Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 29 Maret 2020

KHOWARIJ TULEN

*Ciri-ciri Khawarij*
1. *Senang Mencela dan Menganggap Sesat Tokoh-Tokoh Ulama’*
Berkata Abu Hatim ArRoziy;
علامة أهل البدع : الوقيعة في أهل الأثر
"Ciri- ciri ahlul Bid'ah adalah: suka merendahkan para ulama hadits /atsar"
Ahmad bin Sinan alQotthan berkata;
ليس في الدنيا مبتدع إلا وهو يبغض أهل الحديث . (رواه الصابوني في عقيدة السلف وأصحاب الحديث : ص300) .
"Tidak ada di dunia ini ahlul Bid'ah, melainkan dia pasti membenci ulama' hadits"
Salah satu dari sifat-sifat khowarij yang menonjol adalah senang mencela dan menganggap sesat tokoh-tokoh ulama. Seperti yang dilakukan oleh tokoh mereka “Dzul Khuwashiroh” kepada Rosululloh [], saat pembagian jarahan perang Hunain ketika itu dia berkata kepada Nabi []; “اعدل/adillah” maka Rosululloh membentaknya dengan bersabda:
“وَيْلَكَ ! وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ”
Celaka engkau! Siapa lagi yang bisa adil kalau aku tidak adil?
Kebiasaan mencela dan menganggap sesat tokoh-tokoh ulama’ menjadi cara paling diandalkan dikalangan orang-orang khowarij dalam menguatkan loyalitas golongannya dan merendahkan golongan lain.
Maka tidak heran bila kelompok ini kurang respek kepada tokoh-tokoh empat madzab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad). Juga kepada tokoh-tokoh lain seperti Ibnu Taimiyah, Ibn Qoyyim alJauziyah, An-Nawawi, Ibnu Hajar, begitu pula kepada tokoh ulama kontemporer seperti Syeikh Bin Baz, Ustaimin, Albani, asSinqity, dll serta merendahkan kitab-kitab karya mereka.
Bisa dibayangkan betapa bahayanya jika ummat islam tidak lagi percaya kepada para ulama’ dan menolak karya2 ilmiah mereka, lalu kemana ummat Islam akan mencari rujukan untuk memahami qur’an hadis, mendapat tuntunan ibadah yang sesuai dengan qur’an hadis.
Jika ulama’-ulama’ sudah dianggap sesat, menyimpang dst..lalu kepada siapa ummat akan belajar untuk meluruskan aqidahnya ?????. Ha ???
Atau apakah ummat akan dipaksa untuk meyakini fakta yang terbalik “orang yang awwam lebih paham dengan agamanya daripada ulama”, “jangan bergaul dengan ulama’ karena bisa mempengaruhi kepahaman”, “semakin banyak ilmu semakin sulit diatur”. Bahkan bid'ah itu kalau sudah mengakar di dalam jiwa, mengakibatkan otaknya terjungkir ke bawah pantat. Dia mengatakan ; "mudah²an anak saya tidak ada yang belajar ke Saudi, Makkah, Madinah... karena aku takut jadi Wahabi." Benar² bid'ah nya menyingkirkan akal sehat.
Jika ulama’-ulama’ dianggap sesat, menyimpang dst..lalu kepada siapa ummat akan belajar untuk meluruskan aqidahnya ???
2. *Memusuhi Orang Islam dan Membiarkan Penyembah Berhala*
Salah satu sifat khowarij yang paling menonjol adalah, mereka lebih cenderung bermusuhan dengan sesama kaum muslimin daripada orang-orang non muslim. Mereka teramat ganas kepada orang Islam yang menurut mereka "berbeda manhaj". Tidak mau senyum kalau jumpa, tidak mau jawab salam, tidak mau diajak salaman, tidak mau mensholatkan kaum muslimin, bahkan diundang pun si khowarij itu gak mau datang.
Mereka sering membesar-besarkan perbedaan pendapat dengan ummat islam yang lain bahkan berani mengkafirkan dan memerangi ummat Islam lain dalam masalah khilafiyah, di waktu yang sama, mereka justru bisa duduk rukun, berkasih mesra, saling bantu dengan orang-orang non muslim. Sebagaimana disabdakan Rosululloh _shollallohu alaihi wasallam_ :
يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ. رواه مسلم
“Mereka memerangi pemeluk islam dan membiarkan penyembah berhala, jika aku menjumpai mereka aku pasti memerangi mereka seperti Alloh membunuh kaum Aad”.
3. *Kurang Pengetahuan tentang Fiqih*
Rosululloh bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ. رواه البخاري
“Barangsiapa yang Alloh menghendaki baik padanya maka Alloh memberinya kepahaman dalam hukum-hukum agama”.
Arti faqih dalam bahasa Qur’an & Hadits artinya adalah paham dengan cermat terhadap hukum agama, melalui dalil-dalil qur’an hadis.
Kefaqihan seseorang adalah salah satu alamat bahwa dia dikehendaki baik oleh Alloh, karena kefaqihannya akan membimbingnya menuju aqidah, ibadah, ahklak dan cara-cara bermuamalah yang benar. Sebaliknya kurangnya kefaqihan adalah alarm bahaya, yang berpotensi menjadikan seseorang tidak menyadari kesalahan-kesalahannya dalam menetapi agama, kepahaman yang dianggap sudah paling kuat secara dalil ternyata hanya syubhat-syubhat saja, lebih buruk lagi dia merasa diri paling benar padahal jauh dari Qur’an Hadits.
Begitu juga yang terjadi pada orang khowarij, mereka bukanlah orang-orang yang menolak Qur’an Hadits, akan tetapi kekurang-faqihan mereka (kedangkalan ilmu mereka) terhadap Qur’an Hadits-lah yang menjadikan mereka memiliki kepahaman yang salah, bahkan dengan rokyu (logika) nya mereka menyalahartikan ayat-ayat dan hadits-hadits untuk menguatkan kepahamannya.
Dalam masalah ini Rasulullah [] telah mengingatkan tentang sifat mereka dengan sabdanya:
يَقْرَءُوْنَ الْقُرآنْ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيْهُمْ
“…Mereka membaca Al-Qur’an, tidak melewati kerongkongannya”.
Al-qur’an hanya dibaca dengan lidahnya, tidak sampai kerongkongan, apalagi sampai kehati.
Bukankah banyak membaca al-qur’an akan menambah kuatnya iman? Benar, masalahnya bukan mereka kurang membaca al-Qur’an, akan tetapi kurangnya mereka mentadabburi al-Qur’an, cara memahami al-Qur’an menjadi kacau dan banyak ayat yang ditempatkan bukan pada tempatnya, seperti ayat yang diturunkan untuk orang kafir diterapkan kepada sesama orang Islam. Sikap kasih sayang, toleran, mesra justru dengan orang kafir. Orang justru disambut kalungan bunga, makan canda tawa satu meja. Namun giliran kaum muslimin mereka bengis. Pengajiannya dihancurkan, masjid- masjid kaum muslimin dilarang, sekolah² ka muslimin berusaha dibubarkan.
Kerusakan itu banyak membingungkan umat Islam dan menimbulkan masalah yang berbahaya. Dimana menjadikan pelakunya sembrono dalam menganggap sesat bahkan menganggap kafir setiap orang yang berbeda faham dengan mereka, akibatnya terjadi perpecahan bahkan peperangan diantara ummat Islam.
Oleh karena itu Imam Bukhari berkata :
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَرَاهُمْ شِرَارَ خَلْقِ اللَّهِ ، وَقَالَ : إِنَّهُمُ انْطَلَقُوا إِلَى آيَاتٍ نَزَلَتْ فِي الكُفَّارِ ، فَجَعَلُوهَا عَلَى المُؤْمِنِينَ. صحيح البخاري
”Ibnu Umar menganggap mereka sebagai seburuk-buruk makhluk Allah”. Dan Ibnu Umar berkata: mereka pergi mencari ayat-ayat yang diturunkan untuk orang-orang kafir, lalu mereka kenakan untuk orang-orang beriman”.
Semoga Alloh menghindarkan kita dari pemahaman-pemahaman yang salah.
4. *Mudah Berprasangka Buruk (Su’udzan)*
Sifat khowarij ini tampak dari cara guru mereka (Dzul Khuwaishirah) menghukumi tindakan Rosululloh [] dalam membagi harta ghonimah jarahan perang Hunain, ketika dia tidak paham dengan pembagian Rosululloh _shollallohu alaihi wasallam_ maka seketika itu dia mengucapkan kata-kata yang sangat tidak pantas bagi Rosululloh [],
وَاللهِ إِنَّ هّذِهِ لَقِسْمَةٌ مَا عَدَلَ فِيْهَا وَمَا أُرِيْدَ فِيْهَا وَجْهُ اللَّه
“Demi Allah, sesungguhnya ini adalah suatu pembagian yang tidak adil dan tidak dikehendaki di dalamnya wajah Allah.”
Ini adalah seburuk-buruknya persangkaan yang mereka tujukan kepada sebaik-baiknya makhluk, maka tidak heran bila mereka sering berprasangka buruk kepada para ulama’, pemimpin dan kaum muslimin, akibatnya mereka mudah mencela, menganggap sesat, mudah mengeluarkan dari barisan Ahlussunnah, menuduh dholim, bahkan menuduh kafir kepada sesama muslim, ulama dan pemimpin Islam lalu menghalalkan darah, harta dan kehormatannya. Ini adalah kebiasaan yang sangat berbahaya. Ya. SUPER BAHAYA. Sebab kecerobohan ini akan menjerumuskan mereka pada berbagai penganiayaan dan pelanggaran terhadap hak-hak orang Islam bahkan mendekatkan mereka pada ancaman:
لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالكُفْرِ، إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِك. رواه البخاري
“Tidaklah seorang laki-laki menuduh laki-laki lain dengan tudahan fasiq atau kafir kecuali tuduhan itu kembali kepadanya bila temannya (yang dituduh) tidak seperti itu.”
Ketika seseorang tidak paham dengan perbuatan atau kalimat yang keluar dari saudaranya, apalagi dari seorang ulama, pemimpin atau bahkan seorang Nabi, seharusnya berusaha mengartikannya dengan arti-arti yang baik selagi perbuatan dan kalimat itu bisa diartikan baik bukan mendahulukan prasangka buruk.
Apabila dia sudah tidak mampu lagi mengartikannya dengan baik maka satu-satunya jalan yang selamat adalah minta penjelasan (tabayyun) kepada pemilik perbuatan dan ucapan itu, sebab dialah yang lebih tahu dengan maksud perbuatan dan ucapannya. Seperti yang telah diajarkan oleh sahabat Umar bin Khotob:
وَلا تَظُنَّنَّ بِكَلِمَةٍ خَرَجَتْ مِنْ مُسْلِمٍ شَرًّا وَأَنْتَ تَجِدُ لَهَا فِي الْخَيْرِ مَحْمَلًا. رواه ابن حبا في روضة العقلاء
“Jangan sekali-sekali engkau berprasangka jelek sebab satu kalimat yang keluar dari seorang muslim padahal engkau menjumpai arti yang baik bagi kalimat itu.”
Sebagian orang mendapat musibah yang besar dalam masalah suudzon, dia tidak hanya terjerumus pada suudzon karena mendapati perbuatan atau ucapan saudaranya yang tampaknya jelek, akan tetapi dia juga tetap berprasangka jelek ketika saudaranya tampak berbuat baik.
Sebagian lagi bahkan berprasangka jelek kepada orang-orang yang menyeru kebaikan, memperbaiki kerusakan. Menuduh selain "firqah" mereka adalah;
- penyebab perpecahan,
- menyebarkan kesesatan
- penyebar madzhab baru,
- anti pemerintah,
- pemecah belah masyarakat
- dan tuduhan-tuduhan jelek lain yang memprofokasi orang awam untuk memusuhi mereka dan perpaling dari ajakannya.
Semoga Alloh menjadikan kita hamba-hamba yang selalu berprasangka baik dan menjauhkan kita dari ciri Khowarij ini yang dapat merusak iman. AAMIIN
Jumadil Ula 1440 Hijriyah
Syaikh Abdullah Mas’ud, Lc. hafidzahullah

Tidak ada komentar :

Posting Komentar