CINTA BERAT KEPADA NABI
Cinta kepada Nabi merupakan kewajiban paling besar bagi seorang muslim. Dan di antara kalangan manusia yang paling besar kecintaannya kepada Rosulullah adalah para sahabatnya. Mereka lebih mencintai Nabi melebihi cinta mereka kepada harta-hartanya, anak-anak dan keluarganya, dan dirinya.
Rosulullah bersabda :
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
"Tidak beriman salah seorang diantara kamu (dengan keimanan yang sempurna - pent) sehinggalah aku lebih dicintai olehnya daripada ayah dan anaknya dan kaum Muslimin seluruhnya." (Riwayat Bukhori)
1. Membela mati-matian
Abu Bakr AsShiddiq memberikan semua hartanya untuk perjuangan beliau. Saat dikejar oleh orang kafir dan singgah bersembunyi di gua Tsur, Abu Bakr kadang berjalan di depan nabi, kadang di samping nabi, kadang di belakang nabi. Ketika ditanya mengapa demikian ? Abu Bakr menjawab : Ya Rosulullah, kami takut ada yang menghadang maka saya berjalan di depanmu, ketika aku teringat jika ada seseorang yang menikammu maka saya berjalan di sampingmu, saat aku teringat ada seseorang yang menyusul dan mengejar, maka saya berjalan di belakang. Kami sangat mengkhawatirkan keselamatanmu...” (Zaadul Ma’ad, Hal. 15 Bab.Hijrah)
Ketika memasuki goa, Abu Bakr khawatir jika ada ular atau kalajengking atau scorpion di dalamnya. Maka Abu Bakarpun masuk lebih dahulu dan memeriksa keadaan agar tidak menggigit Rosulullah. (Zaadul Ma’ad, Hal. 15 Bab.Hijrah)
Abu Bakr AsShiddiq juga memberikan semua uang dan hartanya hingga tak tersisa. Menyiapkan kuda dan melindungi rosulullah hingga titik darah penghabisan. Beliau juga menhentikan orang durhaka, ‘Uqbah bin abi Mu’ith yang mencekik Rosulullah dengan kain ketika nabi sholat di depan ka’bah. ‘Uqbah di dorong dengan keras dan terjadilah perkelahian. Maka turunlah ayat ;
أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّي اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ ) غافر: 28(
“Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, “Tuhanku ialah Allah SWT padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu”
2. Tidak ingin berpisah
Jika mereka beberapa hari tidak bertemudengan Rosululah mereka sangat rindu. Hingga oran-orang desa baduwi rela berjalan menembus gurun gersang berjalan kaki demi berjumpa dengannya. Lamanya perpisahan dengan Nabi menyebabkan sakit menimpa mereka karena menahan beratnya kerinduan. Sebagaimana penduduk Anshor telah lama menunggu kedatangan nabi di Madinah. Bahkan mereka berikrar untuk melindungi nabi melebihi perlindungan mereka kepada anak-anak dan keluarganya. Nabi di mata mereka bagai bapak dari anak-anaknya dan saudara kandungnya.
Ketika Mu’adz diutus ke Yaman berjalan bersama Rosululah Mu’adz menunggang onta sementara Rosulullah justru yang berjalan. Nabi menasehati :
يا معاذ إنك عسى أن لا تلقاني بعد عامي هذا، ولعلك أن تمر بمسجدي هذا وقبري»، فبكى معاذ جزعاً لفراق رسول الله صلى الله عليه وسلم (مجمع الزوائد: 9/25(.
“Wahai Mu’adz, bisa jadi kamu tidak akan bertemu lagi denganku setelah tahun ini. Dan bisa jadi kamu hanya melewati masjidku dan kuburanku”. Maka tangis Mu’adz pun pecah. takut tidak bisa lagi berjumpa dengan orang yang sangat dia cintai” (Riwayat Ahmad)
Mereka bukan hanya khawatir tidak bisa bertemu saat di dunia, tapi juga sangat khawatir jika tidak bisa bertemu kelak di akhirat.
‘Aisyah rodhiyalloh berkata, ada seseorang datang ke rumahku dan berkata :
"جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله، إنك لأحب إليَّ من نفسي، وإنك لأحب إليَّ من ولدي، وإني لأكون في البيت فأذكرك فما أصبر حتى اّتي فأنظر إليك، وإذا ذكرت موتي وموتك عرفت أنك إذا دخلت الجنة رفعت مع النبيين، وإني إذا دخلت الجنة خشيت أن لا أراك"،
“Ya Rosulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri, daripada anak-anakku. Jika aku di rumahku lalu aku teringat kepadamu, maka saya tidak bisa besabar untuk segera melihatmu. Dan tatkala saya mengingat kematianku dan kematianmu maka saya tahu, engkau pasti bisa berkumpul dengan para nabi yang lain. Sementara aku sangat khawatir tidak bisa lagi melihatmu” (Riwayat AtThobroni)
Kemudian turunlah ayat ;
وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلَئِكَ رَفِيقًا) النساء
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. AnNisa’ : 36) )مجمع الزوائد: 7/10(.
3. Menomorsatukan Nabi daripada lainnya
Dari Anas bin Malik dia berkata :
“Ketika perang Uhud berkecamuk, para penduduk Madinah terlibat peperangan dengan pertempuran yang hebat. Saat merebak isu bahwa Nabi yang mereka cintai terbunuh ; “Muhammad terbunuh.....Muhammad terbunuh......”, teriakan dan jeritan tangis para penduduk tidak terbendung. Wanita-wanita Anshor turut keluar rumah menghunuskan pedang-pedang, menggendong busur-busur panah dan segala senjata yang ada. Membiarkan tangis bayi-bayi mereka dalam buaian. Menyusul suami-suami mereka, saudara laki-laki dan anak-anak laki mereka di medan laga. Saat mereka berjumpa dengan setiap orang dia bertanya : “siapa ini ?”
قالوا: "أبوك، أخوك، زوجك، ابنك"، تقول: "ما فعل رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ "يقولون: "أمامك"، حتى دُفعت إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخذت بناحية ثوبه، ثم قالت: "بأبي أنت وأمي يا رسول الله، لا أبالي إذا سلمت من عطب"
Para lelaki pun menjawab : “Bapakmu, saudaramu, suamimu, anak laki-lakimu” Wanita itu bertanya : “Bagaimana keadaan Rosulullah ?” Mereka menjawab : “di depanmu”. Sampai akhirnya mendapati rosulullah masih ada, lalu wanita itu mengambil penutup wajahnya dan berkata : “Demi ayahku ibuku dan engkau yang berada di tanganNya wahai rosululah, kami tidak perduli apa saja yang terpenting engkau selamat” (Riwayat At-Thobroni) (Hilyatul Auliya’ : 2/377)
4. Sangat menghormatinya
Dari Abu Sofyan bin Harb bin Umayyah berkata: bahwa raja Hiraklius mengutus kepadanya beberapa utusan pembesar Roma untuk menghadapnya dan setelah di hadapan para pembesar istana awal pertama yang ditanyakan adalah tentang Muhammad.
Raja : “Bagaimana nabi itu di sisimu ?”
Abu Sufyan : “Dia memiliki nasab sangat baik”
Raja : “Apakah dari nenek moyangnya ada yang raja”
Abu Sufyan : ”Tidak ada”
Raja : “Pengikutnya banyak dari kalangan jelata atau pembesar”
Abu Sufyan : ”para rakyat jelata”
Raja : “Apakah para pengikutnya sangat mencintainya”
Abu Sufyan : ”Bahkan lebih besar dari segala kecintaan”
Raja : “Apakah ada orang yang menjauh darinya ketika sudah Islam”
Abu Sufyan : ”Tidak ada”
Raja : “Apakah nabi itu pernah berdusta”
Abu Sufyan : ”Tidak”
(Hadits ini sangat panjang....kemudian diringkas)
Kemudian Raja Hiraqel bertanya : “Apa saja yang diperintahkan oleh Nabimu itu ?”
Abu Sufyan berkata :
فزعمت أنه يأمركم أن تعبدوا الله ، ولا تشركوا به شيئا ، وينهاكم عن عبادة الأوثان ، ويأمركم بالصلاة ، والصدقة ، والعفاف والصلة ،
“Dia memerintahkan kalian untuk menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan apapun, dia melarang kita dari menyembah berhala, dia memerintahkan kalian agar sholat, bersedekah, menjaga kehormatan diri dan menyambung silaturahmi”
Lalu raja berkata :
فإن كان ما تقول حقا يوشك أن يملك موضع قدمي هاتين ، وهو نبي ، وقد كنت أعلم أنه خارج ، ولكن لم أكن أظن أنه منكم
ولو أعلم أني أخلص إليه لالتمست لقيه ولو كنت عنده لغسلت قدمي
“Jika memang demikian apa yang kamu katakan, niscaya dia akan memiliki singgasanaku, dan dia memang benar-benar nabi. Jika saya tahu bahwa jika saya berumur panjang niscaya akan aku usap kedua kakinya dan aku cuci dengan air bersih” (Riwayat Bukhori –Muslim)
5. Sangat mengkhawatirkannya
Khobib r.a saat di rumahnya dan lama tidak berjumpa dengan rosulullah dia berkata ;
(( ما يسرني أن أكون في أهلي ورسول الله - صلى الله عليه وسلم - يشاك بشوكة ))
“Aku tidak senang saya hanya di rumahku sementara rosulullah tertusuk duri”
Sa’ad bin Mu’adz berkata :
(( خذ من أموالنا ما شئت ودع ما شئت ، وما أخذت أحب إلينا مما تركت،
“ambillah dari hartaku apa saja yang kamu suka dan sungguh apa yang engkau ambil lebih aku sukai daripada yang tersisa”
إذا أمرهم النبي - صلى الله عليه وسلم - بأمر ابتدروا أمره ، وإذا تكلموا خفضوا أصواتهم عنده
Jika Rosulullah memerintahkan sesuatu niscaya mereka segera melaksanakan, jika rosulullah hadir maka mereka melirihkan pembicaraan, jika rosulullah berbicara mereka mendengar dengan seksama.
Amru bin “ash berkata :
لو سئلت أن أصفه لكم ما أطقت ؛ لأني لم أكن أملأ عيني منه إجلالا له )
“Andai aku diperintahkan untuk mensifati tentang besarnya kecintaanku kepadanya niscaya aku tidak mampu. Karena betapa agung dia di mataku”
Betapa besar rasa cinta para sahabat kepada Rosulullah .
6. Sangat menghormati
Pengagungan, kecintaan dan ketaaatan para shahabat terhadap Rasûlullâh yang luar biasa. Salah seorang Arab Baduwi berkata :
أَىْ قَوْمِ ، وَاللَّهِ لَقَدْ وُفِدْتُ عَلَى الْمُلُوكِ ، وَ وُفِدْتُ عَلَى قَيْصَرَ وَكِسْرَى وَالنَّجَاشِىِّ , وَاللَّهِ ما رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ يُعَظِّمُهُ أَصْحَابُهُ مِثْلَ مَا يُعَظِّمُ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – مُحَمَّدًا
“Wahai kaum Quraisy ! Demi Allâh , saya pernah diutus ke banyak raja. Aku pernah diutus ke Kaisar, Kisra dan Najasyi, demi Allâh Azza wa Jalla *saya tidak pernah melihat seorang penguasa pun yang diagungkan oleh pengikutnya sebagaimana sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengagungkan Muhammad”* (HR. al-Bukhâri No. 2731, Musnad Ahmad 4/324)
7. Mencium tubuhnya yang suci
Tatkala Rosulullah meluruskan barisan pasukan kaum muslimin, Nabi menyentuh perut Sawad bin Ghozyah, ternyata ada seorang sahabat, Aswad bin Ghozwah yang perutnya besar berada di luar barisan. Rasulullah datang dan memukul perutnya itu agar dirapikan dengan barisan.
"لقد أوجعتني يا رسول الله!" فكشف رسول الله صلى الله عليه وسلم عن بطنه الشريف وقال: «استقد مني يا سواد
Aswad berkata : “Engkau menyakitiku wahai rosulullah ?” Lalu Rasulullah membuka perutnya yang mulia dan berkata : “Membalaslah wahai Sawwad !”
» فأسرع سواد فاحتضن رسول الله ثم جعل يقبل كشحه، ثم قال: "يا رسول الله، لقد ظننت أن هذا المقام هو آخر العهد بك، فأحببت أن يمس جلدي جلدك كي لا تمسني النار. السلسلة الصحيحة: 6/808.
Dengan cepat Sawwad mendekap dan mencium perut Rosulullah yang mulia. Dan berkata :
“Barangkali ini adalah saat terakhir perjumpaanku denganmu. Saya ingin sebelum meninggal dunia, sempat untuk menyentuhkan kulitku dengan kulitmu agar tidak tersentuh api neraka.” (Silsilah AsShohihah : 6/808)
8. Membela nabi hingga mati
قال ابن إسحاق: «وأما زيد، فابتاعه صفوان بن أمية، فلما خرجوا به من الحرم ليقتلوه، قال له أبو سفيان: أنشدك بالله يا زيد، أتحب أن محمدا الآن عندنا مكانك، نضرب عنقه وأنك في أهلك؟ قال: والله ما أحب أن محمدا الآن في مكانه الذي هو فيه تصيبه شوكة تؤذيه وأني جالس في أهلي! فقال أبو سفيان: ما رأيت من الناس أحدا يحب أحدا كحب أصحاب محمد محمدا»
Berkata Ibn Ishaq: adapun Zaid bin Datsinah dijual oleh Sofwan bin Umaiyyah, ketika beliau dikeluarkan dari tanah harom untuk dibunuh, Abi Sufyan memberi tawaran kepada Zaid, wahai Zaid, apakah engkau rela Muhammad saat ini berada diposisimu kami tebas lehernya, sementara engkau bersama keluargamu ??
Zaid menjawab: Demi allah, aku tidak rela Nabi Muhammad jika sekarang dalam posisinya tertusuk duri sedangkan aku duduk tenang bersama keluargaku!
Kemudian berkata Abu Sufyan:
Aku tidak pernah melihat dari manusia seorangpun mencintai sesama manusianya seperti kecintaan sahabat Muhammad kepada Muhammad. (Ibnu Hisyam, Siroh 3/245)
فقال أبو سفيان: ما رأيت من الناس أحداً يحب أحداً كحب أصحاب محمد محمداً ثم قتله نسطاس
Kemudian Abu Sufyan berkata : “Aku tidak pernah melihat dari manusia seorangpun mencintai sesama manusianya seperti cintanya sahabat Muhammad kepada Muhammad” .(Ibnu Hisyam, Siroh 3/245)
9. Melaksanakan Perintahnya
ومن عظيم حبهم له امتثالهم أمره في كل ما يقول، وسماع ر في كل ما يقول وإجابة ما يأمر به والانتهاء عما ينهي عنه
Karena betapa kecintaannya yang begitu mendalam, para sahabat segera melaksanakan setiap apa yang beliau perintahkan, mendengar dengan seksama setiap apa yang disabdakan, dan menjauhi dari setiap apa yang beliau larang.
ذات يوم أتى النبي صلى الله عليه وسلم وهو يخطب يقول له: " اجلسوا " فجلس مكانه. فبلغ ذلك النبي فقال له: " زادك الله حرصاً على طواعية الله وطواعية رسوله " )
Ketika nabi sedang berdiri khutbah ada sahabat Abdullah bin Rowahah, beliau memerintahkannya supaya duduk maka Abdullah segera duduk. Nabi bersabda : Semoga Allah menambahkanmu semangat dalam mentaati Allah dan RosulNya”. (Dalailun nubuwah, albaihaqi, 2525)
قال المغيرة بن شعبة رضى الله عنه : قال لي ص : فانظر إليها فإنه أحرى أن يؤدم بينكما. فأتيتها فذكرت ذلك لوالديهما, فوقفت ناحية خدرها، فقالت: إن كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرك أن تنظر إليّ فانظر، وإلا فإني أُحرّج عليك أن تنظر، فنظرت إليها فتزوجتها فما تزوجت امرأة قط كانت أحب إلي منها ولا أكرم علي منها 1003) جامع الترمذي( :
Mughiroh bin Syu’bah berkata : Saya ingin menikahi seorang gadis dari suku Anshor, dan Rosulullah memerintahkanku untuk melihatnya : “lihatlah dia sebab hal itu akan menjadikan kelanggengan di antara kalian berdua” Maka aku mendatangi rumahnya, saya menemui kedua orang tuanya. Setelah mengutarakan harapan, saya menunggu saja di pinggir terasnya. Wanita yang hendak kunikahi berkata : “Jika memang Rosulullah yang memerintahkanmu melihatku maka lihatlah, jika tidak diperintahkan maka aku keberatan. Saya melihatnya. Sungguh dia adalah wanita yang paling aku cinta dan belum pernah aku menikahi wanita paling mulia selain dia”
Ali bin Abi Tholib pernah ditanya,”Bagaimanakah cinta kalian terhadap Rasulullah?”, beliau menjawab,
كَانَ وَاللهِ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَمْوَالِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَمِنَ الْبَارِد عَلَى الظَّمأ
“Demi Allah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih kami (Ali dan para sahabat yang lain-pen) cintai daripada harta kami, anak-anak kami, bapak kami, ibu kami, dan lebih kami cintai daripada air dingin yang kami minum tatkala sangat dahaga” [Syu’abul Iman, karya Imam Al-Baihaqi 2/133]
Abu Sufyan –tatkala beliau masih seorang musyrik- berkata kepada Zaid bin Ad-Datsinah tatkala penduduk kota Mekah mengeluarkan dia dari tanah haram untuk membunuhnya dan dia dalam keadaan ditawan oleh mereka,
kata Abu Sufyan
أنشدك بالله يا زيد، أتحب أن محمدا الآن عندنا مكانك نضرب عنقه وإنك في أهلك؟
“Demi Allah aku bertanya kepadamu wahai Zaid, apakah engkau ingin Muhammad sekarang berada bersama kami menggantikan posisimu lalu kami penggal lehernya dan engkau (bebas) bersama keluargamu?”,
Zaid berkata,
والله ما أحب أن محمدا الآن في مكانه الذي هو فبه تصيبه شوكة تؤذيه وإني جالس في أهلي
”Demi Allah, saya tidak suka Muhammad sekarang berada ditempatnya lalu dia tertusuk duri sehingga mengganggunya sedang saya tinggal duduk bersama keluarga saya”.
Berkata Abu Sufyan,
ما رأيت من الناس أحدا يحب أحدا كحب أصحاب محمد محمدا
“Saya tidak pernah melihat seorangpun mencintai yang lainnya sebagaimana kecintaan para sahabat Muhmmad kepada Muhammad” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, karya Ibnu Katsir 4/65)
Berkata Sa’ad bin Mu’adz kepada Nabi tatkala perang Badr, “Wahai Nabi Allah, apa tidak sebaiknya kami buatkan bagi engkau singgasana yang engkau duduk di atasnya dan kami mempersiapkan kendaraanmu kemudian kami menghadapi pasukan musuh?, jika Allah menjadikan kami jaya dan menang mengalahkan musuh kami maka itulah yang kami harapkan, namun jika kenyataannya lain maka engkau segera naik kendaraanmu dan bergabung dengan kaum kami yang ada di belakang kami. Sungguh telah tertinggal (tidak ikut perang) bersamamu kaum yang engkau lebih kami cintai daripada mereka, kalau seandainya mereka tahu bahwa engkau akan masuk dalam medan peperangan maka mereka tidak akan ketinggalan perang dan Allah akan membelamu dengan mereka, mereka akan memenolongmu dan akan berjihad bersamamu”. Maka Rasulullahpun memuji Sa’ad serta mendoakannya. (Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah Wa An-Nihayah 3/268)
10. Rela mati demi membela nabi
حين بلغه إقبال أبي سفيان إيانا يريد رسول الله صلى الله عليه و سلم و الذي نفسي بيده لو أمرتنا أن نخيضها البحار لأخضناها و لو أمرتنا أن نضرب أكبادها إلى برك الغماد لفعلنا . فقام المقداد بن عمر ( فقال ) : إذا لا نقول لك يا رسول الله كما قال قوم موسى لموسى : اذهب أنت و ربك فقاتلا إنا هاهنا قاعدون)رواه مسلم)
Sa’ad bin Ubadah berkata saat hendak menuju perang Badar : “Wahai rosulullah, demi jiwaku yang berada di tanganNya, jika engkau menghendaki kami masuk dalam lautan maka kami akan memasukinya, jika engkau memerintahkan niscaya kami akan menebas jantung-jantung mereka kami akan lakukan, kami akan bertempur di arah depanmu, dari belakangmu, dari arah kananmu, dan dari kirimu” . Maka Miqdad berdiri dan berkata : ‘kami tidak akan seperti kaumnya Musa yang berkata : wahai Musa berperanglah kamu beserta tuhanmu, kita duduk-duduk saja di sini” (Muslim no. 1.779)
Anas bin An-Nadlr tatkala terjadi perang Uhud, tatkala perang telah selesai beliau ditemukan dalam keadaan jasad beliau terdapat delapan puluh lebih bekas pukulan, tikaman, dan bekas panah sehingga tidak seorangpun yang mengenalnya kecuali saudara wanitanya yang bernama Ar-Rubayyi’, dia mengenalnya karena ujung-ujung jari Anas. Tatkala itu Rasulullah telah mengutus Zaid bin Tsabit setelah selesai peperangan untuk mencari Anas. Maka ia mendapatkannya dalam keadaan sakaratul maut, nafas yang terakhir. Anas yang dalam keadaan sekaratpun membalas salam Rasulullah kemudian dia berkata, “Aku mencium bau surga, dan sampaikanlah kepada kaumku dari Golongan Ansor
لاَ عُذْرَ لَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَنْ يُخْلَصَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ وَفِيْكُمْ شَفَرٌ يِطْرُفُ
Sesungguhnya tidak ada alasan bagi kalian dihadapan Allah jika keburukan menimpa Rasulullah sedang diantara kalian masih ada mata yang bisa berkedip (masih ada yang hidup-pen)”, lalu matanya mengalirkan air mata. [ Ibnu Ishaq, Siroh An-Nabawiyah fidhoui masodiriha Al-Asliyah, DR Mahdi Ahmad hal. 387)
11 Sangat menjaga etika kepada nabi
Jika ia berbicara maka para sahabat merendahkan suara mereka, dan mereka tidak mampu mempertajam (melamakan) pandangan mereka kepadanya karena keagungan beliau”
Berkata ‘Amr bin Al-‘Ash,
ولا أجل في عيني منه وما كنت أطيق أن املأ عيني منه إجلالا به ولو سئلت أن أصفه ما أطقت لأني لم أكن أملأ عيني منه )رواه مسلم)
“Tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah, dan tidak ada seorangpun yang lebih agung di kedua mataku daripada Rasulullah. Aku tidak mampu untuk memandangnya dengan penuh pandangan karena keagungannya, dan jika aku diminta untuk menjelaskan sifat-sifat Rasulullah maka aku tidak mampu karena aku tidak pernah memandanganya dengan pandangan yang tajam” [Riwayat Muslim]
Dan para sahabat telah disifati tatkala duduk mendengarkan wejangan-wejangan Nabi dengan sifat yang sangat mengagumkan, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits. Diantaranya perkataan Abu Sa’id Al-Hudri ;
كَانَ لا يَذُمُّ أَحَدًا , وَلا يَعِيبُهُ ، وَلا يَطْلُبُ عَوْرتَهُ ، وَلا يَتَكَلَّمُ إِلا فِيمَا رَجَا ثَوَابَهُ ، وَإِذَا تَكَلَّمَ أَطْرَقَ جُلَسَاؤُهُ ، كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِهِمُ الطَّيْرُ ، فَإِذَا سَكَتَ تَكَلَّمُوا لا يَتَنَازَعُونَ عِنْدَهُ الْحَدِيثَ ، وَمَنْ تَكَلَّمَ عِنْدَهُ أَنْصَتُوا لَهُ حَتَّى يَفْرُغَ
“Jika Rosulullah berbicara mereka menundukkan pandangan, seakan-akan di atas kepala2 mereka ada burung, apabila beliau diam mereka baru berani bicara, mereka tidak berani membantah haditsnya, dan beliau berbicara mereka diam mendengar hingga selesai” (Riwayat alBaihaqi)
Tatkala Abu Sufyan mengunjungi putrinya Ummu Habibah (istri Rasulullah shallallah
u ‘alaihi wa sallam) di kota Madinah lalu memasuki rumah putrinya diapun hendak duduk di atas tikar (yang biasa diduduki oleh) Rasulullah, maka Ummu Habibahpun melipat tikar tersebut. Abu Sufyanpun berkata, “Wahai putriku, aku tidak tahu apakah engkau ingin agar aku tidak duduk di atas tikar ini (karena engkau membenci tikar ini) ataukah engkau tidak ingin tikar ini aku duduki (karena benci kepadaku)?”. Ummu Habibahpun menimpali, “Ini adalah tikarnya Rasulullah, dan engkau adalah orang musyrik yang najis, aku tidak mau engkau duduk di atas tikar milik Rasulullah” [Al-Bidayah Wa An-Nihayah 4/280]
Diantara hal yang menunjukan begitu keras semangatnya para sahabat dalam memuliakan Rasulullah dan menjauhi hal-hal yang bisa mengganggu beliau. Bahkan ketika bertamu pun mereka hanya mengetuk pintu hanya dengan kuku agar tidak mengganggu. Anas bin Malik berkata ,
إنّ أبواب النبي كانت تُقرع بالأظافر
“Pintu-pintu Nabi dahulu diketuk dengan kuku-kuku” [Riwayat Al-Baihaqi, Asy-Syu’ab 2/201 no. 1.531]
Dan tatkala turun firman Allah
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ﴾ (الحجرات:2(
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dam janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari”. (QS. Al-Hujurot:2)
Ibnu Az-Zubair berkata, “Setelah turun ayat ini, Umar tidak pernah lagi mengeraskan suaranya kepada Nabi. Sehingga diapun duduk di rumahnya menundukkan kepalanya karena dia memandang bahwa dirinya termasuk penghuni neraka karena telah mengangkat suaranya di sisi Rasulullah. Dia merasa terhapus amalannya dan dia termasuk penduduk neraka hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia termasuk penduduk surga. [Riwayat Al-Bukhari no 4.846]
12. Tidak rela nabinya tersakiti
بينما رسول الله ﷺ بفناء الكعبة إذ أقبل عقبة بن أبي معيط، فأخذ بمنكب النبي ﷺ، فلف ثوبه في عنقه فخنقه خنقًا شديدًا، فأقبل أبو بكر حتى أخذ بمنكبه ودفعه عن النبي ﷺ، ثم قال: أتقتلون رجلًا أن يقول ربي الله وقد جاءكم بالبينات من ربكم.
Ketika Rasulullah sedang shalat di halaman Ka’bah tiba-tiba `Uqbah bin Abi Mu’aith menghampiri beliau dan menarik bahunya serta melilitkan bajunya ke leher beliau dan mencekiknya kuat-kuat. Kemudian Abu Bakar mendekatinya, lalu dia menarik bahunya dan mendorongnya dari Rasulullah seraya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Rabbku adalah Allah, padahal telah datang kepadamu keterangan-keterangan dari Rabbmu. Dan beliau benar-benar membantu dengan sesungguhnya. (Bukhari 3.856)
Khubaib bin Adiy mendidih darahnya rosulullah diganggu. Ketika dalam peperangan dia ditanya Abu Sufyan : ‘Tidak senangkah kalian pulang saja ke rumahmu bersama keluargamu, dan biarlah posisimu ini diganti oleh Muhammad biar aku penggal lehernya ?, Khubaib pun marah dan berkata :
قال له أبو سفيان
أيسرك أن محمدًا عندنا نضرب عنقه، وأنك في أهلك ؟ فقال : لا والله ما يسرني أني في أهلي ، وأنَّ محمدا في مكانه الذي هو فيه تصيبه شوكة تؤذيه.
“Tidak. Demi Allah, aku tidak suka hanya di tengah keluargaku, aku tidak rela Rosulullah kesakitan ditimpa sesuatu hingga tertusuk duri sekalipun.” (Siroh Nabawiyah, Ibnu Hisyam)
Betapa besar rasa cinta para sahabat kepada Rosulullah .
13. Sangat menghormati
Pengagungan, kecintaan dan ketaaatan para shahabat terhadap Rasûlullâh yang luar biasa.
Salah seorang Arab Baduwi berkata :
أَىْ قَوْمِ ، وَاللَّهِ لَقَدْ وُفِدْتُ عَلَى الْمُلُوكِ ، وَ وُفِدْتُ عَلَى قَيْصَرَ وَكِسْرَى وَالنَّجَاشِىِّ , وَاللَّهِ ما رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ يُعَظِّمُهُ أَصْحَابُهُ مِثْلَ مَا يُعَظِّمُ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – مُحَمَّدًا
“Wahai kaum Quraisy ! Demi Allâh , saya pernah diutus ke banyak raja. Aku pernah diutus ke Kaisar, Kisra dan Najasyi, demi Allâh Azza wa Jalla *saya tidak pernah melihat seorang penguasa pun yang diagungkan oleh pengikutnya sebagaimana sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengagungkan Muhammad”* (HR. al-Bukhâri No. 2731, Musnad Ahmad 4/324)
14. Mencium tubuhnya yang suci
Tatkala Rosulullah meluruskan barisan pasukan kaum muslimin, Nabi menyentuh perut Sawad bin Ghozyah, ternyata ada seorang sahabat, Aswad bin Ghozwah yang perutnya besar berada di luar barisan. Rasulullah datang dan memukul perutnya itu agar dirapikan dengan barisan.
"لقد أوجعتني يا رسول الله!" فكشف رسول الله صلى الله عليه وسلم عن بطنه الشريف وقال: «استقد مني يا سواد
Aswad berkata : “Engkau menyakitiku wahai rosulullah ?” Lalu Rasulullah membuka perutnya yang mulia dan berkata : “Membalaslah wahai Sawwad !”
» فأسرع سواد فاحتضن رسول الله ثم جعل يقبل كشحه، ثم قال: "يا رسول الله، لقد ظننت أن هذا المقام هو آخر العهد بك، فأحببت أن يمس جلدي جلدك كي لا تمسني النار. السلسلة الصحيحة: 6/808.
Dengan cepat Sawwad mendekap dan mencium perut Rosulullah yang mulia. Dan berkata :
“Barangkali ini adalah saat terakhir perjumpaanku denganmu. Saya ingin sebelum meninggal dunia, sempat untuk menyentuhkan kulitku dengan kulitmu agar tidak tersentuh api neraka.” (Silsilah AsShohihah : 6/808)
15. Membela nabi hingga mati
قال ابن إسحاق: «وأما زيد، فابتاعه صفوان بن أمية، فلما خرجوا به من الحرم ليقتلوه، قال له أبو سفيان: أنشدك بالله يا زيد، أتحب أن محمدا الآن عندنا مكانك، نضرب عنقه وأنك في أهلك؟ قال: والله ما أحب أن محمدا الآن في مكانه الذي هو فيه تصيبه شوكة تؤذيه وأني جالس في أهلي! فقال أبو سفيان: ما رأيت من الناس أحدا يحب أحدا كحب أصحاب محمد محمدا»
Berkata Ibn Ishaq: adapun Zaid bin Datsinah dijual oleh Sofwan bin Umaiyyah, ketika beliau dikeluarkan dari tanah harom untuk dibunuh, Abi Sufyan memberi tawaran kepada Zaid, wahai Zaid, apakah engkau rela Muhammad saat ini berada diposisimu kami tebas lehernya, sementara engkau bersama keluargamu ??
Zaid menjawab: Demi allah, aku tidak rela Nabi Muhammad jika sekarang dalam posisinya tertusuk duri sedangkan aku duduk tenang bersama keluargaku!
Kemudian berkata Abu Sufyan:
Aku tidak pernah melihat dari manusia seorangpun mencintai sesama manusianya seperti kecintaan sahabat Muhammad kepada Muhammad. (Ibnu Hisyam, Siroh 3/245)
فقال أبو سفيان: ما رأيت من الناس أحداً يحب أحداً كحب أصحاب محمد محمداً ثم قتله نسطاس
Kemudian Abu Sufyan berkata : “Aku tidak pernah melihat dari manusia seorangpun mencintai sesama manusianya seperti cintanya sahabat Muhammad kepada Muhammad” .(Ibnu Hisyam, Siroh 3/245)
16. Melaksanakan Perintahnya
ومن عظيم حبهم له امتثالهم أمره في كل ما يقول، وسماع ر في كل ما يقول وإجابة ما يأمر به والانتهاء عما ينهي عنه
Karena betapa kecintaannya yang begitu mendalam, para sahabat segera melaksanakan setiap apa yang beliau perintahkan, mendengar dengan seksama setiap apa yang disabdakan, dan menjauhi dari setiap apa yang beliau larang.
ذات يوم أتى النبي صلى الله عليه وسلم وهو يخطب يقول له: " اجلسوا " فجلس مكانه. فبلغ ذلك النبي فقال له: " زادك الله حرصاً على طواعية الله وطواعية رسوله " )
Ketika nabi sedang berdiri khutbah ada sahabat Abdullah bin Rowahah, beliau memerintahkannya supaya duduk maka Abdullah segera duduk. Nabi bersabda : Semoga Allah menambahkanmu semangat dalam mentaati Allah dan RosulNya”. (Dalailun nubuwah, albaihaqi, 2525)
قال المغيرة بن شعبة رضى الله عنه : قال لي ص : فانظر إليها فإنه أحرى أن يؤدم بينكما. فأتيتها فذكرت ذلك لوالديهما, فوقفت ناحية خدرها، فقالت: إن كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرك أن تنظر إليّ فانظر، وإلا فإني أُحرّج عليك أن تنظر، فنظرت إليها فتزوجتها فما تزوجت امرأة قط كانت أحب إلي منها ولا أكرم علي منها 1003) جامع الترمذي( :
Mughiroh bin Syu’bah berkata : Saya ingin menikahi seorang gadis dari suku Anshor, dan Rosulullah memerintahkanku untuk melihatnya : “lihatlah dia sebab hal itu akan menjadikan kelanggengan di antara kalian berdua” Maka aku mendatangi rumahnya, saya menemui kedua orang tuanya. Setelah mengutarakan harapan, saya menunggu saja di pinggir terasnya. Wanita yang hendak kunikahi berkata : “Jika memang Rosulullah yang memerintahkanmu melihatku maka lihatlah, jika tidak diperintahkan maka aku keberatan. Saya melihatnya. Sungguh dia adalah wanita yang paling aku cinta dan belum pernah aku menikahi wanita paling mulia selain dia”
Ali bin Abi Tholib pernah ditanya,”Bagaimanakah cinta kalian terhadap Rasulullah?”, beliau menjawab,
كَانَ وَاللهِ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَمْوَالِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَمِنَ الْبَارِد عَلَى الظَّمأ
“Demi Allah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih kami (Ali dan para sahabat yang lain-pen) cintai daripada harta kami, anak-anak kami, bapak kami, ibu kami, dan lebih kami cintai daripada air dingin yang kami minum tatkala sangat dahaga” [Syu’abul Iman, karya Imam Al-Baihaqi 2/133]
Abu Sufyan –tatkala beliau masih seorang musyrik- berkata kepada Zaid bin Ad-Datsinah tatkala penduduk kota Mekah mengeluarkan dia dari tanah haram untuk membunuhnya dan dia dalam keadaan ditawan oleh mereka, kata Abu Sufyan
أنشدك بالله يا زيد، أتحب أن محمدا الآن عندنا مكانك نضرب عنقه وإنك في أهلك؟
“Demi Allah aku bertanya kepadamu wahai Zaid, apakah engkau ingin Muhammad sekarang berada bersama kami menggantikan posisimu lalu kami penggal lehernya dan engkau (bebas) bersama keluargamu?”,
Zaid berkata,
والله ما أحب أن محمدا الآن في مكانه الذي هو فبه تصيبه شوكة تؤذيه وإني جالس في أهلي
”Demi Allah, saya tidak suka Muhammad sekarang berada ditempatnya lalu dia tertusuk duri sehingga mengganggunya sedang saya tinggal duduk bersama keluarga saya”. Berkata Abu Sufyan,
ما رأيت من الناس أحدا يحب أحدا كحب أصحاب محمد محمدا
“Saya tidak pernah melihat seorangpun mencintai yang lainnya sebagaimana kecintaan para sahabat Muhmmad kepada Muhammad” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, karya Ibnu Katsir 4/65)
Berkata Sa’ad bin Mu’adz kepada Nabi tatkala perang Badr, “Wahai Nabi Allah, apa tidak sebaiknya kami buatkan bagi engkau singgasana yang engkau duduk di atasnya dan kami mempersiapkan kendaraanmu kemudian kami menghadapi pasukan musuh?, jika Allah menjadikan kami jaya dan menang mengalahkan musuh kami maka itulah yang kami harapkan, namun jika kenyataannya lain maka engkau segera naik kendaraanmu dan bergabung dengan kaum kami yang ada di belakang kami. Sungguh telah tertinggal (tidak ikut perang) bersamamu kaum yang engkau lebih kami cintai daripada mereka, kalau seandainya mereka tahu bahwa engkau akan masuk dalam medan peperangan maka mereka tidak akan ketinggalan perang dan Allah akan membelamu dengan mereka, mereka akan memenolongmu dan akan berjihad bersamamu”.
Maka Rasulullahpun memuji Sa’ad serta mendoakannya. (Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah Wa An-Nihayah 3/268)
17. Rela mati demi membela nabi
حين بلغه إقبال أبي سفيان إيانا يريد رسول الله صلى الله عليه و سلم و الذي نفسي بيده لو أمرتنا أن نخيضها البحار لأخضناها و لو أمرتنا أن نضرب أكبادها إلى برك الغماد لفعلنا . فقام المقداد بن عمر ( فقال ) : إذا لا نقول لك يا رسول الله كما قال قوم موسى لموسى : اذهب أنت و ربك فقاتلا إنا هاهنا قاعدون)رواه مسلم)
Sa’ad bin Ubadah berkata saat hendak menuju perang Badar : “Wahai rosulullah, demi jiwaku yang berada di tanganNya, jika engkau menghendaki kami masuk dalam lautan maka kami akan memasukinya, jika engkau memerintahkan niscaya kami akan menebas jantung-jantung mereka kami akan lakukan, kami akan bertempur di arah depanmu, dari belakangmu, dari arah kananmu, dan dari kirimu” . Maka Miqdad berdiri dan berkata : ‘kami tidak akan seperti kaumnya Musa yang berkata : wahai Musa berperanglah kamu beserta tuhanmu, kita duduk-duduk saja di sini” (Muslim no. 1.779)
Anas bin An-Nadlr tatkala terjadi perang Uhud, tatkala perang telah selesai beliau ditemukan dalam keadaan jasad beliau terdapat delapan puluh lebih bekas pukulan, tikaman, dan bekas panah sehingga tidak seorangpun yang mengenalnya kecuali saudara wanitanya yang bernama Ar-Rubayyi’, dia mengenalnya karena ujung-ujung jari Anas. Tatkala itu Rasulullah telah mengutus Zaid bin Tsabit setelah selesai peperangan untuk mencari Anas. Maka ia mendapatkannya dalam keadaan sakaratul maut, nafas yang terakhir. Anas yang dalam keadaan sekaratpun membalas salam Rasulullah kemudian dia berkata, “Aku mencium bau surga, dan sampaikanlah kepada kaumku dari Golongan Ansor
لاَ عُذْرَ لَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَنْ يُخْلَصَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ وَفِيْكُمْ شَفَرٌ يِطْرُفُ
Sesungguhnya tidak ada alasan bagi kalian dihadapan Allah jika keburukan menimpa Rasulullah sedang diantara kalian masih ada mata yang bisa berkedip (masih ada yang hidup-pen)”, lalu matanya mengalirkan air mata. [ Ibnu Ishaq, Siroh An-Nabawiyah fidhoui masodiriha Al-Asliyah, DR Mahdi Ahmad hal. 387)
18. Sangat menjaga etika kepada nabi
Jika ia berbicara maka para sahabat merendahkan suara mereka, dan mereka tidak mampu mempertajam (melamakan) pandangan mereka kepadanya karena keagungan beliau”
Berkata ‘Amr bin Al-‘Ash,
ولا أجل في عيني منه وما كنت أطيق أن املأ عيني منه إجلالا به ولو سئلت أن أصفه ما أطقت لأني لم أكن أملأ عيني منه )رواه مسلم)
“Tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah, dan tidak ada seorangpun yang lebih agung di kedua mataku daripada Rasulullah. Aku tidak mampu untuk memandangnya dengan penuh pandangan karena keagungannya, dan jika aku diminta untuk menjelaskan sifat-sifat Rasulullah maka aku tidak mampu karena aku tidak pernah memandanganya dengan pandangan yang tajam” [Riwayat Muslim]
Dan para sahabat telah disifati tatkala duduk mendengarkan wejangan-wejangan Nabi dengan sifat yang sangat mengagumkan, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits.
Diantaranya perkataan Abu Sa’id Al-Hudri ;
كَانَ لا يَذُمُّ أَحَدًا , وَلا يَعِيبُهُ ، وَلا يَطْلُبُ عَوْرتَهُ ، وَلا يَتَكَلَّمُ إِلا فِيمَا رَجَا ثَوَابَهُ ، وَإِذَا تَكَلَّمَ أَطْرَقَ جُلَسَاؤُهُ ، كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِهِمُ الطَّيْرُ ، فَإِذَا سَكَتَ تَكَلَّمُوا لا يَتَنَازَعُونَ عِنْدَهُ الْحَدِيثَ ، وَمَنْ تَكَلَّمَ عِنْدَهُ أَنْصَتُوا لَهُ حَتَّى يَفْرُغَ
“Jika Rosulullah berbicara mereka menundukkan pandangan, seakan-akan di atas kepala2 mereka ada burung, apabila beliau diam mereka baru berani bicara, mereka tidak berani membantah haditsnya, dan beliau berbicara mereka diam mendengar hingga selesai” (Riwayat alBaihaqi)
Tatkala Abu Sufyan mengunjungi putrinya Ummu Habibah (istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) di kota Madinah lalu memasuki rumah putrinya diapun hendak duduk di atas tikar (yang biasa diduduki oleh) Rasulullah, maka Ummu Habibahpun melipat tikar tersebut. Abu Sufyanpun berkata, “Wahai putriku, aku tidak tahu apakah engkau ingin agar aku tidak duduk di atas tikar ini (karena engkau membenci tikar ini) ataukah engkau tidak ingin tikar ini aku duduki (karena benci kepadaku)?”. Ummu Habibahpun menimpali, “Ini adalah tikarnya Rasulullah, dan engkau adalah orang musyrik yang najis, aku tidak mau engkau duduk di atas tikar milik Rasulullah” [Al-Bidayah Wa An-Nihayah 4/280]
Diantara hal yang menunjukan begitu keras semangatnya para sahabat dalam memuliakan Rasulullah dan menjauhi hal-hal yang bisa mengganggu beliau. Bahkan ketika bertamu pun mereka hanya mengetuk pintu hanya dengan kuku agar tidak mengganggu. Anas bin Malik berkata ,
إنّ أبواب النبي كانت تُقرع بالأظافر
“Pintu-pintu Nabi dahulu diketuk dengan kuku-kuku” [Riwayat Al-Baihaqi, Asy-Syu’ab 2/201 no. 1.531]
Dan tatkala turun firman Allah
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ﴾ (الحجرات:2(
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dam janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari”. (QS. Al-Hujurot:2)
Ibnu Az-Zubair berkata, “Setelah turun ayat ini, Umar tidak pernah lagi mengeraskan suaranya kepada Nabi. Sehingga diapun duduk di rumahnya menundukkan kepalanya karena dia memandang bahwa dirinya termasuk penghuni neraka karena telah mengangkat suaranya di sisi Rasulullah. Dia merasa terhapus amalannya dan dia termasuk penduduk neraka hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia termasuk penduduk surga. [Riwayat Al-Bukhari no 4.846]
19. Tidak rela nabinya tersakiti
بينما رسول الله ﷺ بفناء الكعبة إذ أقبل عقبة بن أبي معيط، فأخذ بمنكب النبي ﷺ، فلف ثوبه في عنقه فخنقه خنقًا شديدًا، فأقبل أبو بكر حتى أخذ بمنكبه ودفعه عن النبي ﷺ، ثم قال: أتقتلون رجلًا أن يقول ربي الله وقد جاءكم بالبينات من ربكم.
Ketika Rasulullah sedang shalat di halaman Ka’bah tiba-tiba `Uqbah bin Abi Mu’aith menghampiri beliau dan menarik bahunya serta melilitkan bajunya ke leher beliau dan mencekiknya kuat-kuat. Kemudian Abu Bakar mendekatinya, lalu dia menarik bahunya dan mendorongnya dari Rasulullah seraya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Rabbku adalah Allah, padahal telah datang kepadamu keterangan-keterangan dari Rabbmu. Dan beliau benar-benar membantu dengan sesungguhnya. (Bukhari 3.856)
Khubaib bin Adiy mendidih darahnya rosulullah diganggu. Ketika dalam peperangan dia ditanya Abu Sufyan : ‘Tidak senangkah kalian pulang saja ke rumahmu bersama keluargamu, dan biarlah posisimu ini diganti oleh Muhammad biar aku penggal lehernya ?, Khubaib pun marah dan berkata :
قال له أبو سفيان
أيسرك أن محمدًا عندنا نضرب عنقه، وأنك في أهلك ؟ فقال : لا والله ما يسرني أني في أهلي ، وأنَّ محمدا في مكانه الذي هو فيه تصيبه شوكة تؤذيه.
“Tidak. Demi Allah, aku tidak suka hanya di tengah keluargaku, aku tidak rela Rosulullah kesakitan ditimpa sesuatu hingga tertusuk duri sekalipun.” (Siroh Nabawiyah, Ibnu Hisyam)
Ya Allah, Karuniakan kami kecintaan kepada Nabi. Perjumpakan kami kelak di surgaMu bersamanya. Amin
ودكم أبو الحسن
Tidak ada komentar :
Posting Komentar