*JANGAN BERSEDIH*
*Islam Menginginkanmu Bahagia*
📌 Kehidupan ini tak selamanya indah. Senang dan duka datang silih berganti. Hal ini semakin memantapkan hati BAHWA : kehidupan dunia ini hanyalah permain semu. Kebahagiaannya semu. Kenikmatannya semu. Kesedihannya maya. Kehidupan dunia ini maya;
- ada yang datang, ada yang pergi
- yang satu lahir, yang lain mati,
- yang satu hancur, satunya bersemi
- dahulu di atas tanah, kini mati di bawah bumi
- yang baru rusak, yang lama usang
- dahulu kanak², kini telah beranak
- ada yang muncul lalu tenggelam,
- semua musnah, semua punah
- ada yang datang, ada yang pergi
- yang satu lahir, yang lain mati,
- yang satu hancur, satunya bersemi
- dahulu di atas tanah, kini mati di bawah bumi
- yang baru rusak, yang lama usang
- dahulu kanak², kini telah beranak
- ada yang muncul lalu tenggelam,
- semua musnah, semua punah
Kehidupan dunia hanyalah sementara serta fana.
📌 Ada kehidupan selanjutnya di hadapan kita. Itulah negeri akhirat yang abadi dan hakiki selamanya.
📌 Sesungguhnya tipuan dunia akan hilang. Semua kenikmatan selain surga akan sirna. Dan semua kesusahan selain neraka adalah keselamatan.”
📌 Dunia ini dipenuhi berbagai ujian dan cobaan silih berganti bertubi², namun berbahagialah orang yang bersabar menghadapinya. Pujian bagi orang yang tangguh menjalaninya. Manusia pasti diberi cobaan. Karena dunia ini memang _daarul ibtilaa’_ (negeri tempat ujian dan cobaan).
Allah_‘azzawajalla_ berfirman,
ﻭَﻧَﺒْﻠُﻮﻛُﻢْ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮِّ ﻭَﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻓِﺘْﻨَﺔً ۖ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻨَﺎ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥ
َ
“Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali” (QS. Al-Anbiya: 35).
َ
“Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali” (QS. Al-Anbiya: 35).
📌 Ikrimah _rahimahullah_ pernah mengatakan,
ﻟﻴﺲ ﺃﺣﺪ ﺇﻻ ﻭﻫﻮ ﻳﻔﺮﺡ ﻭﻳﺤﺰﻥ ، ﻭﻟﻜﻦ ﺍﺟﻌﻠﻮﺍ ﺍﻟﻔﺮﺡ ﺷﻜﺮﺍً ﻭﺍﻟﺤﺰﻥ ﺻﺒﺮ
“Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, jadikanlah saat sukamu adalah syukur dan dukamu adalah sabar."
📌 Allah yang menciptakan kebahagiaan dan Kesedihan agar manusia menyadari nikmatnya kebahagiaan, sehingga ia bersyukur dan berbagi. Dan sempitnya kesedihan, pahitnya penderitaan, diciptakan agar ia tunduk bersimpuh di hadapan Tuhan yang maha rahmat dan mengasihi, serta tidak menyombongkan diri. Hinggalah ia mengadukan harapan di hadiratNya. Merendah, merengek di hadapan Allah.
📌 Semua para nabi mengalami penderitaan. Dan mereka memberi teladan bagaimana kesabaran. Seperti duka yang dialami nabi Yaqub,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﺷْﻜُﻮ ﺑَﺜِّﻲ ﻭَﺣُﺰْﻧِﻲ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ
ِ
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan dan kesedihanku” (QS. Yusuf: 86).
ِ
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan dan kesedihanku” (QS. Yusuf: 86).
ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺃَﺿْﺤَﻚَ ﻭَﺃَﺑْﻜَﻰ
ٰ
“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis” (QS. An-Najm: 43).
ٰ
“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis” (QS. An-Najm: 43).
📌 Oleh karena itu, tidaklah tercela bila seorang merasa sedih. Itu adalah naluri. Sebagaimana naluri bawaan sejak bayi, begitu lahir pasti menangis sedih. Tak ada salahnya bila memang sewajarnya. Terlebih bila sebab-sebab kesedihan itu suatu yang terpuji. Seperti yang dirasakan oleh orang² beriman saat melakukan dosa dan kesalahan, di mana Nabi mengabarkan bahwa itu adalah tanda iman;
ﻣَﻦْ ﺳَﺮَّﺗْﻪُ ﺣَﺴَﻨَﺎﺗُﻪُ ﻭَﺳَﺎﺀَﺗْﻪُ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺗُﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦُ
“Barangsiapa yang merasa gembira karena amal kebaikannya dan sedih karena amal keburukannya, maka ia adalah seorang yang beriman” (HR. Tirmidzi).
📌 Seorang beriman tentu merasa sedih ;
- saat tertinggal shalat berjamaah di masjid,
- menyia-nyiakan waktu,
- tertidur di sepertiga malam terakhir hingga luput dari sholat tahajud,
- beberapa hari luput dari bacaan quran
- tertidur saat khutbah jum'at
- melakukan maksiyat berulang²
- mendholimi orang, dan sebagainya.
Ini semua sebagai hal yang terpuji. Ini adalah tanda adanya cahaya iman dalam hatinya.
- saat tertinggal shalat berjamaah di masjid,
- menyia-nyiakan waktu,
- tertidur di sepertiga malam terakhir hingga luput dari sholat tahajud,
- beberapa hari luput dari bacaan quran
- tertidur saat khutbah jum'at
- melakukan maksiyat berulang²
- mendholimi orang, dan sebagainya.
Ini semua sebagai hal yang terpuji. Ini adalah tanda adanya cahaya iman dalam hatinya.
📌 Yang tercela adalah apabila terus menerus larut dalam kesedihan. Hingga membuat hatinya lemah, jiwanya loyo, tekadnya redup, cita²nya surut, rasa optimisnya luntur, kesedihan yang menghancurkan harapan. Sampai membuatnya tidak mau lagi bangkit bergerak, tidak ada ikhtiyar dan usaha untuk mengubah keadaannya untuk menjadi insan yang lebih bahagia.
📌 Kesedihan yang tercela adalah kesedihan yang membuatnya lemah untuk meraih ridha Allah, bahkan membawanya pada keputusasaan dan membenci takdir Allah. Rasa sedih yang membuatnya berburuk sangka (su'udzan) kepada Allah. Karena seringkali setan memanfaatkan kesedihan untuk menjerumuskan manusia. Betapa banyak orang-orang yang tergelincir dari jalan Allah karena terus- menerus larut dalam kesedihan. *Setan membisikkan tipu daya ketika manusia dalam kesedihan* .
*Setan membisikkan kesesatan* ;
- tidak usah serius ibadah _lah,_ tetanggamu kaya- kaya meskipun tak sholat.
- untuk apa juga kamu terus- menerus berdo'a, buktinya juga doamu tidak ada yang terkabul.
- tidak ada gunanya kamu ngaji- ngaji, lihat itu tetanggamu gak ngaki juga makan.
- dan berbagai bisikan sesat lainnya.
📌 Oleh karenanya, Nabi
[] senantiasa berlindung dari rasa sedih. Di antara doa yang sering dipanjatkan Nabi adalah,
[] senantiasa berlindung dari rasa sedih. Di antara doa yang sering dipanjatkan Nabi adalah,
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻬﻢ ﻭﺍﻟﺤﺰﻥ ..
_“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari gundah gulana dan rasa sedih…”_ (HR. Bukhari dan Muslim).
📌 *Islam menginginkan umatnya bahagia.* *Terjauh dari kesedihan.* Ternyata apabila kita cermati, kata-kata sedih dalam Al-Qurán tidaklah datang kecuali dalam konteks *larangan* . Sebagaimana yang dijelaskan Ibnul Qoyyim dalam Madaarijus Saalikiin.
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻬِﻨُﻮﺍ *ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺤْﺰَﻧُﻮﺍ* ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢُ ﺍﻟْﺄَﻋْﻠَﻮْﻥَ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
“Janganlah kamu lemah, dan *janganlah (pula) kamu bersedih* hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).
*ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺤْﺰَﻥْ* ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ
*“Dan janganlah kamu berduka cita* terhadap mereka” (QS. An-Nahl: 127).
Juga firman Allah ta’ala,
*ﻟَﺎ ﺗَﺤْﺰَﻥْ* ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﻌَﻨَﺎ ۖ
*“Janganlah kamu bersedih,* sesungguhnya Allah beserta kita” (QS. At-Taubah: 40)
ﻟَﺎ ﺧَﻮْﻑٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭ *َﻟَﺎ ﻫُﻢْ ﻳَﺤْﺰَﻧُﻮﻥ*َ
“Mereka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan *tidak (pula) mereka bersedih hati”* (QS. Al-Baqarah: 38)
📌 Apa rahasia dari semua ini? Ibnul Qoyyim menjelaskan,
ﻭﺳﺮ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﺍﻟﺤﺰﻥ ﻣﻮﻗﻒ ﻏﻴﺮ ﻣﺴﻴﺮ ، ﻭﻻ ﻣﺼﻠﺤﺔ ﻓﻴﻪ ﻟﻠﻘﻠﺐ ، ﻭﺃﺣﺐ ﺷﻲﺀ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ : ﺃﻥ ﻳﺤﺰﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻟﻴﻘﻄﻌﻪ ﻋﻦ ﺳﻴﺮﻩ ﻭﻳﻮﻗﻔﻪ ﻋﻦ ﺳﻠﻮﻛﻪ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : } ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﻨَّﺠْﻮَﻯ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﻟِﻴَﺤْﺰُﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ }
"Rahasianya adalah: karena kesedihan adalah keadaan yang tidak menyenangkan, tidak ada maslahat bagi hati. Suatu hal yang paling disenangi setan adalah membuat sedih hati seorang hamba. Hingga menghentikannya dari rutinitas amal dan menahannya dari kebiasaan baiknya."
*ISLAM DATANG UNTUK BAHAGIA.*
📌 Kalau kini anda merasa tidak semakin tentram dan bahagia, berarti ada yang salah dalam keislaman anda. Barangkali ada sisi manhaj yang anda yakini ada yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang seharusnya. Mungkin saja ada aqidah, aturan, ajaran, prinsip keyakinan yang berbungkus Islam ternyata bukan. Seperti kekeliruan memahami zuhud dengan gaya hidup miskin, memahami qona'ah dengan pasrah tanpa usaha, kemalasan tapi mengatasnamakan tawakkal. Keliru. Betapa banyak orang tidak serius bekerja mencari kekayaan dengan alasan : hubbud dunya. Akibatnya apa? Hidup mereka tidak beres hingga mereka hidup dalam derita dan kesedihan.
📌 Bersyukurlah anda atas nikmat Islam. Karena *Islam adalah agama yang menginginkan anda untuk senantiasa bahagia* . Allah ‘azza wa jalla . Sang Pembuat Syariat ini tak ingin melihat hamba-Nya bersedih hati. Oleh karenanya, Islam diturunkan untuk membawa kebahagiaan bagi segenap makhluk, bukan untuk menyusahkan. Dalilnya dalam surat Thaha Allah berfirman,
ﻣَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻟِﺘَﺸْﻘَﻰٰ
“Kami tidaklah menurunkan AlQuran ini kepadamu untuk membuatmu susah” (QS. Thaha: 2). Artinya, Islam diturunkan untuk membuatmu bahagia.
📌 Bahkan, saat seorang jauh dari Islam, saat Itulah kesedihan hakiki pasti menghampiri, dia memang pantas untuk mendapat kesedihan karena jauh dari Islam.
Bila kita perhatikan sebuah hadis Nabi [], maka kita bisa memyimpulkan sebuah kesimpulan yang indah. Di mana Nabi [] pernah bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔً ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺘَﻨَﺎﺟَﻰ ﺭَﺟُﻠَﺎﻥِ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟْﺂﺧَﺮِ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺨْﺘَﻠِﻄُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺱِ ﺃَﺟْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﺤْﺰِﻧَﻪُ
“Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbicara berbisik- bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih” (HR. Bukhori no. 6290 dan Muslim no. 2184).
Sekedar berbisik hingga menyebabkan saudaranya sedih saja dilarang. Ini menunjukkan bahwa Islam begitu menjaga perasaan penganutnya dan amat menginginkan kebahagiaan dalam hati setiap insan. Bahkan Allah senang melihat tanda-tanda bahagia tampak dalam diri kita;
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤِﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳُﺮَﻯ ﺃَﺛَﺮُ ﻧِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺒْﺪِﻩِ
"Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat-Nya pada seorang hamba” (HR. Tirmidzi dan An Nasai).
📌 Maka betapa indahnya Islam, agama yang mencintai kebahagiaan pada dirimu, dan mengenyahkanmu dari duka cita, di dunia dan di akhirat.
📌 Wahai saudaraku, usirlah kesedihan dari hatimu. Bunuhlah kegundahan dari jiwamu. Jangan biarkan setan memanfaatkannya. Karena setan selalu mengintai setiap gerak-gerik kita. Sebagaimana Rasulullah kabarkan,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺤْﻀُﺮُ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﺷَﺄْﻧِﻪِ ، ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺤْﻀُﺮَﻩُ ﻋِﻨْﺪَ ﻃَﻌَﺎﻣِﻪِ
“Sesungguhnya setan mendatangi kalian dalam setiap keadaan kalian. Sampai setan ikut hadir di makanan kalian” (HR. Muslim).
*PENUTUP*
Terakhir sebagai penutup dari tulisan ini, kami ingin katakan, *"Jika anda seorang muslim, berbahagialah!”*
Wallahu ta’ala a’laa wa a’lam .
________
Kota Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, 9 Dzulqo’dah 1436 / 24-08-2015
Ditulis Oleh : Ahmad Anshori
Artikel : Muslim. Or.id
Tidak ada komentar :
Posting Komentar