERHALA*
 Mua’dz sangat benci kepada berhala. Patung gundul botak sedekap plontos bisu. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat yang terkemuka seperti misalnya Amru bin Al-Jamuh.

 Sama-sama pemuda seusianya yang bertetangga dari suku bani Salamah. Ibnu Jamuh punya tuhan berhala di depan rumahnya. Tiap malam oleh Mu’adz dicuri dan kepala patung tersebut dicelupkan ke tahi dan kotoran. Setiap pagi Amru bin Jamuh memandikan berhalanya, meminyakinya dengan wangi-wangian, dan mengganti pakaian. Dan hal itu terjadi setiap hari. Hingga hari kelima Amru jengkel. Berkata : “Kalau kamu memang tuhan, ini pedang saya siapkan di tanganmu. Nanti malam kalau ada yang mengganggumu bunuh saja dia”. Begitu pagi merekah, patungnya ditemukan terikat dengan bangkai anjing busuk menggantung kecebur ke dalam sumur. Dari peristiwa itu dia masuk Islam dari asbab Mu’adz bin Jabal.

 Kecintaannya kepada rosulullah sangatlah mendalam. Pada waktu Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah, Muadz senantiasa berada bersama dengan Rasulullah sehingga ia dapat memahami Al-Qur’an dan syariat-syariat Islam dengan baik. Hal tersebut membuatnya di kemudian hari muncul sebagai seorang yang paling ahli tentang Al-Qur’an dari kalangan para sahabat. Ia adalah orang yang paling baik membaca Al-Qur’an serta paling memahami syariat-syariat Allah.

 Oleh sebab itulah Rasulullah memujinya dengan bersabda,

" أعلم أمتي بالحلال والحرام معاذ بن جبل

“Yang kumaksud umatku yang paling alim tentang halal dan haram ialah Muaz bin Jabal.” (Hadist Tirmidzi dan Ibnu Majah).

 Ia meriwayatkan hadist dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar dan meriwayatkan darinya ialah Anas bin Malik, Masruq, Abu Thufail Amir bin Wasilah. Selain itu, Muadz merupakan salah satu dari enam orang yang mengumpulkan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah.

 Setelah kota Makkah didatangi oleh Rasulullah, penduduk Makkah memerlukan tenaga-tenaga pengajar yang tetap tinggal bersama mereka untuk mengajarkan syariat agama Islam.

 Rasulullah lantas menyanggupi permintaan tersebut dan meminta supaya Muaz tinggal bersama dengan penduduk Makkah untuk mengajar Al-Qur’an dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai agama Allah.

 Sifat terpuji beliau juga jelas terlihat manakala rombongan raja-raja Yaman datang menjumpai Rasulullah guna meng-isytihar-kan keislaman mereka dan meminta kepada Rasulullah supaya mengantarkan tenaga pengajar kepada mereka. Begitupun maka Rasulullah memilih Muaz untuk memegang tugas itu bersama-sama dengan beberapa orang para sahabat.

*ROSULULLAH SANGAT MENCINTAINYA*
 Rasulullah _Shallallahu alaihi wassalam_ mempersaudarakanya dengan Abdullah bin Mas’ud. Riwayat lain, mensaudarakannya dengan Ja’far bin Abi Tholib. Nabi mengirimnya ke negeri Yaman untuk mengajar, memberikan pengetahuan agama dan mendidik sampai hapal al-Quran kepada penduduk Yaman. Rosulullah juga mencintai pemuda sholih ini.

 Bahkan Rasulullah mengantarnya dengan berjalan kaki sambil menuntunkan untanya sedangkan Mu’adz naik di atasnya, dan Nabi bersabda kepadanya: ” Sungguh, aku mencintaimu“.

*PERPISAHAN PILU*
 Hari pun berlalu, tahun pun berganti, perjalanan waktu pun berputar berlalu sebagaimana awan berjalan. Sehingga semakin dekat waktu untuk berpisah dengan orang-orang yang dia cintai. Sungguh betapa berat kerindunan yang harus ditanggung Muadz sebab harus berpisah dengan Rosulullah untuk selamanya. Tidak akan pernah lagi saat Mu’adz pulang ke kampungnya untuk melihat wajah yang paling dia cintai selama ini. Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya Rosulullah mewasiatkan kepada Muadz dengan bersabda :

يَا مُعَاذُ إِنَّكَ عَسَى أَنْ لَا تَلْقَانِي بَعْدَ عَامِي هَذَا وَلَعَلَّكَ أَنْ تَمُرَّ بِمَسْجِدِي وَقَبْرِي فَبَكَى مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ جَشَعًا لِفِرَاقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. و في رواية: فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَبْكِ يَا مُعَاذُ إِنَّ الْبُكَاءَ مِنْ الشَّيْطَانِ » [أخرجه أحمد]

"Wahai Mu'adz, mungkin engkau tidak akan bertemu denganku lagi setelah tahun ini, kemungkinan engkau nanti hanya bisa melewati dimasjid dan kuburku". Manakala mendengar seperti itu maka menangislah Mu'adz tersedu-sedu, karena harus berpisah dengan Rasulallah, kemudian beliau memalingkan wajah kearah Madinah, lalu berkata:

"Sesungguhnya orang yang paling utama disisiku adalah orang yang bertakwa dimanapun tempat dan waktunya". Dalam sebuah redaksi Rasulallah bersabda: "Janganlah menangis wahai Mu'adz, sesungguhnya menangis termasuk dari setan". [HR Ahmad 36/376 no: 22052, 202054.]

 Muadz menangis tiada henti teringat kata-kata terakhir ini dari kekasihnya yang sangat dia cintai dengan mendalam. Terlalu sedih untuk berpisah dengan Rasulullah Shallalahu alaihi wassalam.

 Selepas peristiwa tersebut ternyata Rasulullah benar- benar wafat dan Muadz tidak lagi dapat melihatnya. Muadz sangat terpukul atas berpulangnya Rasulullah _Shallallahu alaihi wassalam_ . Ia bahkan menangis tersedu-sedu selama beberapa saat. Segalanya seakan telah hambar baginya karena ditinggal pergi nabi.

 Namun ia segera menyadari tanggung jawab dakwah di pundaknya. Ia senantiasa menjaga ghirah (semangat) keislamannya agar tidak surut. Setelah Umar bin Khattab dilantik menjadi khalifah, ia mengutus Muadz untuk mendamaikan pertikaian yang terjadi di kalangan Bani Kilab. Ia pun sukses menjalankan misi itu.

 Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar pula, gubernur Syam (sekarang Mesir) mengirimkan Yazid bin Abi Sofian untuk meminta guru bagi penduduknya. Lalu Umar memanggil Muaz bin Jabal, Ubaidah bin As-Somit, Abu Ayub Al-Ansary, Ubai bin Kaab dan Abu Darda’ dalam satu majelis.

 Khalifah Umar berkata kepada mereka :
“Sesungguhnya saudara kamu di negeri Syam telah meminta bantuan daripada aku supaya mengantar siapa saja yang dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka dan memberikan pemahaman kepada mereka tentang agama Islam. Oleh karena itu bantulah aku untuk mendapat tiga orang dari kalangan kamu semoga Allah merahmati kamu. Sekiranya kamu ingin membuat pengundian, kamu boleh membuat undian, jika tidak aku akan melantik tiga orang dari kalangan kamu.”

 Lalu mereka menjawab :
“Kami tidak akan membuat pengundian dengan memandang bahwa Abu Ayub telah terlalu tua, sedang Ubai pun senantiasa mengalami kesakitan, dan yang tinggal hanya kami bertiga saja.” Kemudian Umar berkata kepada mereka : “Kalian mulailah bertugas di Hims, sekiranya kamu suka dengan keadaan penduduknya, bolehlah salah seorang diantara kamu tinggal di sana. Kemudian salah seorang daripada kamu hendaknya pergi ke Damsyik, dan seorang lagi pergi ke Palestina.”

 Lalu mereka bertiga keluar ke Hims dan mereka meninggalkan Ubaidah bin As-Somit di sana, Abu Darda’ pergi ke Damsyik. Muaz bin Jabal terus berlalu pergi ke negara Urdun. Muaz bin Jabal berada di Urdun pada saat negeri tersebut tengah terserang wabah penyakit menular.

Mu’adz bin Jabal wafat tahun 18 H ketika terjadi wabah hebat di Urdun tersebut, waktu itu usianya 33 tahun .


(Disalin dari Biografi Mu’adz dalam _Al-Ishabah_ no. 8.039 karya Ibnu Hajar Al-Atsqalani dan _Thabaqat Ibn Sa’ad_ 3/Q2,120)
Semoga manfaat. Amiin.
أبو حسن

Tidak ada komentar:

Posting Komentar