Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Kamis, 27 Juli 2017

HIDUP UNTUK BERIBADAH, ZUHUD dan WARO'

*HIDUP untuk BERIBADAH*

🔐 Ketika hidupmu bisa beribadah dengan baik, hakekatnya tujuan hidupmu telah tercapai.

ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍﻷِﻧْﺲَ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembahKu” (QS. AdDzariyat : 56)

🔐 Ketika menjalani kehidupan ini kita bisa sholat dengan khusyu’, berjama’ah di masjid, bisa leluasa melaksanakan apa yang Allah perintahkan, bisa terhindar dari larangan² syari’at, bisa dengan melaksanakan syari’at Islam, bebas melaksanakan sunnah-sunnah nabi, dan leluasa terus menerus berusaha mendakwahkan Islam ini kepada semua manusia, maka hakekatnya kita telah mencapai tujuan kehidupan ini.

ﻭﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﺣﻖ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺧﻠﻘﻪ ،

🔐 “Ibadah itu merupakan HAK Allah, sebagai kewajiban hambaNya”

ﻓﻤﻦ ﺃﺑﻰ ﺃﻥ ﻳﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻬﻮ ﻣﺴﺘﻜﺒﺮ ،

🔐 “Barangsiapa yang enggan beribadah kepadaNya, maka dia itu orang sombong”

ﻭﻣﻦ ﻋﺒﺪﻏﻴﺮﻩ ﻓﻬﻮ ﻣﺸﺮﻙ ،

🔐 “Dan barangsiapa yang beribadah kepeda selainNya maka dia itu musyrik”

ﻭﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﺑﻐﻴﺮ ﻣﺎ ﺷﺮﻉ ﻓﻬﻮ ﻣﺒﺘﺪﻉ ،

🔐 “Barangsiapa yang beribadah kepeda Allah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan maka dia itu pelaku bid’ah”

ﻭﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﺑﻤﺎ ﺷﺮﻉ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﺣﺪ

🔐 “Dan barangsiapa yang beribadah kepeda Allah semata² maka dia itu seorang mukmin yang bertauhid”

ﻻ ﻳﻤﻜﻨﻬﻢ ﺃﻥ ﻳﻌﺮﻓﻮﺍ ﺑﺄﻧﻔﺴﻬﻢ ﺣﻘﻴﻘﺘﻬﺎ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺮﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺄﻧﻔﺴﻬﻢ ،
ﺑﻞ ﺃﺭﺳﻞ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﺍﻟﺮﺳﻞ ، ﻭﺃﻧﺰﻝ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﻟﺒﻴﺎﻥ ﺣﻘﻴﻘﺔ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ

🔐 “Tidak mungkin seorang hamba mengetahui dengan sendirinya hakekat ibadah yang diridhoi dan yang sebenarnya diperintahkan. Oleh karenanya Allah mengutus para rosul (agar mengajari manusia) beribadah, dan juga Allah turunkan kitab agar menjadi jelas hakekat ibadah yang diperintahkan tersebut”

🔐 Sebagaimana firman Allah ta’ala ;

ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕ
َ

“Dan telah kami utus kepada setiap umat seorang rasul untuk menyerukan: Sembahlah Allah dan jauhilah thoghut.” (QS. AnNahl : 36 )

🔐 Barangsiapa yang menentang dan mengingkari apa – apa yang diajarkan Rosul, kafir serta mendustakan kitab yang diturunkan kepadanya maka sungguh sesat dengan kesesatan yang jauuuuuh.

🔐 Tata cara (kaifiyat) beribadah kepada Allah telah dicontohkan oleh Rosulullah. Maka barangsiapa yang beribadah dengan tata caranya sendiri, beribadah semau-maunya mengikuti hawa nafsu, lalu bikin cara-cara ibadah yang tidak seperti Rosulullah ajarkan maka sungguh dia berbuat bid’ah.

Seperti ;
- Berdzikir dengan menggeleng² dan memutar² kepala seperti orang tripping,
- berdzikir dengan menari berputar terus berputar-putaaaaaaar seperti tarian sufi,
- Mengadakan walimatul maut, pesta peringatan kematian (haul), dengan meratap (niyahah), meraung, menjerit, menangis di kuburan.
- Dan lain-lain. Terlalu banyak berbagai macam keyakinan (i’tiqod) dan tata cara ibadah dan beragama yang menyimpang dari petunjuk Rosulullah. Terutama dari kelompok Syi’ah Rofidhoh, Khowarij, Tarekat Sufi, Murji’ah, Mu’tazilah dan sebagainya.

ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺿَﻞُّ ﻣِﻤَّﻦَ ﺍﺗَّﺒَﻊَ ﻫَﻮَﺍﻩُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻫُﺪًﻯ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ

"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun." (Al Qashash: 50)

🔐 *Dasar² ibadah yang shohih:*

1⃣. Ibadah itu Tauqifiyah. (Yaitu akal fikiran manusia tidak berhak turut campur dalam persyari’atannya). Disyari’atkan langsung dari sisi Allah.

{ ﻓﺎﺳﺘﻘﻢ ﻛﻤﺎ ﺃﻣﺮﺕ ﻭﻣﻦ ﺗﺎﺏ ﻣﻌﻚ ﻭﻻ ﺗﻄﻐﻮﺍ .{ ‏[ ﻫﻮﺩ ، ﺍﻵﻳﺔ : 112 ].

“Dan istiqomahlah sebagaimana kamu diperintahkan dan bersama orang² yang bertaubat bersamamu serta janganlah kalian melampaui batas”

Allah berfirman tentang RosulNya ;

{ ﺇﻥ ﺃﺗﺒﻊ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻳﻮﺣﻰ ﺇﻟﻲَّ .{ ‏[ ﺍﻷﺣﻘﺎﻑ ، ﺍﻵﻳﺔ : 9 ].

“Tidaklah aku mengikuti (sesuatu) melainkan (kepada) apa² yang diwahyukan kepadaku”

2⃣. Ibadah harus Ikhlas. Terbebas dari kesyirikan.

{ ﻭﻟﻮ ﺃﺷﺮﻛﻮﺍ ﻟﺤﺒﻂ ﻋﻨﻬﻢ ﻣﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻤﻠﻮﻥ .{ ‏[ ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ ، ﺍﻵﻳﺔ : 88 ].

“Seandainya mereka berbuat syirik niscaya terhapuslah apa² yang telah mereka kerjakan”

{ ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃُﻭﺣِﻲَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻟَﺌِﻦْ ﺃَﺷْﺮَﻛْﺖَ ﻟَﻴَﺤْﺒَﻄَﻦَّ ﻋَﻤَﻠُﻚَ ﻭَﻟَﺘَﻜُﻮﻧَﻦَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮِﻳﻦَ { ‏[ ﺍﻟﺰﻣﺮ : 65 ]

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65).

3⃣. Beribadah harus mencontoh Rosulullah (Ittiba’).

ﻭَﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻛُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻓَﺨُﺬُﻭﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﻧَﻬَﺎﻛُﻢْ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﺎﻧﺘَﻬُﻮﺍ

“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah” (QS. Al-Hasyr: 7)

Rosulullah bersabda :

ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻼً ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻣْﺮُﻧَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

“Barangsiapa yang melakukan suatu amal (ibadah) yang tidak sesuai dengan urusan (agama) kami, maka amalan itu tertolak.” (Riwayat Muslim)

4⃣. Bahwasanya Ibadah itu “terikat” aturannya, kaifiyat, waktu dan ukurannya. Seperti sholat, zakat, puasa, hajji.

{ ﺇﻥ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻛﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻛﺘﺒﺎ ﻣﻮﻗﻮﺗﺎ )

“Sesungguhnya sholat itu telah ditetapkan waktunya” (QS. Annisa’: 103)

{ ﺍﻟﺤﺞ ﺃﺷﻬﺮ ﻣﻌﻠﻮﻣﺎﺕ }.

“Hajji itu pada bulan² tertentu (yang telah diketahui)” (QS. AlBaqoroh: 197)

ﻓﻤﻦ ﺷﻬﺪ ﻣﻨﻜﻢ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻓﻠﻴﺼﻤﻪ }.

“Maka barangsiapa yang telah menyaksikan bulan (romadhon) maka hendaklah berpuasa” (QS. Al-Baqoroh: 185)

🔴 Selain ibadah yang muqoyyad (ditentukan) kadar ukuran, waktu, dan tata caranya ada pula ibadah yang mutlak tidak begitu terikat dengan waktu tertentu seperti dzikir, membaca quran, sedekah, hibah, birrul walidain, dan sejenisnya.

5⃣. Ibadah itu harus mengandung unsur : MAHABBAH (rasa cinta), DZULL (rasa menghinakan diri), KHOUF (rasa takut), ROJAA’ (rasa berharap) kepada Allah ta’ala.

{ ﺃُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻳَﺒْﺘَﻐُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ ﺃَﻳُّﻬُﻢْ ﺃَﻗْﺮَﺏُ ﻭَﻳَﺮْﺟُﻮﻥَ ﺭَﺣْﻤَﺘَﻪُ ﻭَﻳَﺨَﺎﻓُﻮﻥَ ﻋَﺬَﺍﺑَﻪُ }

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (dengan Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. [QS.Al-Israa`: 57].

ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳُﺴَﺎﺭِﻋُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮﻧَﻨَﺎ ﺭَﻏَﺒًﺎ ﻭَﺭَﻫَﺒًﺎ ۖ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻟَﻨَﺎ ﺧَﺎﺷِﻌِﻴﻦَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami” (Al-Anbiya`: 90).

*BERIBADAH SAMPAI MATI*

🔴 Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﺍﻋْﺒُﺪْ ﺭَﺑَّﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻚَ ﺍﻟْﻴَﻘِﻴﻦُ

“Dan beribadahlah kepada Robbmu sampai datang kepadamu keyakinan (:mati).” (QS. Al-Hijr: 99).

🔴 Beribadah sampai mati. Mati ketika beribadah. Mati di saat sujud, mati di ketika sholat di Roudhoh (Madinah), mati di waktu sedang mengenakan baju ihrom, mati saat berhajji dan umroh, gugur di medan tempur dalam membela Islam. Mati saat khutbah jum’ah atau mengimami manusia, mati di depan Ka’bah. Mati di samping mimbar nabi. Mati di Jabal Uhud, mati di samping kamar Rosulullah persis di samping rosulullah berbaring. Mati ketika mengunjungi masjid Aqsho. Mati di saat beribadah di Makkah dan Madinah. Adalah kematian yang kita harapkan.

Semoga bermanfaat. Amiin.
ﻭﺩﻛﻢ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ



🌺 *DIMANA ZUHUD, DIMANA WARO'*

*اين الزهد، اين الوراع ؟*

🚩 Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata :

ﺍﻟﻮﺭﻉ : ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﺗﺨﺎﻑ ﺿﺮﺭﻩ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ . ‏( ﻣﺪﺍﺭﺝ ﺍﻟﺴﺎﻟﻜﻴﻦ)

"Waro' adalah meninggalkan sesuatu yang akan membahayakan kelak di akhirat"

🚩 Abu Sulaiman adDaroniy berkata :

ﺍﻟﻮﺭﻉ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﻨﺎﻋﺔ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﺮﺿﺎﺀ .

"Waro' adalah permulaan zuhud sebagaimana qona'ah awal ridho"

🚩 Sufyan AtTsauriy berkata :

ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺃﺳﻬﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﺭﻉ ، ﻣﺎ ﺣﺎﻙ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻚ ﻓﺎﺗﺮﻛﻪ .

"Tidaklah aku melihat yang lebih mudah dari sikap waro', apa² yang membuatmu ragu² maka tinggalkanlah"

🚩 Al-Hasan berkata :

ﻣﺜﻘﺎﻝ ﺫﺭﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﺭﻉ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺃﻟﻒ ﻣﺜﻘﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ .

"Sekecil dari satu dzarroh sikap waro' lebih baik daripada seribu puasa dan sholat"

ﺎﻟﺰﺍﻫﺪ ﻻ ﻳﻔﺮﺡ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺑﻤﻮﺟﻮﺩ ، ﻭﻻ ﻳﺄﺳﻒ ﻣﻨﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻔﻘﻮﺩ .

🚩 Zuhud : tidak begitu berbangga dengan harta dunia yang ada, tidak pula bersedih karena terluput (tidak punya) darinya"

🚩 Zuhud bukanlah meninggalkan dunia sama sekali. Tidak bekerja, tidak berusaha, hanya tidur²an, hanya bertopang dagu, hanya ongkang² kaki, hanya berpangku tangan, hanya berangan², hanya pasif, hanya pesimistis dan malas²an. Tidak demikian.

🚩 Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, adalah seorang nabi, rosul, orang yang paling zuhud, namun juga seorang yang kaya, raja, penguasa, memiliki istri², anak², bekerja dan menangani kekuasaan.

🚩 Demikian pula rasulullah, beliau nabi, rasul, panglima perang, memimpin umat, pedagang, memiliki istri², berusaha dan berupaya. Namun tidak diragukan sebagai manusia yang paling zuhud dan waro'.

🚩 Demikian pula 'Utsman bin Affan, Abdurrahman ibnu 'Auf, Hasan bin 'Ali, imam Hasan Al-Bashri, Imam Abdullah bin Mubarok, Imam Malik bin Anas, imam Laits bin Sa'id, umam Ahmad bin Hanbal, imam AtsTsauri tidak diragukan lagi sebagai orang² yang zuhud, orang² waro', orang² ahli ibadah, namun mereka sebagai saudagar dan hartawan.

🚩 Imam Ahmad bin Hanbal berkata :

ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻗﺼﺮ ﺍﻷﻣﻞ

"Zuhud di dunia adalah memendekkan angan²"

🚩 Imam Ahmad bin Hanbal berkata :

ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻧﻮﺍﻉ : ﻓﺎﻷﻭﻝ : ﺗﺮﻙ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ، ﻭﻫﻮ ﺯﻫﺪ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ . ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ : ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻔﻀﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻼﻝ ، ﻭﻫﻮ ﺯﻫﺪ ﺍﻟﺨﻮﺍﺹ . ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ : ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﻳﺸﻐﻞ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻭﻫﻮ ﺯﻫﺪ ﺍﻟﻌﺎﺭﻓﻴﻦ . (كتاب الزهد)

"Zuhud itu tiga jenis, pertama: meninggalkan yang harom. Ini zuhudnya kalangan awam. Kedua: meninggalkan yang berlebihan dari sesuatu yang halal. Inilah zuhudnya orang² khusus. ketiga: meninggalkan sesuatu yang membuat berpaling dan lalai kepada Allah. Inilah zuhudnya orang2 'arif"

"ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺃﺟﻤﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻌﺎﺭﻓﻮﻥ :

🚩 Zuhud merupakan safar (pergi)nya hati dari keduniaan menuju kedudukan² akhirat. Oleh karenanya para imam dan ulama' menulis kitab² bab zuhud. Seperti kitab azZuhdu karya Imam Abdullah bin Mubarok, juga karya imam Ahmad, imam Waki', dan ulama' lainnya.

ﻓﺮﺑﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻣﺼﻠﻴﺎً ﺃﻭ ﻗﻮﺍﻣﺎ ً ﺃﻭ ﺻﻮﺍﻧﺎً ﺃﻭ ﺩﺍﻋﻴﺔ ﺃﻭ ﺧﻄﻴﺒﺎً ﺃﻭ ﻋﺎﻟﻤﺎً ، ﻭﻟﻜﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻌﺐ ﺇﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻭﺭﻋﺎً.

🚩 Bisa mungkin seorang muslim itu ada yang sebagai ahli sholat, ahli puasa, qiroatul quran, atau seorang ahli ilmu, seorang khotib, seorang dermawan, imam sholat, seorang mujahid, namun sangat sulit dia menjadi seorang yang *Waro'*.

🚩 Bagaimana bisa? Kenapa? Karena dia tidak cukup hanya meninggalkan yang harom saja. Tapi dia sudah menggapai tingkatan tinggi kedudukan dalam agama ini. Yakni dia mengekang nafsunya dari memperbanyak tenggelam dan terperdaya dalam yang perkara² mubah dikarenakan takut terjatuh kepada perkara yang makruh² dan harom.

🚩 Jadi seorang yang waro' dan zahid tidak seperti orang awam pada umumnya. Yang bergampang gampang melakukan hal² makruh. Yang bermudah² terperdaya kepada hal² mubah. Apalagi yang haram. Maka betapa sulitnya amalan ini. Maka tidak akan ditemukan seorang waro' dan zuhud yang suka nonton bioskop, atau nonton sinetron, main catur, kongkow malam mingguan sembari nyeruput tembakau, atau begadang di pinggir jalan menghabiskan waktu, main videogame, berlebih²an dalam perkara mubah, atau hal² mubah lainnya yang hal itu biasa dilakukan orang. Padahal orang biasa menganggap hal biasa dan boleh² saja main game warnet, atau apa salahnya tamasya kuliner.

🚩 Seorang zahid dan waro' seperti itu tidak berarti mengharamkan hal² yang halal, hal² yang mubah. Tidak. Hanya saja sikap kehati²an dan tingginya himmah ketaatannya.

🚩 Ibrahim bin Adham berkata,

ﺍﻟﻮﺭﻉ ﺗﺮﻙ ﻛﻞ ﺷﺒﻬﺔ ﻭﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻚ ﻫﻮ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻔﻀﻼﺕ

“Wara’ adalah meninggalkan setiap perkara syubhat (yang masih samar), termasuk pula meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud adalah meninggalkan perkara mubah yang berlebihan.”

🚩 Sahl At Tursturiy berkata,

“Seseorang tidaklah dapat mencapai hakikat iman hingga ia memiliki empat sifat: - (1) menunaikan amalan wajib dengan disempurnakan amalan sunnah, (2) makan makanan halal dengan sifat waro’, (3) menjauhi larangan secara lahir dan batin, (4) sabar dalam hal-hal tadi hingga maut menjemput.”

🚩 Sahl juga berkata ;

“Siapa yang makan makanan haram dalam keadaan ingin atau tidak, baik ia tahu atau tidak, maka bermaksiatlah anggota badannya. Namun jika makanan yang ia konsumsi adalah halal, maka patuhlah anggota badannya dan akan diberi taufik melakukan kebaikan.” (Sholahul Ummah fii ‘Uluwwil Himmah, 4: 326)

🚩 Yunus bin ‘Ubaid berkata;

“Wara’ adalah keluar dari syubhat (perkara yang samar) dan setiap saat selalu berusaha muhasabah /mengintrospeksi diri.”
(Sholahul Ummah fii ‘Uluwwil Himmah, 4: 326)

🚩 Ibnu Rajab mengutarakan pengertian wara’ dengan mengemukakan hadits;

ﺩﻉ ﻣﺎ ﻳﺮﻳﺒﻚ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺮﻳﺒﻚ

“ Tinggalkan hal yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu. ” (HR. An Nasai)

🚩 Ibnu Rajab berkata bahwa sebagian tabi’in berkata ;

ﺗﺮﻛﺖ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺣﻴﺎﺀ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﺳﻨﺔ ، ﺛﻢ ﺃﺩﺭﻛﻨﻲ ﺍﻟﻮﺭﻉ

“Aku meninggalkan dosa² selama 40 tahun lamanya. Akhrinya, aku mendapati sifat waro’.” (Fathul Bari, Ibnu Rajab, Asy Syamilah, 1: 51).

🚩 Lihatlah bagaimana sikap Imam Nawawi rahimahullah dalam menyikapi apabila ada keragu-raguan dalam masalah suatu hukum, halal ataukah haram. Beliau berkata ;

ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺗَﺮَﺩَّﺩَ ﺍﻟﺸَّﻲْﺀ ﺑَﻴْﻦ ﺍﻟْﺤِﻞّ ﻭَﺍﻟْﺤُﺮْﻣَﺔ ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻓِﻴﻪِ ﻧَﺺّ ﻭَﻟَﺎ ﺇِﺟْﻤَﺎﻉ ، ﺍِﺟْﺘَﻬَﺪَ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﻤُﺠْﺘَﻬِﺪ ، ﻓَﺄَﻟْﺤَﻘﻪُ ﺑِﺄَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ ﺑِﺎﻟﺪَّﻟِﻴﻞِ ﺍﻟﺸَّﺮْﻋِﻲّ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﻟْﺤَﻘَﻪُ ﺑِﻪِ ﺻَﺎﺭَ ﺣَﻠَﺎﻟًﺎ ، ﻭَﻗَﺪْ ﻳَﻜُﻮﻥ ﻏَﻴْﺮ ﺧَﺎﻝ ﻋَﻦْ ﺍﻟِﺎﺣْﺘِﻤَﺎﻝ ﺍﻟْﺒَﻴِّﻦ ، ﻓَﻴَﻜُﻮﻥ ﺍﻟْﻮَﺭَﻉ ﺗَﺮْﻛﻪ ، ﻭَﻳَﻜُﻮﻥ ﺩَﺍﺧِﻠًﺎ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻟﻪ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ‏( ﻓَﻤَﻦْ ﺍِﺗَّﻘَﻰ ﺍﻟﺸُّﺒُﻬَﺎﺕ ﻓَﻘَﺪْ ﺍِﺳْﺘَﺒْﺮَﺃَ ﻟِﺪِﻳﻨِﻪِ ﻭَﻋِﺮْﺿﻪ ‏)

“Jika muncul keragu-raguan akan halal dan haramnya sesuatu, sedangkan tidak ada dalil tegas, tidak ada ijma’ (konsensus ulama); lalu yang punya kemampuan berijtihad, ia berijtihad dengan menggandengkan hukum pada dalil, lalu jadinya ada yang halal, namun ada yang masih tidak jelas hukumnya, maka sikap wara’ adalah meninggalkan yang masih meragukan tersebut . Sikap waro’ seperti ini termasuk dalam sabda Nabi, *“Barangsiapa yang selamat dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya*. ”
(Syarh Muslim, 11: 28).

🚩 Rosulullah memberi nasehat berharga kepada Abu Hurairah;

ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻛُﻦْ ﻭَﺭِﻋًﺎ ﺗَﻜُﻦْ ﺃَﻋْﺒَﺪَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻛُﻦْ ﻗَﻨِﻌًﺎ ﺗَﻜُﻦْ ﺃَﺷْﻜَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺃَﺣِﺐَّ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻣَﺎ ﺗُﺤِﺐُّ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻚَ ﺗَﻜُﻦْ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﻭَﺃَﺣَﺴِﻦْ ﺟِﻮَﺍﺭَ ﻣَﻦْ ﺟَﺎﻭَﺭَﻙَ ﺗَﻜُﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻭَﺃَﻗِﻞَّ ﺍﻟﻀَّﺤِﻚَ ﻓَﺈِﻥَّ ﻛَﺜْﺮَﺓَ ﺍﻟﻀَّﺤِﻚِ ﺗُﻤِﻴﺖُ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐَ

“Wahai Abu Hurairah , jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qona’ah (selalu merasa cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang benar-benar bersyukur. Sukailah sesuatu pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang baik. Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim sejati. Kurangilah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati .” (HR. Ibnu Majah no. 4217).

*PENGARUH WARO'
- Mata seorang waro' tidak sembarangan plotat plotot, lirak -lirik nonton sesuatu yang harom.

- Lisan seorang yang waro' tidak sembarangan ngomong tanpa dipikir lebih dahulu. Tidak asal ceplas-ceplos asal bicara.

- Waktu seorang waro' tidak dihambur²kan dalam kesia²an.

- Telinga seorang yang waro' tidak sembarangan mendengar lagu² orkes, nyanyi², badan seorang waro' tidak berani jingkrak², jogat -joget, atau bertingkah lucu² seperti pelawak dagelan. Seorang waro' tidak seperti badut.

- Tangan dan anggota badan seorang waro' terjaga dari bermaksiyat.

- Hati seorang waro' bersih dari fikiran² hasad, benci, suudzon, berburuk sangka, dendam, dan memikirkan yang tidak². Da' sebagainya.

ﻭﻣﻦ ﺍﺛﺄﺭ ﺍﻟﻮُﺭﻉ ﻫﻮ ﺣﺠﺰ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻋﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺰﻭﺭ ﻭﺍﻟﺨﻮﺽ ﻓﻲ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﻟﻨﺎﺱ ، ﻭﻣﻨﻊ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻣﻦ ﺳﻮﺀ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﺎﻵﺧﺮﻳﻦ ﺃﻭ ﻇﻠﻤﻬﻢ ، ﻭﻛﻒ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻋﻦ ﺇﻳﺬﺍﺀ ﺍﻵﺧﺮﻳﻦ ﺃﻭ ﺇﻟﺤﺎﻕ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﺑﻬﻢ .
‏( ﻣﺪﺍﺭﺝ ﺍﻟﺴﺎﻟﻜﻴﻦ ‏) ﻣﻠﺨﺼًﺎ.

Sumber : Ringkasan sebagian Madariju Salikin, Ibnul Qoyyim al-Jauziyah. Dan lainnya.


Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar :

Posting Komentar