*BAHAYA FANATISME (TA'ASSHUB)*
🛑 Setan itu selalu berusaha memperdaya anak keturunan Adam agar berbangga dengan kelompoknya. Maka fanatisme merupakan rencana Iblis;
كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
"Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." [ar-Rûm/30: 32]
🛑 Sikap fanatisme kelompok itu sangat diharamkan oleh Islam, lantaran perbuatan itu merupakan kebiasaan orang kafir/ musyrik ;
وَ لاَ تَكُوْنُوْا مِنَ اْلمـُـشْرِكِيْنَ مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَ كَانُوْا شِيَعًا كُـلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ
"Dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (kaum musyrikin), yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. *masing- masing golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka* . [QS. ar-Rum/30: 31-32].
🛑 Rosulullah bersabda memperingatkan bahaya fanatisme (ashobiyah) ;
*لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ* وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ ، وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ. (أخرجه أبو داود (5121)
*“Bukan termasuk golonganku orang yang mengajak pada fanatisme,* dan bukan termasuk golonganku orang yang saling bunuh karena fanatisme, dan bukan dari kaumku yang meninggal karena (dalam keadaan) fanatisme”.
مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ ، يَدْعُو عَصَبِيَّةً ، أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً ، فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ. )أخرجه مُسْلم 6/22(4820).
*“Barangsiapa yang terbunuh di bawah bendera ummiyyah (kesesatan) yang disebabkan ia mengajak kepada ashobiyah atau dalam rangka menolong ashobiyah, maka matinya adalah mati jahiliyah”* . [HR Muslim: 1850, an-Nasa’iy: VII/ 123)
🛑 Kebanggaan terhadap kelompoknya dengan membabi buta, membabi tuli, ternyata mengantarnya ke dalam neraka yang menyala. Terus, apa untungnya? Dia bela mati²an, cinta habis²an, tapi mati jahiliyah. Kasihan. kasihan. Kata Upin.
مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ ثُمَّ مَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِلْعَصَبَةِ وَيُقَاتِلُ لِلْعَصَبَةِ فَلَيْسَ مِنْ أُمَّتِى وَمَنْ خَرَجَ مِنْ أُمَّتِى عَلَى أُمَّتِى يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا لاَ يَتَحَاشَ مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِى بِذِى عَهْدِهَا فَلَيْسَ مِنِّي. (أخرجه أحمد 2/296(7931)
"Barang siapa keluar dari keta'atan dan memisahkan diri dari Jama'ah kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. *Barangsiapa terbunuh di bawah bendera kefanatikan, balas dendam karena kefanatikan,* dan berperang karena kebangsaan, maka dia tidak termasuk dari ummatku. Dan barangsiapa keluar dari ummatku lalu (menyerang) ummatku dan membunuh orang yang baik maupun yang fajir, dan tidak memperdulikan orang mukminnya serta tidak pernah mengindahkan janji yang telah dibuatnya, maka dia tidak termasuk dari golonganku." [HR. Ahmad]
مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَ فَارَقَ اْلجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً وَ مَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُوْ إِلىَ عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
“Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan meninggalkan jamaah lalu ia mati maka matinya tersebut adalah mati jahiliyah. Barangsiapa yang berperang di bawah bendera ummiyyah yang ia marah karena membela golongan (fanatisme golongan) atau mengajak kepada golongan atau menolong golongan lalu ia terbunuh maka matinya tersebut adalah mati jahiliyah”… (HR Muslim: 1848, an-Nasa’iy: VII/ 123, Ibnu Majah: 3948 dan Ahmad: II/ 306)
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال: كُنَّا فِى غَزَاةٍ فَكَسَعَ رَجُلٌ مِنَ اْلمـُهَاجِرِيْنَ رَجُلًا مِنَ اْلأَنْصَارِ فَقَالَ اَلأَنْصَارِيُّ: يَا لَلْأَنْصَارَ وَ قَالَ اْلمـُهَاجِرِيُّ: يَا لَلْمـُهَاجِرِيْنَ فَسَمِعَ ذَاكَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: مَا بَالُ دَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَسَعَ رَجُلٌ مِنَ اْلمـُهَاجِرِيْنَ رَجُلًا مِنَ اْلأَنْصَارِ فَقَالَ: دَعُوْهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَة
Dari Jabir _radliyallahu anhuma_ berkata, kami pernah berada dalam suatu peperangan (yaitu Bani al-Mushthaliq), lalu seseorang dari golongan Muhajirin melukai seorang dari golongan Anshor. Berkata orang Anshor, “Wahai orang-orang Anshor”. Dan berkata golongan Muhajirin, “Wahai orang-orang Muhajirin”. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendengar perkataan itu lalu bersabda, “Apakah dengan seruan-seruan Jahiliyyah (kalian menyeru)?, (padahal aku masih berada di tengah-tengah kalian)”. Mereka berkata, “Wahai Rosulullah, seorang dari golongan Muhajirin melukai seseorang dari golongan Anshor”. Lalu Beliau bersabda, “Tinggalkanlah ia, karena sesungguhnya ia busuk baunya’. [HR al-Bukhoriy: 4905, Muslim: 2584]
فالإسلام دين جاء ليؤلف بين القلوب ويجمعها على هدف واحد وهو عزة الإسلام وحسن الانتماء إليه , لذا فلم نجد في الإسلام تفاضلا ولا تمايزا بين جميع الخلق إلا بالتقوى والعمل الصالح مصداقاً لقوله سبحانه
🛑 Islam itu agama yang Allah ajarkan untuk menyatukan hati² manusia. Bukan untuk mencerai- beraikan. Islam menghimpun ummatnya untuk satu tujuan kemuliaan Islam dan kasih sayang di dalamnya. Oleh karenanya, kita tidak pernah mendapati di dalam Islam kelebihan dan perbedaan di antara sesama makhluk selain karena ketaqwaan dan amal sholih.
Sebagaimana firmanNya:
" يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13) سورة الحجرات
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. AlHujurat : 13)
🛑 Bentuk² Fanatisme. Kalau di zaman now ada istilah POLARISASI. Kutub sana kutub sini. Ini kelompokku, dia bukan dari kita. Blok sana blok sini. Kalau tidak bersama kami maka mereka adalah musuh. Penyakit fanatisme (ashobiyah) ini mulai tampak mewabah pada umat ini.
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ انْتَسَبَ رَجُلَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَحَدُهُمَا أَنَا فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ فَمَنْ أَنْتَ لَا أُمَّ لَكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْتَسَبَ رَجُلَانِ عَلَى عَهْدِ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام فَقَالَ أَحَدُهُمَا أَنَا فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ حَتَّى عَدَّ تِسْعَةً فَمَنْ أَنْتَ لَا أُمَّ لَكَ قَالَ أَنَا فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ ابْنُ الْإِسْلَامِ قَالَ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام أَنَّ هَذَيْنِ الْمُنْتَسِبَيْنِ أَمَّا أَنْتَ أَيُّهَا الْمُنْتَمِي أَوْ الْمُنْتَسِبُ إِلَى تِسْعَةٍ فِي النَّارِ فَأَنْتَ عَاشِرُهُمْ وَأَمَّا أَنْتَ يَا هَذَا الْمُنْتَسِبُ إِلَى اثْنَيْنِ فِي الْجَنَّةِ فَأَنْتَ ثَالِثُهُمَا فِي الْجَنَّةِ. (رواه أحمد)
Dari [Ubay bin Ka'b] dia berkata,
"Pada masa Rasulullah _shallallahu 'alaihi wasallam_ ada dua orang lelaki yang saling menyebutkan nasabnya, yang satu berkata, 'Saya adalah fulan bin Fulan, sedangkan kamu tak punya ibu! ' Maka Rasulullah [] pun bersabda: "Dahulu pada masa Nabi Musa _Alaihis Salam_ juga ada dua orang lelaki yang berbangga dengan nasabnya, yang satu berkata, 'Saya adalah fulan putra Fulan -sampai dia menyebutkan sembilan keturunan-, sedangkan kamu itu siapa? , kamu adalah orang yang tidak punya Ibu! ' Kemudian yang kedua menjawab, 'Saya adalah Fulan putra Fulan bin AlIslam.' Nabi bersabda: "Setelah itu Allah menurunkan wahyu kepada Musa _Alaihis Salam_ berkenaan dengan dua orang tersebut: 'Adapun kamu wahai orang yang menginduk, atau menasabkan dirinya kepada sembilan orang berada di neraka, maka engkau adalah orang yang ke-sepuluhnya. Adapun engkau wahai orang yang menasabkan diri kepada dua orang yang berada di jannah, maka engaku adalah orang yang ketiga'." (HR. Ahmad)
*ARTI FANATISME*
🛑 Secara Istilah Kata Ta’ashub dalam makna secara Istilah tidak keluar dari makna secara bahasa. Maka Ta’ashub adalah sikap keras dan mengambil sesuatu dengan ekstrim, kasar dan tidak mau menerima pendapat orang yang berbeda pendapat dengannya dan menolaknya serta enggan mengikutinya sekalipun benar.
🛑 Demikian juga Ta’ashub berarti membela kaumnya, mendukung kelompoknya atau orang yang satu keyakinan dengannya, tidak peduli apakah orang yang dibela tersebut benar atau salah, yang penting dibela² dan apakah yang dibela itu zhalim atau terzhalimi.
*BENTUK² TA'ASSUB*
*Ta’ashub Hizbi (Fanatik Golongan)*
🛑 Yaitu sikap fanatik terhadap kelompok, organisasi atau golongan, atau perkumpulan yang seseorang berafiliasi (menisbatkan diri) kepadanya, dan membelanya baik kelompok tersebut benar atau salah. Demikian juga dengan menyifati kelompok atau golongannya tersebut dengan kesempurnaan, kesakralan dan terjaga dari kesalahan, serta menyebutkan kelebihan-kelebihannya, menonjolkan kehebatan -kehebatannya dan menyerang selain golongannya dengan menyebutkan cacat dan keburukan mereka. Dan juga dengan mengagungkan kelompoknya dan merendahkan selainnya. Bahkan dia sudah ber-wala' (loyalitas) kepada kelompoknya di atas keloyalan terhadap Islam itu sendiri.
🛑 Mereka semua terhalang dari meraih keutamaan yang lebih tinggi. Ashobiyah itu berkutat dalam kebiasaan-kebiasaan, gambar-gambar, slogan- slogan, simbol², atribut², bendera², keadaan-keadaan, istilah-istilah, yang bisa menghalangi mereka dari memurnikan mutâba’ah (mengikuti Rasulullah _Shallallahu ‘alaihi wasallam_ ). Sehingga mereka terasing dari Sunnah.
*Ta’ashub Qaumi (Fanatik Suku)*
🛑 Yaitu membela suku, kabilah yang ia menisbatkan diri kepadanya dan yang ia berasal darinya, hanya karena kesukuan semata, sebagaimana yang terjadi pada suku² quraisy di zaman jahiliyah, sebagaimana bangsa Turki di akhir-akhir Khalifah Utsmaniyah, dan seperti yang terjadi di sebagian kabilah-kabilah Arab dahulu. Dan terkadang hal tersebut menyebabkan peperangan antar suku atau antar negara, dan bahkan kerap terjadi peperangan (tawuran) antar suku di dalam satu negara.
*Ta’ashub Madzhabi (Fanatik Madzhab)*
🛑 Fanatisme ini yang telah memecah belah kaum Muslimin, dan di zaman dahulu pernah menjadikan mereka memiliki empat mimbar di Mekah (Masjidil Haram), di sekitar Ka’bah di masa lalu (di zaman keterpurukan fikih). Saat itu seorang yang bermadzhab Syafi’i melarang seseorang shalat di belakang imam yang bermadzhab Hanbali, orang yang bermadzhab Hanbali melarang seseorang shalat di belakang imam yang bermadzhab Maliki dan seterusnya. Dan fanatisme tersebut telah menjadikan pintu ijtihad tertutup. Dan tidak jarang terjadi permusuhan, perselisihan dan perkelahian yang disebabkan oleh perbedaan madzhab antara dua orang teman, anak dan orang tua dan bahkan antara suami dan isteri. Bahkan satu keluarga bermusuhan gara² fanatik madzhab. Kakaknya mengecam adiknya. Adik membid'ahkan kakaknya. Kamu Wahabi, yang satu lagi bilang kamu Asy'ari Maturidi. Masing² rebutan ASWAJA. Aduh....duh.
*Tamyiz ‘Unshuri (Membeda-bedakan Keturunan/Asal-usul)*
🛑 Hal itu bisa disebabkan karena jenis kelamin, seperti mengistimewakan golongan laki-laki di atas perempuan dalam hal-hal yang tidak ada dalilnya dalam syari’at, atau karena warna kulit, rasisme, seperti mengistimewakan warna kulit putih daripada kulit hitam (negro), atau karena negeri tertentu atau penduduk tertentu, seperti membeda-bedakan antara imigran dengan penduduk asli, antara penduduk asli dan pendatang, klaim : saya pribumi, saya putra daerah, dan seterusnya. Atau mengistimewakan kabilah tertentu dan merendahkan suku yang lain.
*Ta’ashub Fikri (Fanatik Pemikiran)*
🛑 Yaitu menolak pemikiran pihak lain, tidak terima dan bersikukuh menolaknya. Biarpun benar sesuai alQuran dan asSunnah. Anti serta enggan bersikap adil, netral dan pertengahan dalam menghukumi pemikiran tersebut. Seperti menolak apapun yang diucapkan oleh lulusan Saudi. Dia pasti Wahabi. Atau merendahkan kyai atau santri lulusan dalam negeri.... aah...payah.. tak bersanad, majruh, sedikit ilmunya. Lulusan pondok Asy'ariyah.
🛑 Demikian juga bersikap keras dalam berinteraksi dengannya, mengkritiknya dengan sangat pedas. Dan membuatkan rupa dan bentuk tertentu untuk pemikiran yang berseberangan dengan gambaran yang telah bercampur dengan banyak kesalahan dan kekeliruan, karena memang dibangun di atas pondasi sikap fanatisme.
*BENTUK² FANATISME LAINNYA*
🛑 Dan masih banyak lagi bentuk-bentuk Ta’ashub yang ada di masyarakat, ada yang fanatik terhadap kyainya, ustadnya, pondoknya dan lain-lain. Saking fanatiknya sampai berkata 'Jangan coba² mengkritik kyai saya ya. Kyai saya itu wali, ilmunya sudah tingkatan hakekat.'
🛑 Dan bahkan akhir-akhir ini kita melihat para pelajar yang saking fanatiknya terhadap sekolahnya, mereka rela “mempertahankan” sekolahnya dengan “mengorbankan” harta dan nyawa mereka. Seandainya saja fanatik dan kebanggaan mereka terhadap sekolah mereka diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan positif yang menjadikan sekolah mereka dikenal dengan prestasinya tentu hal itu lebih baik dan itulah yang diharapkan oleh orang tua, sekolah, masyarakat dan negara.
🛑 Ada yang fanatik mati²an dengan partainya. Dengan presiden dan calon yang didukungnya. Hingga pengerahan massa. Bentrok tak terhindarkan. Hingga caci maki di medsos guna mendukung kelompoknya. Ada yang fanatik dengan klub bolanya. Aremania dendam dengan bonek Persebaya. Lempar-lemparan batu. Bobotoh kelahi sampai mati lawan Jakmania. Ada yang rela mati tawuran antar geng. Akhirnya mampus betul.
*Sebab-sebab Ta’ashub (Fanatik)*
1. *Percaya Diri Yang Berlebihan.*
Seperti perkataan Fir’aun (yang diabadaikan dalam al-Qur’an):
…. مَآأُرِيكُمْ إِلاَّ مَآأَرَى وَمَآأَهْدِيكُمْ إِلاَّ سَبِيلَ الرَّشَادِ {29}
”….Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukan kepadamu selain jalan yang benar". (QS. Ghafir/al-Mu’min: 29)
🛑 Perasaan seperti ini terkadang dimiliki oleh pribadi, atau kelompok atau bangsa.
2. *Kebodohan, Keterbelakangan pengetahuan dan Wawasan yang picik*
🛑 Ketidaktahuan (bodoh) terhadap sesuatu yang ada pada orang lain dan sempitnya wawasan untuk mengetahui dan mengenalinya secara mendalam menjadikan seseorang bersikap fanatik dalam melawan dan menolaknya. Memang sudah lumrah rumus 'Almaru 'aduwun bimaa laa ya'lam'. Seseorang itu biasanya memusuhi apa yang dia tidak mengerti. Apalagi memang orang² model pokoknya, dan dangkal analisanya.
🛑 Dan cukuplah kita mengatakan:”Sesungguhnya permusuhan terhadap Islam pada hari ini, dan serangan terhadapnya yang dilakukan oleh sebagian bangsa Barat, adalah disebabkan karena bodohnya mereka dengan dasar-dasar (prinsip-prinsip) Islam, dan ketidaktahuan mereka tentang hakekat Islam yang sebenarnya. Dan ini ditambah dengan perusakan citra Islam, dan pelemparan syubhat-syubhat yang dilakukan oleh sebagian media komunikasi, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.”
3. *Pengkultusan Individu Dan Sikap Ghuluw (Ekstrim) Terhadapnya*
Sebagaimana firman Allah _Subhanahu wa Ta'ala_ :
اِتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ … {31}
” “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, …. (QS. At-Taubah: 31)
قال عدي بن حاتم رضي الله عنه حين سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يتلوها: إنا لسنا نعبدهم. قال: « أليس يحلون ما حرم الله فتحلونه ويحرمون ما أحل الله فتحرمونه؟ » قال: بلى، قال: « فتلك عبادتكم إياهم ».
🛑 Sikap pengkultusan dan ghuluw ini terkadang sampai kepada batas memberikan sifat ma’shum (terjaga dari dosa) dan kesucian kepada seseorang. Suatu hak yang menyebabkan sikap Ta’ashub (fanatik) terhadap syaikh Anu, ustadz Anu, kyai Fulan, Jama’ah aNU, dan lain-lain. PAKAI dalilnya komunis: Kalau tidak bersama kami, maka mereka musuh kami. DALILUT (kalah dalil ngajak gelut).
4. *Tertutup Dan Wawasan Sempit*
🛑 Kita dapati kebanyakan kelompok dan perkumpulan bersifat tertutup, ekslusif, tidak mau berbaur, kajiannya sembunyi², tidak meyebarkan sesuatu kecuali untuk anggotanya saja dan melarang pengikutnya untuk berinteraksi dengan kelompok lain. Sampai diharamkan menikah dengan selain kelompoknya. Kalau melangar, maka ditahdzir, tidak akan disapa jika berjumpa, tidak dijawab jika salam, tidak bakal dijenguk jika dia sakit, tidak akan datang jika mengundang, tidak akan diurusi jika mati. Ngeri. Inilah buruknya ashobiyah.
🛑 Dan kebanyakan pemikiran yang menyimpang dan fanatik tumbuh dalam pemikiran-pemikiran yang bersifat rahasia (sir), gerakan bawah tanah, dan lingkungan yang tertutup serta menganggap salah kelompok selain mereka. Dan tidak jarang mereka mengkafirkan kelompok lain, ini jika fanatik tersebut kepada kelompok keagamaan.
5. *Pendidikan Keluarga Yang Salah*
🛑 Tumbuh di keluarga yang membeda-bedakan warna kulit, atau bangsa, atau suku, atau kelompok, atau pemikiran dan pemberian semangat fanatisme dan sikap ekstrim akan menghasilkan manusia-manusia yang fanatik, tertutup, radikal dan ekstrim.
🛑 Keluarga adalah benih masyarakat, dan dampak pendidikan keluarga pasti nampak sekali terlihat di masyarakat tersebut, dan terkadang dampak pendidikan yang salah tersebut mendominasi perilaku masyarakat, yang akhirnya muncullah masyarakat yang fanatik dengan kelompoknya dan tertutup dari masyarakat lain.
6. *Pemahaman Agama Yang Salah*
🛑 Termasuk salah dalam memilih guru agama. Tidak diragukan lagi bahwa penyimpangan/kesalahan dalam memahami agama merupakan salah satu sebab yang inti. Maka dari itu, fanatisme Nashrani dalam memusuhi Islam juga disebabkan karena pemahaman yang salah terhadap dasar-dasar agama Nashrani itu sendiri.
🛑 Demikian juga fanatik Madzhab yang berakibat pada penolakan terhadap madzhab lain di dalam Islam merupakan hasil dari pemahaman yang salah di dalam mengikuti/meneladani para Ulama.
7. *Hilangnya akhlak dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita.*
🛑 Seperti sikap adil, pertengahan [washitiyah], netral, dan hidup berdampingan dengannya sekalipun berbeda pendapat, serta memujinya jika “lawan” kita benar, membelanya jika orang menzhaliminya, atau menganiayanya tanpa hak dan sikap-sikap lain yang termasuk akhlak dalam berbeda pendapat yang akan kita sebutkan Insya Allah pada point tentang sikap Islam dalam memandang Ta’ashub.
*Dampak Ta’asub (Fanatik)*
🛑 Semua yang telah kami sebutkan pada pembahasan yang lalu, yaitu tentang fenomena-fenomena Ta’ashub yang tercela adalah di antara dampaknya. Maka *Ta’ashub adalah sebab inti dari perpecahan umat ini* , bercerai berainya mereka, dan tidak bersatunya mereka. Dan *Ta’ashub juga termasuk sumbu fitnah dan permusuhan* di antara kelompok, golongan, ormas, kabilah atau suku dalam satu negara dan pecahnya satu ummat, yaitu umat Islam.
🛑 Demikian juga *Ta’ashub adalah sebab penolakan kebenaran terhadap orang atau kelompok lain, penolakan untuk hidup rukun dan berdampingan dengan mereka.
*Sikap Islam Terhadap Ta’ashub (Fanatik)*
🛑 Islam datang untuk memerangi semua bentuk Ta’ashub. Hal itu nampak dari hal-hal berikut:
1. Dalam Islam Bani Adam (manusia) adalah makhluk yang dimuliakan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِى ءَادَمَ …{70}
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, ..” (QS. Al-Isro': 70)
Dan Allah berfirman:
يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لتعارفوا … {13}
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal...” (QS. Al-Hujuraat: 13)
🛑 Maka tak ada kelebihan/keunggulan orang Arab di atas orang ‘Ajam (non Arab), tidak pula orang berkulit merah di atas kulit hitam, kecuali dengan ketakwaan sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah _shallallahu 'alaihi wasallam_ kepada kita.
2. Islam memerintahkan kita berlaku adil dan bersikap pertengahan, Dia berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ {90}
”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl : 90)
3. Setiap tolong-menolong dalam perbuatan dosa diharamkan di dalam Islam. Dia berfirman:
… وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ … {2}
”…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. …” (QS. Al-Maa’idah: 2)
4. Islam mensyari’atkan dan memerintahkan saling membela antar orang-orang yang beriman di dalam al-Haq (kebenaran) dan dalam menolak kezhaliman.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ … {71}
”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, ...” (QS. At-Taubah: 71)
Dan Nabi [] bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إذا كان مَظْلُومًا فَكَيْفَ أَنْصُرُهُ إن كان ظَالِمًا؟ فقال تحجره أو تمنعه من الظلم فإن ذلك نصره
”Tolonglah saudaramu baik dia dalam keadaan berbuat zhalim (aniaya) atau dizhalimi.” Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, aku menolongnya jika ia dalam keadaan dizhalimi, lalu jika ia berbuat zhalim bagaimana aku harus menolongnya?Beliau bersabda:”Halangilah dia atau cegahlah dari berbuat zhalim, itulah bentuk pertolongannya.” (HR. Muslim)
Dan beliau _shallallahu 'alaihi wasallam_ juga bersabda:
"من نصر قومه على غير الحق فهو كالبعير الذي ردى فهو ينزع بذنبه ".
”Barang siapa yang menolong/membela kaumnya tidak di atas kebenaran, maka ia seperti onta yang terjatuh ke sumur dan diangkat dengan menarik ekornya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
5. Di dalam Islam landasan atau dasar dalam mengunggulkan seseorang di atas orang lain adalah ketakwaan dan amal shalih. Allah _Subhanahu wa Ta'ala_ berfirman:
َ… إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ {13}
”…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu...” (QS. Al-Hujuraat: 13)
Dan Nabi [] bersabda:
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَفْتَخِرُونَ بِآبَائِهِمْ الَّذِينَ مَاتُوا إِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجُعَلِ الَّذِي يُدَهْدِهُ الْخِرَاءَ بِأَنْفِهِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ إِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ النَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ وَفِي
”Hendaklah kaum-kaum yang membangga-banggakan nenek moyang mereka yang telah mati berhenti dari perbuatannya. Sesungguhnya mereka (nenek moyang tersebut) hanya arang neraka Jahannam. Atau (kalau mereka (kaum-kaum itu) tidak berhenti) mereka akan menjadi lebih hina di sisi Allah dari seekor kelabang hitam mengendus kotoran manusia dengan hidungnya, Sesungguhnya Allah telah menghapus dari kalian seruan Jahiliyyah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang. (yang ada) Hanyalah orang mukmin yang bertakwa dan orang fajir (pendosa) yang celaka. Manusia semuanya adalah anak Adam, dan Adam diciptakan dari tanah.” (HR. Imam at-Tirmidzi)
6. Islam melarang kezahliman dan perbuatan melampui batas sekalipun terhadap orang yang berselisih pendapat dengan orang tersebut. Nabi _shallallahu 'alaihi wasallam_ :
اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Takutlah terhadap perbuatan zholim, sebab kezholiman adalah kegelapan di atas kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari)
Dan Allah _Subhanahu wa Ta'ala_ berfirman:
… وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى …
”…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. …(QS. Al-Maidah: 8)
7. Islam memerangi pengkultusan terhadap manusia dan melarang menempatkan manusia di atas kedudukannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولُُ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللهَ شَيْئًا … {144}
”Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; …”(QS. Ali Imraan: 144)
8. Islam agama kasih sayang dan saling menghargai terhadap orang yang berselisih pendapat.
Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ {107}
”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’: 107)
*Yang Perlu Diketahui*
🛑 Ikhtilaf (perbedaan) pasti terjadi di antara kita dan tidak mungkin hal itu dihindari, karena kita manusia, yang bisa salah dan bisa benar, kita bukan Malaikat. Maka kita tidak bisa menghilangkan perbedaan pendapat itu dan menghapuskannya. Akan tetapi yang kita mampu adalah mempersempit dan memperkecil perbedaan, bersikap dan berinteraksi yang baik dengan perbedaan tersebut.
🛑 Dan yang terpenting dan wajib adalah beradab dengan adab-adab Islami dalam bergaul dan bermuamalah dengan orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita.
🛑 *Bukan termasuk Ta’ashub (fanatik)* adalah Bangga dengan tokoh-tokoh Islam, bangga dengan ulama' dan menjelaskan kebesaran agama ini, dan bahwasanya agama ini datang untuk mengeluarkan manusia dari peribadatan kepada sesama hamba menuju peribadatan kepada Pencipta hamba tersebut (yaitu Allah). Dan bahwasanya Islam adalah agama penutup yang telah diridhai oleh Allah untuk seluruh manusia. Dan pribadi muslim yang seperti ini menolak untuk mengekor dan tunduk di hadapan musuh-musuhnya yang menyebabkan ia dituduh dan digelari sebagai orang yang fanatik, sebagaimana yang terjadi sekarang ini, di mana orang-orang yang berusaha mengamalkan agamanya dan berpegang teguh dengannya dianggap sebagai orang yang fanatik dan tidak toleran. Mengamalkan sunnah dibilang garis keras, dll.
🛑 Demikian juga tidak termasuk Ta’ashub (fanatik) berdiskusi, berdialog, dan berdebat ilmiah dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita. Demikian juga membantah orang tersebut dengan bantahan ilmiah, menyingkap kekeliruannya, dan menjelaskan jenis kesalahannya jika itu sebuah kekafiran/kekufuran, atau kebid’ahan, atau kemaksiatan dengan tetap menjaga adab dalam melakukan kritik ilmiah, adab berinteraksi dengan orang yang berbeda pendapat dan tidak mejulukinya dengan julukan fanatik hanya karena penyelisihannya terhadap anda tersebut.
(Sumber: Diterjemahkan dengan sedikit gubahan dari:
التعصب "مظاهره – أسبابه – نتائجه -البعد الشرعي"
karya Dr. ‘Adil ad-Dakhmi.
Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)
Semoga bermanfaat. Amiin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar