Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Kamis, 27 Juli 2017

Efek Dosa dan Maksiyat, Cemeti Sayang

*EFEK DOSA DAN MAKSIYAT*

Nasehat Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah 

Ibnul Qoyyim رحمه اللهberkata :

Maksiyat dan dosa itu meninggalkan bekas pengaruh kepada pelakunya dengan bekas yang buruk dan berbahaya bagi jiwa dan badan, di dunia maupun di akhirat. Di antara pengaruhnya ;

1. *Terhalang memperoleh ilmu.*

Sebab ilmu itu cahaya yang Allah karuniakan ke dalam hati. Sementara maksiyat justru mematikan cahaya tersebut.

Sebagaimana ucapan Imam Syafi’i :

شكوت إلى وكيع سوء حفظي فأرشدني إلى ترك المعاصي
وأخبرني بأن العلم نور ونور الله لا يهدى لعاصي
الإمامُ البيهقيُّ في كتابه مناقب الشافعي 2 : 314 ]

2. *Terhalang memperoleh rejeki.*

إن العبد ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (روهه ابن ماجه)

“Sesungguhnya seorang hamba terhalang memperoleh rejeki karena sebab dosa yang dilakukan” (Riwayat Ibnu Majah)

3. *Dirundung ketakutan dan kesedihan di hati pelakunya.* 

Dan tidak mampu diobati dan tidak bisa disingkirkan meskipun dia berusaha mengumpulkan berbagai kelezatan dunia. Kecemasan itu tetap menetap karena kemasksiyatannya yang tidak bertobat. Di pagi hari kepanikan menggantung, siang hari beban dan cemas merundung, sore hari ketakutan datang mengepung, malam hari sedih dan bingung. Demikianlah balasan orang yang memburukkan malamnya, maka buruk pula siangnya. Sebaliknya, siapa yang membaguskan siangnya, maka akan bagus pula malamnya.

البر حسن الخلق، والإثم ما حاك في نفسك، وكرهت أن يطلع عليه الناس (رواه احمد)

“Kebajikan adalah akhlak yang baik. Perbuatan dosa itu apa yang menyebabkan dirimu berguncang dan kamu takut melakukannya dilihat orang” (Riwayat Ahmad)

Dan rasa takut ini tidak bisa dirasakan kecuali bagi orang yang memiliki hati yang masih hidup. Sementara hati yang mati tidak terasa sakit terkena luka. Sebagaimana mayat tidak sakit terkena luka.

4. *Ketakutan yang timbul antara dia dan manusia*

Terlebih lagi akan gentar kepada para pelaku kebaikan. Akan terasa juga kegusaran dan kecemasan sekalipun saat bersama istrinya, anak-anaknya, kerabat keluarganya. Rasa panik itu pasti ada karena timbul dari perbuatan dosa.

وقال بعض السلف: إني لأعصي الله فأرى ذلك في خلق دابتي وامرأتي.

“Berkata sebagian salaf : sungguh aku bermaksiyat kepada Allah ternyata aku melihat pengaruhnya pada perilaku kendaraanku dan istriku” (AdDaa’ wadDawa’ Ibnul Qoyyim. 27)

5. *Semakin rumit urusannya*

Urusannya sulit, beban hidupnya berat. Pikirannya kalut. Dililit problematika sulit yang menghimpit.

وهذا كما أن من اتقى الله جعل له من أمره يسرا فاذا أذنب يجد أمره مغلقاً أو متعسراً

Dan demikian itu karena barangsiapa yang bertakwa kepada Allah urusannya menjadi mudah, sebaliknya yang berpaling dari ketaqwaan hidupnya semakin ruwet dan sulit

6. *Kegelapan di dalam hati*

Nabi bersabda ;

إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. (رواه الترمذي 3334

“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”

Al Hasan Al Bashri berkata, “dosa di atas tumpukan dosa bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan selainnya. [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Al Qurthubah, 14/268}.

7. *Melemahkan hati dan badan*

8. *Menghalagi semangat taat beribadah*

9. *Menghapus barokah umur serta memperpendeknya*

10. *Melahirkan kejelekan demi kejelekan lain*

Beranak-pinak jika sudah tidak lagi bercucu cicit melakukan dosa. Sebagaimana ucapan para salaf ;

إن من عقوبة السيئة السيئة بعدها، وإن من ثواب الحسنة الحسنة بعدها.

“Sesungguhnya balasan kebaikan adalah (keinginan) kebaikan berikutnya, dan sesungguhnya balasan keburukan adalah (keinginan melakukan) keburukan berikutnya”

11. *Melemahkan hati dari tekad berbuat baik*.

Karena hatinya sudah loyo, keinginan bertaubat juga tidak ada. Justru keinginan untuk mencoba maksiyat yang lebih ‘seru’, lebih ‘ekstrim’ semakin penasaran. Akhirnya ketagihan, kecanduan, tuman (adiktif). Dan ini tanpa kehancuran.

12. *Menghilangkan rasa malu*.

Tidak lagi merasa risih lagi dilihat orng tua, dilihat tetangga atau siapa saja. Karena sudah terlalu biasa berbuat dosa akhirnya lama-lama biasa. Bisa karena biasa. Lama-lama sulit keluar darinya. Ketika ditegur pun marah. Dia murka dan berkata ; ‘kenapa dilarang?, kenapa kok dosa ? kan...enak. Wal’iyadzu billah.

13. *Menjadi pewaris umat2 yang terlaknat*

- Para pelaku sodomi, melampiaskan nafsu sex, pengusung pergaulan bebas pewaris bangsa Aikah, kaum Luth.
- Para pembunuh bengis dan kejam pewaris Ashabul Ukhdud
- Penguasa dholim, sewenang-wenang pewaris Fir’aun
- Para pembangkang kebenaran, keras kepala pewaris kaum Nuh
- Pelaku bisnis yang culas, curang, pewaris bangsa Madyan
- Para penentang nabi dan rosul mewarisi sifat bangsa Tsamut
- yang mendewa-dewakan kedigdayaan, kecanggihan teknologi dan berbangga dengan bangunan megah pewaris bangsa ‘Aad
- Para durjana, sombong dan sewenang-wenang pewaris Dikyanus.
- bebal dengan kebenaran, banyak alasan untuk menghindari perintah pewaris bangsa Yahudi
- Penggila harta hingga lupa ibadah pewaris Korun
- Penyembah api pewaris bangsa Zoroaster
- Penjilat harta, penjilat kekuasaan dengan mengorbankan akhirat pewaris Hamam. Dan lainnya

14. *Sesungguhnya maksiyat menyebabkan jatuhnya kewibaan*

Jatuhnya derajat kemuliaan kita baik di sisi manusia maupun di sisi Allah.

وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ ۚ).

“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka idak ada yang mampu memuliakannya” (QS. AL-Hajj : 18)

15. *Menghilangkan nikmat-nikmat dan mendatangkan kecelakaan*

Kadang-kadang seseorang ditimpa kecelakaan, atau kehilangan harta-bendanya, uangnya tiba-tiba hilang, kambingnya, ayamnya hilang entah kemana, atau musibah lainnya bisa karena dosa yang dilakukan.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. As-Syura : 30)

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. An-Nisa’: 79)

16. *Hilangnya rasa malu* 

Padahal hati yang hidup mesti mempunyai rasa malu, rishi, apabila melakukan keburukan. Jika sudah hilang, hilang pula banyak kebaikan demi kebaikan.

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan” (HR Bukhari dan Muslim).

الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ قَالَ أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ

“Rasa malu adalah kebaikan seluruhnya atau rasa malu seluruhnya adalah kebaikan” (HR Muslim).
17. *Dosa-dosa merusak dan melalaikan hati*

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 

“Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (Qs. Al-Muthaffifin: 14)

Karena dia sendiri tidak peduli dengan kebaikan dirinya sendiri, maka Allah pun menjauhkan kebaikan untuknya.

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr : 19)

18. *Terhalang dari do’a rosulullah, do’a para malaikat*

Karena Allah memerintah para nabiNya dan para malaikatNya untuk berdo’a memohonkan ampunan kepada orang-orang yang beriman.

19. *Menjadikan hitamnya hati, meredupkan cahaya jiwa dan air muka*

20 *Kecelakaan dan adzab yang pedih di akhirat*

Semoga kita senantiasa diberi kemampuan untuk menjauhi maksiyat dan dosa-dosa. Mudah-mudahan hari-hari kita dilimpahi selalu kebahagiaaan dalam ketaqwaan. Amiin.

ودكم ابو الحسن


*PECUTAN CEMETI SAYANG*


اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

“Allah akan (membalas) mengolok-olok mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (QS. Al-Baqoroh: 15)

Menambahnya keguncangan dan condong miring ke kanan dan ke kiri seperti kapal bahtera yang diombang-ambingkan ombak. Tatkala ombak begitu besar tentu membuat ketakutan yang luar biasa kepada orang yang di tengan luapan lautan kesesatan. Bingung dalam kepanikan tak terhingga.
Dan mampu memahami pelajaran merupakan karunia besar bagi orang-orang yang dipilihNya. Karena tidak semua orang bisa faham. Alias susah faham meskipun pelajaran paling mudah sekalipun.

فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ ۚ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا

“Dan Kali beri pemahaman kepada Sulaiman, masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu” (QS.AL-Anbiya’: 79)

Allah menganugerahi kecepatan pemahaman kepada Nabi Sulaiman. Bahkan percakapan bahasa hewan sekalipun mampu dia fahami. Karakter hewan dan komunikasi dengan dunia jin pun cepat sekali dia fahami. Demikianlah Allah memberi pemahaman dengan cepat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Maka tidak heran ada sebagian anak muda mampu menghafal dua halaman ALQuran dalam 10 menit. Mampu menghafal AlQuran kurang dari 18 bulan. 

Sebagaimana sebagian orang buta Allah beri ketajaman indera pendengarannya dan perabaannya. Bahkan mampu mengenali uang hanya dengan rabaan. Mampu membedakan anaknya hanya dengan bau keringatnya atau suara batuknya. Mampu mengetahui arah timur dan barat, siang dan malam.
Di antara manusia ada yang mampu memahami garis-garis besar atau point-poinnya saja. Sementara ada juga yang mampu secara detail dan sangat rinci. Ada di antara manusia tumpul otaknya, error fikirannya, gelap bashirohnya, lambat firasatnya. Ada pelajaran mudah tidak bisa ditangkap. Biar pun diulang-ulang 10 X tetap seperti batrei 'ngedrop'. 

Fenomena kematian; artinya bersiaplah kalian, perbaikilah amal kalian sebelum mati. Musim hujan, artinya waktunya menanam, menyimpan air. Diberi rejeki artinya pergunakan untuk ketaatan. Dan seterusnya.

Orang yang diberi pemahaman yang bagus, biasanya tidak meleset firasatnya. Dia mampu memahami isyarat-isyarat peringatan dari suatu kejadian. Oh…ini balasan ganjaran dan tambahan nikmat, o..kalau ini bala bencana, o..yang ini hanya ujian, wah kalau ini sudah adzab namanya. Tapi berbeda halnya dengan orang kafir. Istidroj dianggap ganjaran, adzab dianggap sekedar ujian, dosa dianggap ekplorasi pengalaman, hal yang memalukan dianggap percaya diri, nasehat dianggap celaan, tontonan jadi tuntunan, kebenaran difahami syubhat, haq dibilang batil, Islam dianggap penghembat kemajuan, akhirat diyakini fiksi fikiran, sakral menjadi profan, bahkan kematian sekalipun diyakini sebagai proses reinkarnasi alam. Karena sudah terombang-ambing dalam gelombang kesesatan. Bingung, Linglung, tak mengenal arah keselamatan.

Orang mukmin tatkala terpeleset dalam kesalahan langsung dipecut oleh Allah, cemeti kasih sayang dan peringatan….."Jangan bolek kiri mas….jurang neraka". Dibalik 'jeweran' tadi adalah panggilan kasih sayang yang tak terhingga. Bahkan 'tempelengan' kasih sayang Allah itu buat hamba-hambaNya yang senantiasa dekat kepadaNya. Lebih cepat peringatannya daripada dua orang anak muda kakak beradik. Yang keduanya dalam perantauan. Saat salah satunya lalai dalam menggunakan harta dan usia, saudaranya langsung mencarinya. Bahkan jika ditemukan kakaknya di dalam diskotik sekalipun pasti adiknya menghajarnya di tempat demi keselamatan diri dan keluarganya.

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

كذلك لنصرف عنه السوء والفحشاء. إنه من عبادنا المخلصين
Nabi Yusuf hidup dalam gelimang hata dan fasilitas kerajaan sebagai anak angkat raja. Digoda terus sama gadis-gadis cantik. Tapi dia sadar ini adalah ujian. Jika tidak cepat faham dan mencari jalan keluar, niscaya habislah kemuliaannya. Dia sadar bahaya jika dalam kelalaian.

الآن وقد عصيت قبل وكنت من المفسدين

Berbeda dengan Fir'aun. Sudah berkali-kali diberi peringatan berupa banjir darah, serangan kutu, serangan belalang, serangan kodok, mukjizat Musa, Peringatan Harun, tetap saja tidak faham-faham. Paham pun sudah mau mati. Tobat terlambat. Alangkah jauhnya perbedaan orang yang cepat sadar dengan yang tak sadar-sadar.

Ada juga yang sadar tapi dipaksa. Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda,

عَجِبَ اللَّهُ مِنْ قَوْمٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فِى السَّلاَسِلِ. رواه البخاري

“Allah heran dengan orang-orang yang masuk surga dengan dibelenggu rantai.”

وقال غيره يحتمل أن يكون المراد المسلمين المأسورين عند أهل الكفر يموتون على ذلك أو يقتلون فيحشرون

Adapun ulama yang lain berpendapat makna adalah orang muslim yang ditawan oleh orang kafir dan mereka mati dalam keadaan tertawan atau mereka terbunuh, maka mereka dikumpulkan dalam keadaan seperti itu (dibelenggu) (Fathul Bari 6/145, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H)

Semoga bermanfaat, Amiin.












Tidak ada komentar :

Posting Komentar