Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Jumat, 03 Maret 2017

MANAGEMENT MAKTU, DETIK USIA

Detik Usia

*MANAGEMENT WAKTU*

*اهمية إدارة الوقت عند العلماء*

*Pentingnya Management Waktu Menurut Ulama'*

Ulama' di masa silam sangat perhatian dengan memanfaatkan waktu2 dalam usia mereka. Untuk urusan dunia maupun akhirat. Siapa yang pernah mengetahui bagaimana mereka memanfaatkan waktunya niscaya akan berdecak kagum. Dan kita pasti terhenyak sadar tetnyata betapa jauhnya kita dari contoh mereka.

Rosulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda ;

ﻻَ ﺗَﺰُﻭﻝُ ﻗَﺪَﻣَﺎ ﻋَﺒْﺪٍ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺴْﺄَﻝَ ﻋَﻦْ ﺃﺭﺑﻊ : ﻋﻦ ﻋُﻤْﺮِﻩِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺃَﻓْﻨَﺎﻩُ ﻭَﻋَﻦْ ﻋِﻠْﻤِﻪِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻓَﻌَﻞَ ﻭَﻋَﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﻳْﻦَ ﺍﻛْﺘَﺴَﺒَﻪُ ﻭَﻓِﻴﻤَﺎ ﺃَﻧْﻔَﻘَﻪُ ﻭَﻋَﻦْ ﺟِﺴْﻤِﻪِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺃَﺑْﻼَﻩُ . (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‏ 2.602 ‏)

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi)

Ibnul Jauzy ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :

" ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﻌﺮﻑ ﺷﺮﻑ ﺯﻣﺎﻧﻪ ، ﻭﻗﺪﺭ ﻭﻗﺘﻪ ، ﻓﻼ ﻳﻀﻴﻊ ﻣﻨﻪ ﻟﺤﻈﺔ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻗﺮﺑﺔ ، ﻭﻳﻘﺪﻡ ﺍﻷﻓﻀﻞ ﻓﺎﻷﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ." (ﺻﻴﺪ ﺍﻟﺨﺎﻃﺮ ‏, ﺹ 2 ‏)

"Seyogyanya seseorang mengerti harga mulianya zaman, nilai waktunya, yang seharusnya tidak disia2kan sekejab pun tanpa berbuat kebaikan, dan hendaklah mengutamakan yang paling utama dari ucapan maupun perbuatan"


Rosulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda :

ﺍِﻏْﺘَﻨِﻢْ ﺧَﻤْﺴًﺎ ﻗَﺒْﻞَ ﺧَﻤْﺲٍ : ﺷَﺒَﺎﺑَﻚَ ﻗَﺒْﻞَ ﻫَﺮَﻣِﻚَ ﻭَ ﺻِﺤَّﺘَﻚَ ﻗَﺒْﻞَ ﺳَﻘَﻤِﻚَ ﻭَ ﻏِﻨَﺎﻙَ ﻗَﺒْﻞَ ﻓَﻘْﺮِﻙَ ﻭَ ﻓَﺮَﺍﻏَﻚَ ﻗَﺒْﻞَ ﺷَﻐْﻠِﻚَ ﻭَ ﺣَﻴَﺎﺗَﻚَ ﻗَﺒْﻞَ ﻣَﻮْﺗِﻚ. (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺘﺪﺭﻙ : 4/341 ‏)

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya)


Hafidh alHakami ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :

'Bahwasanya lima perkara ini yakni saat-saat manusia masih muda, sehat, kaya, luang dan hidup adalah masa-masa untuk berbuat, bersiap dan belajar, memperbanyak bekal. Sebab siapa yang terluput dari manfaatkan lima masa ini niscaya tidak akan memberinya manfaat ketika datang masa sebaliknya.

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata ;

ﻓﺈﻥ ﺑﻌﺪ ﻛﻞ ﺷﺒﺎﺏ ﻫﺮﻣﺎ ، ﻭﺑﻌﺪ ﻛﻞ ﺻﺤﺔ ﺳﻘﻤﺎ ، ﻭﺑﻌﺪ ﻛﻞ ﻏﻨﻰ ﻓﻘﺮﺍ ﻭﺑﻌﺪ ﻛﻞ ﻓﺮﺍﻍ ﺷﻐﻼ ، ﻭﺑﻌﺪ ﻛﻞ ﺣﻴﺎﺓ ﻣﻮﺗﺎ ، ﻓﻤﻦ ﻓﺮﻁ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺃﻳﺎﻡ ...... ، ﻓﻌﻨﺪ ﺫﻟﻚ ﻳﺘﻤﻨﻰ ﺍﻟﺮﺟﻮﻉ ﻭﻗﺪ ﻓﺎﺕ ﻭﻳﻄﻠﺐ ﺍﻟﻜﺮﺓ ﻭﻫﻴﻬﺎﺕ ﻭﺣﻴﻞ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﻋﻈﻤﺖ ﺣﺴﺮﺍﺗﻪ ﺣﻴﻦ ﻻ ﻣﺪﻓﻊ ﻟﻠﺤﺴﺮﺍﺕ ."
( ﻣﻌﺎﺭﺝ ﺍﻟﻘﺒﻮﻝ ‏: 2/711 712 ‏)

"Karena sesungguhnya setelah muda itu tua, setelah masa sehat itu sakit, setelah masa kaya itu miskin, setetah waktu luang itu kesibukan, setelah hidup itu mati, barangsiapa yang menyia-nyiakan beramal ketika ., dia tidak akan mendapatkannya di waktu. barangsiapa yang menyia-nyiakan beramal ketika muda, dia tidak akan mendapatkannya di waktu tua. Barangsiapa yang menyia-nyiakan beramal ketika dia sehat, dia tidak akan mendapatkannya di kala sakit, barangsiapa yang menyia-nyiakan beramal saat kaya, maka dia tidak akan mendapatkannya di waktu fakir. Barrangsiapa yang menyia-nyiakan beramal ketika waktu luang, maka dia tidak akan mendapatkannya di waktu sibuk. Barangsiapa yang menyia-nyiakan beramal ketika masih hidup, maka dia tidak akan mendapatkannya ketika sudah mati. Maka saat itulah dia tinggal berangan² andai saja bisa kembali lagi ke dunia. Namun sudah alangkah jauh dan mustahil pula untuk kembali lagi. Yang ada tinggallah penyesalan dan kerugian"

Pada kisah² ulama' zaman dahulu terdapat teladan teramat berharga tentang perhatian mereka terhadap waktu. Dibuktikan dengan kitab² karya mereka yang tidak akan tertandingi oleh generasi kapanpun sesudahnya. Padahal di zaman mereka teknologi sangatlah tidak mendukung. Sikap mereka dalam menghargai setiap detik² usia pztut menjadi teladan umat.

Amirul mukminin Ali bin abi Tholib ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ‏ berkata :

"ﺇﻥ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻗﺪ ﺗﺮﺣﻠﺖ ﻣﺪﺑﺮﺓ ﻭﺃﻥ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻗﺪ ﺗﺮﺟﻠﺖ ﻣﻘﺒﻠﺔ ﻭﻟﻜﻞ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺑﻨﻮﻥ ، ﻓﻜﻮﻧﻮﺍ ﻣﻦ ﺃﺑﻨﺎﺀ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻭﻻ ﺗﻜﻮﻧﻮﺍ ﻣﻦ ﺃﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻋﻤﻞ ﻭﻻ ﺣﺴﺎﺏ ﻭﻏﺪﺍ ﺣﺴﺎﺏ ﻭﻻ ﻋﻤﻞ ." )ﻣﺼﻨﻒ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ‏: 7/100 ‏)

"Sesungguhnya dunia ini pergi berlu membelakangi dan bahwanya akhirat itu datang menghadang. Dan setiap dari keduanya mempunyai anak-anak. Maka jadilah anak-anak akhirat dan jangan menjadi putra dunia. Sesungguhnya hari ini waktu beramal bukan perhitungan hisab. Sedangkan besuk masa perhitungan dan tidak lagi berama."

Abdullah bin mas'ud ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ berkata :

ﺇﻧﻲ ﻷﻣﻘﺖ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺃﻥ ﺃﺭﺍﻩ ﻓﺎﺭﻏﺎ ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺷﻲ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻻ ﻋﻤﻞ ﺍﻵﺧﺮﺓ ( ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻟﻮﻛﻴﻊ ‏: 1/418 ‏)

"Sungguh aku benar 2 mencela seseorang yang aku lihat dia itu menganggur, tidak punya kegiatan amal baik amal duniawi maupun akhirat"

Imam Hasan alBashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :

ﻳﺎ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﺇﻧَّﻤﺎ ﺃﻧﺖ ﺃﻳَّﺎﻡ , ﻛﻠّﻤﺎ ﺫﻫﺐ ﻳﻮﻡ ﺫﻫﺐ ﺑﻌﻀﻚ ." (ﺣﻠﻴﺔ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﻷﺑﻲ ﻧﻌﻴﻢ ﺍﻷﺻﻔﻬﺎﻧﻲ‏: 2/148 ‏)

"Wahai anak Adam, kamu itu hanyalah gugusan hari, setiap kali satu hari berlalu maka hilang pula sebagianmu"

Imam Hasan alBashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ juga berkata kepada sahabatnya :

ﻭﻻ ﻳﻠﻬﻴﻨﻚ ﺍﻟﻤﺘﺎﻉ ﺍﻟﻘﻠﻴﻞ ﺍﻟﻔﺎﻧﻲ ، ﻭﻻ ﺗﺮﺑﺺ ﺑﻨﻔﺴﻚ ﻓﻬﻲ ﺳﺮﻳﻌـﺔ ﺍﻻﻧﺘﻘﺎﺹ ﻣﻦ ﻋﻤﺮﻙ ، ﻓﺒﺎﺩ ﺃﺟﻠﻚ ، ﻭﻻ ﺗﻘﻞ ﻏﺪﺍً ﻏﺪﺍً ، ﻓﺈﻧﻚ ﻻ ﺗﺪﺭﻱ ﻣﺘﻰ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺼﻴﺮ ."
(ﺣﻠﻴﺔ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﻷﺑﻲ ﻧﻌﻴﻢ ﺍﻷﺻﺒﻬﺎﻧﻲ ‏: 2/140 ‏)

"Jangan sampai kesenangan fana dan sedikit ini memperdayaimu, dan jangan sampai menyergap usiamu perjalanan waktunya yang cepat. Sehingga buruklah kematianmu. Dan jangan mengatakan 'besuk saja, besuk saja'. Karena kamu tidak tahu kapan kamu kembali kepada Allah"

Imam Hasan alBashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :

ﻳﺎ ﻣﻌﺸﺮ ﺍﻟﺸﻴﻮﺥ : ﻣﺎ ﻳﻨﺘﻈﺮ ﺑﺎﻟﺰﺭﻉ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻎ ؟ ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﺍﻟﺤﺼﺎﺩ ، ﻗﺎﻝ : ﻳﺎ ﻣﻌﺸﺮ ﺍﻟﺸﺒﺎﺏ : ﺇﻥ ﺍﻟﺰﺭﻉ ﻗﺪ ﺗﺪﺭﻛﻪ ﺍﻟﻌﺎﻫﺔ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺒﻠﻎ ." (ﺍﻟﺰﻫﺪ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ ﻟﻠﺒﻴﻬﻘﻲ ‏: 500 ‏)

"Wahai para orang tua, ap yang kalian tunggu2 dari tanaman jika telah tua ? Mareka menjawab : memanen. 'Wahai para pemuda, sesungguhnya tanaman itu kadang2 gugur sebelum tua' (jangan menunda² amal)"

Imam Hasan alBashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :

ﺃﺩﺭﻛﺖ ﺃﻗﻮﺍﻣًﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﺃﺷﺢَّ ﻋﻠﻰ ﻋﻤﺮﻩ ﻣﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﺩﺭﻫﻤﻪ ﻭﺩﻳﻨﺎﺭﻩ ." (ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻻﺑﻦ ﺍﻟﻤﺒﺎﺭﻙ ‏: ﺹ 4 ‏)

"Aku pernah mendapati suatu kaum, yang salah satu dari mereka teramat pelit terhadap umurnya (waktunya) melebihi pelitnya terhadap uang dinar dan dirham"

Imam Hasan alBashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :

ﻳﺎ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﺇﻳﺎﻙ ﻭﺍﻟﺘﺴﻮﻳﻒ ﻓﺈﻧﻚ ﺑﻴﻮﻣﻚ ﻭﻟﺴﺖ ﺑﻐﺪ ﻓﺈﻥ ﻳﻜﻦ ﻏﺪ ﻟﻚ ﻓﻜﻦ ﻓﻲ ﻏﺪ ﻛﻤﺎ ﻛﻨﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻭﺇﻻ ﻳﻜﻦ ﻟﻚ ﻟﻢ ﺗﻨﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﺮﻃﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ." (ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻻﺑﻦ ﺍﻟﻤﺒﺎﺭﻙ ‏: ﺹ 4 ‏)

"Wahai anak adam, janganlah menunda2 beramal. Sesungguhnya harimu hari ini dan bukan besuk. Jika kamu masih ada hari esuk jadilah saat besuk sebagaimana di hari ini kamu jadi di hari ini. Jika tidak kau akan menyesal karena kamu sia2 kan hari ini"

Imam Hasan alBashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :

ﻳﺎ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﻧﻬﺎﺭﻙ ﺿﻴﻔﻚ ؛ ﻓﻼ ﻳﺮﺣﻠﻦ ﻋﻨﻚ ﺇﻻ ﻭﻫﻮ ﺭﺍﺽ ، ﻭﻛﺬﺍ ﻟﻴﻠﻚ ." (ﺍﻟﻤﺠﺎﻟﺴﺔ ﻭﺟﻮﺍﻫﺮ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻠﺪﻳﻨﻮﺭﻱ ‏: 1/222 ‏)

"Wahai anak cucu Adam, siangmu adalah tamumu. Jangan sampai dia pergi meninggalkanmu kecuali dalam keadaan ridho, demikian pula malammu"

Abu Bakar bin 'iyasy – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata ;

ﺃﺣﺪﻫﻢ ﻟﻮ ﺳﻘﻂ ﻣﻨﻪ ﺩﺭﻫﻢ ﻟﻈﻞَّ ﻳﻘﻮﻝ : ﺇﻧﺎ ﻟﻠﻪ ﺫﻫﺐ ﺩﺭﻫﻤﻲ ، ﻭﻫﻮ ﺫﻫﺐ ﻳﻮﻣﻪ ﻭﻻ ﻳﻘﻮﻝ : ﺫﻫﺐ ﻳﻮﻣﻲ ﻣﺎ ﻋﻤﻠﺖ ﻓﻴﻪ ." ﺣﻠﻴﺔ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﻷﺑﻲ ﻧﻌﻴﻢ ‏( 8 302/ ‏)

"Salah seorang mereka jatuh uang dirhamnya dan hilang lantas berucap : inna lillahi hilang sudah uangku. Padahal telang hilang satu harinya dan dia tidak mengucapkan : inna lillahi, lewat sudah satu hariku dan tidak ada amalan padanya"

Setiap orang pasti memiliki waktu luang. Pegawai tidak seharian kerja full, ada pasti waktu senggang. Seorang pedagang pun demikian, tidak selamanya ia melayani pembeli, pasti ada waktu yang kosong. Saat antri dan menunggu, kita juga punya banyak waktu luang. Nah, tugas kita adalah memanfaatkan waktu-waktu luang seperti ini untuk hal yang bermanfaat.

Bagaimana Contoh Ulama Salaf dalam Memanfaatkan Waktu?

Sebagian ulama salaf biasa membaca sambil berjalan. Contohnya Abu Bakr bin Khayyath yang merupakan seorang ulama nahwu. Ia belajar di sepanjang waktu, hingga dalam keadaan berjalan pun masih terus belajar. Karena kesenangannya itu ia pernah terperosok dalam kubangan saking asyik membaca.
Al Khotib Al Baghdadi biasa berjalan di tengah jalan, sedang ia memegang satu juz buku yang ia pelajari.
Lain halnya dengan Abu Nu’aim Al Ashbahani, pengarang kitab Hilyatul Auliya’, ia sibuk mengajar dan dikunjungi setiap waktu. Maka apabila ia pulang ke rumah, di tengah perjalanan, ada orang yang membacakan ilmu padanya.

Ada juga ulama yang bernama Tsa’lab An Nahwi, sebab kematiannya adalah ia keluar dari masjid setelah Ashar di Hari Jum’at. Ia sudah sedikit tuli, di mana ia tidak bisa mendengar kecuali setelah berusaha mendengarkan dengan susah payah. Tangannya membawa buku yang ia terus baca di tengah jalan. Karena sebab tidak mendengar suara yang datang, lantas seekor kuda menabraknya hingga ia terpental masuk ke sebuah lubang. Akhirnya, ia pun meninggal pada hari berikutnya.

Berikutnya Al Fath bin Khaqan, menteri Khalifah Al Mutawakkil, apabila ia pergi untuk shalat di masjid atau menyelesaikan suatu keperluan, ia mengeluarkan beberapa lembar kertas yang ia baca sambil berjalan hingga ia sampai di tempat tujuan.

Juga ulama seperti Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz yang menjadi mufti kerajaan Saudi Arabia di masa silam, beliau menghafal Alfiyah Al ‘Iroqi sambil wudhu. Setiap hari ia menghafal satu atau dua bait hingga berhasil mengkhatamkannya.

Bagaimana dengan Kita?
Banyak waktu luang yang sebenarnya kita miliki. Misalnya saja lebih banyak ketika antri menunggu atau saat menunggu pesawat, apalagi jika delay. Saat menunggu antrian di teller atau lainnya. Daripada banyak menggerutu dan banyak ngobrol yang tidak manfaat, mending baca buku-buku yang bermanfaat saat waktu-waktu luang tersebut.

Makanya kami sarankan bawalah buku-buku kecil yang bermanfaat setiap kali bepergian. Atau buka gadget kita, lalu baca web Islam yang bermanfaat dan ilmiah. Niscaya waktu luang kita jadi penuh berkah dan berbuah pahala.

Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ,

ﻧِﻌْﻤَﺘَﺎﻥِ ﻣَﻐْﺒُﻮﻥٌ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﻛَﺜِﻴﺮٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ، ﺍﻟﺼِّﺤَّﺔُ ﻭَﺍﻟْﻔَﺮَﺍﻍ
ُ
“ Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang ”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas).

Waktu senggang adalah di antara nikmat yang banyak dilalaikan.
Hanya Allah yang memberi taufik untuk memanfaatkan waktu luang jadi penuh manfaat.


Bagaimana cara kita bisa membagi waktu dengan baik? Ini sangat mudah dimanfaatkan ketika seseorang ingin meraih ilmu agama sembari meraih dunia atau belajar ilmu dunia.

Kiat-kiat berikut mudah-mudahan bisa membantu ;

1- Buat batasan waktu untuk setiap aktivitas setiap harinya.
Misalnya, berapa lama waktu tidur, berapa lama waktu untuk menunaikan kewajiban, berapa lama waktu berkunjung ke orang lain, berapa lama waktu duduk-duduk sampai pada waktu untuk mudzakarah (mengulang pelajaran).

2- Yang sangat membantu dalam manajemen waktu adalah meninggalkan aktivitas yang sia-sia dan berlebihan dari yang sewajarnya. Seperti meninggalkan banyak tidur, banyak makan dan minum, nongkrong dan membicarakan hal yang tidak manfaat (banyak bicara), meninggalkan berbagai media dan alat yang banyak melalaikan seperti waktu terhabiskan dalam menggunakan handphone, browsing atau main game. Begitu pula yang keliru, waktu dihabiskan pula untuk menelusuri terus berita yang tidak jelas (qiila wa qoola) dan sibuk dengan berita politik.

Dari Abu Hurairah Nabi صلى الله عليه bersabda ;

ﻣِﻦْ ﺣُﺴْﻦِ ﺇِﺳْﻼَﻡِ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺗَﺮْﻛُﻪُ ﻣَﺎ ﻻَ ﻳَﻌْﻨِﻴﻪِ

“ Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. ” (HR. Tirmidzi, no. 2317)

Nabi صلى الله عليه bersabda ;

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺮْﺿَﻰ ﻟَﻜُﻢْ ﺛَﻼَﺛًﺎ ﻭَﻳَﻜْﺮَﻩُ ﻟَﻜُﻢْ ﺛَﻼَﺛًﺎ ﻓَﻴَﺮْﺿَﻰ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻥْ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻩُ ﻭَﻻَ ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﺃَﻥْ ﺗَﻌْﺘَﺼِﻤُﻮﺍ ﺑِﺤَﺒْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍ ﻭَﻳَﻜْﺮَﻩُ ﻟَﻜُﻢْ ﻗِﻴﻞَ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻭَﻛَﺜْﺮَﺓَ ﺍﻟﺴُّﺆَﺍﻝِ ﻭَﺇِﺿَﺎﻋَﺔَ ﺍﻟْﻤَﺎﻝ

“ Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal bagi kalian. Dia meridhai kalian untuk menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, serta berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan tidak berpecah belah. Dia pun membenci tiga hal bagi kalian, menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya (qiila wa qaal), banyak bertanya, dan membuang-buang harta .” (HR. Muslim, no. 1715)

Apa yang dimaksud qiila wa qaal ? Sebagaimana dinukil dari Ibnu Battol, Imam Malik berkata,

ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻹَﻛْﺜَﺎﺭُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻜَﻼَﻡِ ﻭَﺍﻹِﺭْﺟَﺎﻑِ ، ﻧَﺤْﻮُ ﻗَﻮْﻝُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ : ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓُﻼَﻥٌ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻣَﻨَﻊَ ﻛَﺬَﺍ ، ﻭَﺍﻟﺨَﻮْﺽُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﻻَ ﻳَﻌْﻨِﻰ

“Banyak bicara dan menyebar berita yang membuat orang ketakutan. Seperti dengan mengatakan, “Si fulan memberi ini dan tidak mendapat ini.” Begitu pula maksudnya adalah menceburkan diri dalam sesuatu yang tidak manfaat.” ( Syarh Ibnu Battol, 12: 48)

Ibnu Hajar mengatakan bahwa yang dimaksud adalah,

ﺣِﻜَﺎﻳَﺔ ﺃَﻗَﺎﻭِﻳﻞ ﺍﻟﻨَّﺎﺱ ﻭَﺍﻟْﺒَﺤْﺚ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﻘَﺎﻝ ﻗَﺎﻝَ ﻓُﻠَﺎﻥ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻋَﻨْﻪُ ﻛَﺬَﺍ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﻜْﺮَﻩ ﺣِﻜَﺎﻳَﺘﻪ ﻋَﻨْﻪ
ُ
“Menceritakan perkataan orang banyak, lalu membahasnya. Juga bisa dikatakan seperti seseorang berkata bahwa si fulan berkata seperti ini atau seperti itu dan sebenarnya hal itu tidak disukai sebagai bahan cerita.” ( Fath Al-Bari , 11: 306-307)

Imam Nawawi menyatakan,

ﺍﻟْﺨَﻮْﺽ ﻓِﻲ ﺃَﺧْﺒَﺎﺭ ﺍﻟﻨَّﺎﺱ ، ﻭَﺣِﻜَﺎﻳَﺎﺕ ﻣَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻮَﺍﻟﻬﻢْ ﻭَﺗَﺼَﺮُّﻓَﺎﺗﻬﻢ
ْ

“Yang dimaksud adalah menceburkan diri dalam berita-berita yang dibicarakan orang, dalam hal yang tidak manfaat yang membicarakan aktivitas atau gerak-gerik orang lain.” ( Syarh Shahih Muslim, 12: 11)

Diutarakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, waktu bagi seorang penuntut ilmu kadang terbuang sia-sia dikarenakan:

a- Enggan mengulang dan muraja’ah apa yang telah ia baca dan pelajari.
b- Duduk dan nongkrong dengan teman-teman yang menghabiskan waktu tanpa faedah.
c- Sibuk dengan membicarakan orang dan membicarakan sesuatu yang tidak jelas. Penjelasan di atas disebutkan dalam Kitab Al-‘Ilmi.

3- Jangan punya kebiasaan menunda-nunda, berkata, “Ah, nanti sajalah.”
Menunda-nunda kebaikan dan sekedar berangan-angan tanpa realisasi, kata Ibnul Qayyim bahwa itu adalah dasar dari kekayaan orang-orang yang bangkrut.

ﺇﻥ ﺍﻟﻤﻨﻰ ﺭﺃﺱ ﺃﻣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻤﻔﺎﻟﻴﺲ

“Sekedar berangan-angan (tanpa realisasi) itu adalah dasar dari harta orang-orang yang bangkrut.” (Madarij As-Salikin , Ibnul Qayyim, 1: 456)

Dalam sya’ir Arab juga disebutkan,

ﻭَ ﻻَ ﺗَﺮْﺝِ ﻋَﻤَﻞَ ﺍﻟﻴَﻮْﻡِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻐَﺪِ
ﻟَﻌَﻞَّ ﻏَﺪًﺍ ﻳَﺄْﺗِﻲ ﻭَ ﺃَﻧْﺖَ ﻓَﻘِﻴْﺪُ

"Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini hingga besok
Seandainya besok itu tiba, mungkin saja engkau akan kehilangan"

Dari Abu Ishaq, ada yang berkata kepada seseorang dari ‘Abdul Qois, “Nasehatilah kami.” Ia berkata, “Hati-hatilah dengan sikap menunda-nunda (nanti dan nanti).”

Al Hasan Al Bashri berkata, “Hati-hati dengan sikap menunda-nunda. Engkau sekarang berada di hari ini dan bukan berada di hari besok. Jika besok tiba, engkau berada di hari tersebut dan sekarang engkau masih berada di hari ini. Jika besok tidak menghampirimu, maka janganlah engkau sesali atas apa yang luput darimu di hari ini.”

(Dinukil dari Ma’alim fii Thariq Tholab Al-‘Ilmi , Dr. ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Abdillah As Sadhaan, hal. 30, Darul Qabis)

Itulah yang dilakukan oleh kita selaku penuntut ilmu. Besok sajalah baru hafal matan kitab tersebut. Besok sajalah baru mengulang hafalan qur’an. Besok sajalah baru menulis bahasan fiqih tersebut. Besok sajalah baru melaksanakan shalat sunnah itu, masih ada waktu. Yang dikatakan adalah besok dan besok, nanti dan nanti, kapan-kapan, kapan-kapan...

Jika memang ada kesibukan lain dan itu juga kebaikan, maka sungguh hari-harinya sibuk dengan kebaikan. Tidak masalah jika ia men-setting waktu dan membuat urutan manakah yang prioritas yang ia lakukan karena ia bisa menilai manakah yang lebih urgent. Namun bagaimanakah jika masih banyak waktu, benar-benar ada waktu senggang dan luang untuk menghadiri majelis ilmu, muroja’ah, menulis hal manfaat, melaksanakan ibadah lantas ia menundanya. Ini jelas adalah sikap menunda-nunda waktu yang kata Ibnul Qayyim termasuk harta dari orang-orang yang bangkrut. Yang ia raih adalah kerugian dan kerugian.

Bagaimana cara membagi waktu lagi? Adakah contoh menarik dari para ulama?

4- Memanfaatkan setiap detik waktu untuk kebaikan dan ibadah.
Coba lihat contoh para ulama di masa silam, mereka adalah orang-orang yang sangat memperhatikan waktu dengan baik. Detik-detik pun mereka perhitungkan.

Contoh-contohnya:
Salim Ar-Razi, seorang ulama Syafi’iyah pernah mengatakan ; “Aku telah membaca satu juz kitab selama perjalananku.” Itu dia lakukan dalam perjalanan pergi dan pulang ke rumahnya.

Al-Hafizh Adz-Dzahabi ketika menjelaskan biografi Al-Khatib Al-Baghdadi, ia berkata, “Sudah biasa Al-Khatib itu berjalan dan ada satu juz kitab di tangannya untuk ia telaah.”

Anak dari Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang bapaknya, bahwa sejak 40 tahun ia selalu sibuk bersama kitab ilmu, mushaf Al-Qur’an yang ia baca dan ia pun sibuk menghafal.

Abul Wafa’ ‘Ali bin Aqil menyatakan bahwa ia sampai tidak ingin menyia-nyiakan satu detik dari umurnya. Jika ia tidak mengulang pelajaran, tidak pula memanfaatkan matanya untuk menelaah, ia berpikir di waktu rehatnya. … Subhanallah …

Ibnul Qayyim berkata bahwa ia mengetahui sendiri ada ulama yang sakit, pusing atau sakit demam, saat itu kitab masih berada di sisi kepalanya. Jika sadar, ia membaca buku tersebut. Jika ia tak sadarkan diri, buku tersebut tergeletak dan terjatuh.

5- Membuat jadwal belajar.
Jadwal ini begitu perlu agar bisa membagi dan memenej waktu dengan baik. Membuat jadwal belajar mulai dari Shubuh hari.

Waktu shubuh adalah waktu untuk menghafal, lebih-lebih menghafal Al-Qur’an Al-Karim. Waktunya adalah ketika waktu sahur (menjelang Shubuh) dan setelah Shubuh. Karena ketika itu pikiran masih jernih. Menghafal saat itu sangat-sangat mudah. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan shalat Shubuh di masjid, lalu diam hingga waktu syuruq (matahari terbit). Waktu tersebut digunakan untuk menghafal dan mengulang hafalan (muraja’ah). Jika selesai dari menghafal Al-Qur’an, bisa juga digunakan untuk menghafal matan berbagai cabang ilmu seperti menghafal hadits, fikih, ilmu ushul dan bahasa Arab.

Jika punya waktu untuk bekerja atau belajar di sekolah saat pagi, maka tekunilah aktivitas tersebut. Jika tidak, maka hafalan bisa dilanjutkan hingga mendekati Zhuhur. Lantas sebelum Zhuhur, ambillah waktu untuk melakukan qailulah (tidur siang sejenak).

Setelah ‘Ashar digunakan untuk muthala’ah (menelaah), membaca, belajar, menghadiri majelis ilmu, atau mengulang hafalan yang telah dihafal.

Setelah Maghrib digunakan untuk menghadiri majelis ilmu. Sedangkan ba’da Isya’ digunakan untuk mengulang pelajaran atau menelaah suatu pelajaran.

Namun penjadwalan di atas berbeda untuk setiap orang.
Setiap orang tentu kondisinya berbeda. Seorang pekerja dengan seorang yang masih jadi pelajar atau mahasiswa, tentu berbeda manajemen waktunya. Seorang yang telah menikah dan yang masih bujang, juga berbeda. Orang yang super sibuk dengan yang biasa saja, tentu berbeda pembagian waktunya.
Yang jelas hendaklah seseorang berusaha untuk memenej waktunya dengan baik untuk waktu siang dan malam. Hendaklah ada waktu untuk menghafal dan membaca. Namun jangan sampai melupakan waktu untuk rehat. Hendaklah seseorang yang sudah menyusun waktu, konsekuen dengan jadwalnya. Jika tidak, maka harinya akan sia-sia, sehingga tersia-sialah umurnya.

Semoga Allah memudahkan kita untuk memenej waktu kita dengan baik.

ﻭﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ
Referensi:
https://islamqa.info/ar/138389

✍ ودكم أبو الحسن

Tidak ada komentar :

Posting Komentar