Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 29 Maret 2020

Ahlul Bid'ah diusir Nabi

*AHLUL BID'AH DIUSIR OLEH NABI*
Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi [] bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049)
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari, no. 7051)
Siapakah mereka?
Sebagaimana disampaikan oleh Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berselisih pendapat dalam menafsirkan mereka yang DITOLAK dari telaga Nabi [].
*Pendapat pertama:* Yang dimaksud adalah orang munafik dan orang yang murtad.
*Pendapat kedua:* Yang dimaksud adalah orang yang masuk Islam di zaman Nabi [] lantas murtad sepeninggal Nabi.
*Pendapat ketiga:* Yang dimaksud, mereka adalah ahli maksiat dan pelaku dosa besar yang mati masih dalam keadaan bertauhid. Begitu pula termasuk di sini adalah pelaku bid’ah yang kebid’ahan yang dilakukan tidak mengeluarkan dari Islam.
Imam Al-Hafizh Abu ‘Amr bin ‘Abdul Barr mengatakan,
“Setiap orang yang membuat perkara baru dalam agama, merekalah yang DIUSIR dari telaga Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ seperti Khawarij, Rafidhah (Syi’ah), dan pelaku bid’ah lainnya. Begitu pula orang yang berbuat zalim dan terlaknat lantaran melakukan dosa besar. Semua yang disebutkan tadi dikhawatirkan terancam akan dijauhkan dari telaga Nabi []. Wallahu a’lam.”
(Syarh Shahih Muslim, 3: 122)
Hal itu akan sangat mengerikan bagi yang menyadari bahwa berbicara menyangkut Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam, apalagi berani mengklaim bahwa “Rasulullah sangat ridho terhadap berdirinya suatu aliran yang dia dirikan. Sungguh sangat lancang ketika seseorang membuat sebuah jam'iyah organisasi agama kemudian berkata "Aku didatangi rasulullah dan beliau berkata 'sungguh aku ridho dengan jam'iyyah mu". Bukankah rasulullah bersabda;
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Dari al-Mughirah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh [] bersabda, "Sesungguhnya berdusta atasku tidak seperti berdusta atas orang yang lain. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di neraka”. [HR. Al-Bukhâri, no. 1229]
Berdusta atas nama Nabi [] sama dengan berdusta dalam syari’at dan dampaknya menimpa seluruh umat. Oleh karena itu, dosanya lebih besar dan hukumannya lebih berat.
Dalam hadits lain, Nabi [] menegaskan:
لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ
"Janganlah kamu berdusta atasku, karena sesungguhnya barangsiapa berdusta atasku, maka silahkan dia masuk ke neraka. [HR. Al-Bukhâri, no. 106 dan Muslim, no. 1].
Semoga bermanfaat. Amiin.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar