Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Selasa, 18 April 2017

SIFAT QONA'AH

🌺 *القناعة*

*5 Manfaat Memiliki Sifat Qanaah*

Qana’ah artinya selalu berusaha merasa cukup dengan nikmat yang Allah beri. Berapapun, apapun, bagaimanapun disyukuri, merasa cukup
.
1⃣- *Mendapatkan rasa puas dengan dunia.*

Dari sahabat ’Ubaidillah bin Mihshan Al-Anshary Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda
,
ﻣَﻦْ ﺃَﺻْﺒَﺢَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺁﻣِﻨًﺎ ﻓِﻰ ﺳِﺮْﺑِﻪِ ﻣُﻌَﺎﻓًﻰ ﻓِﻰ ﺟَﺴَﺪِﻩِ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻗُﻮﺕُ ﻳَﻮْﻣِﻪِ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﺣِﻴﺰَﺕْ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ

Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346)




2⃣- *Menjadi orang yang beruntung*
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻗَﺪْ ﺃَﻓْﻠَﺢَ ﻣَﻦْ ﺃَﺳْﻠَﻢَ ﻭَﺭُﺯِﻕَ ﻛَﻔَﺎﻓًﺎ ﻭَﻗَﻨَّﻌَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻤَﺎ ﺁﺗَﺎﻩ

 ُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang memeluk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah mengaruniakannya sifat qana’ah (merasa puas) dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim, no. 1054)
.
3⃣- *Mudah bersyukur*

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
,
ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﺃَﺳْﻔَﻞَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﻻَ ﺗَﻨْﻈُﺮُﻭﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﻫُﻮَ ﻓَﻮْﻗَﻜُﻢْ ﻓَﻬُﻮَ ﺃَﺟْﺪَﺭُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺗَﺰْﺩَﺭُﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪ
ِ

"Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim, no. 2963)
.
4⃣- *Menjauhkan diri dari hasad (iri)*

Tidak cemburu pada kenikmatan orang lain. Kenapa harus cemburu pada orang kalau kita sendiri sudah merasa cukup dengan nikmat yang Allah beri ? Harta orang yang punya dia, harta kita ya ini. Semua sudah dibagi2kan Allah
.
Merasa tidak suka terhadap nikmat yang ada pada orang lain, sudah disebut hasad oleh Ibnu Taimiyyah, walau tidak menginginkan nikmat tersebut hilang
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata
,
“Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang menjadi sasaran hasad.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111)
.
Adapun menurut kebanyakan ulama, hasad adalah menginginkan suatu nikmat orang lain itu hilang. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 17:269)

Hasad itu begitu bahaya karena seolah-olah protes akan takdir Allah. Komplain pembagian seakan² tidak jelas pembagian rejeki ini. Sebagaimana disebut dalam ayat
,
ﺃَﻫُﻢْ ﻳَﻘْﺴِﻤُﻮﻥَ ﺭَﺣْﻤَﺔَ ﺭَﺑِّﻚَ ﻧَﺤْﻦُ ﻗَﺴَﻤْﻨَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻣَﻌِﻴﺸَﺘَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺭَﻓَﻌْﻨَﺎ ﺑَﻌْﻀَﻬُﻢْ ﻓَﻮْﻕَ ﺑَﻌْﺾٍ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕٍ ﻟِﻴَﺘَّﺨِﺬَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺳُﺨْﺮِﻳًّﺎ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺭَﺑِّﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥ

 َ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami lah yang telah menentukan antara mereka penghidupan mereka di dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf : 32)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
,
ﺩَﺏَّ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﺩَﺍﺀُ ﺍﻷُﻣَﻢِ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ : ﺍﻟْﺤَﺴَﺪُ ﻭْﺍﻟْﺒَﻐْﻀَﺎﺀُ ، ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻀَﺎﺀُ ﻫِﻲَ ﺍﻟْﺤَﺎﻟِﻘَﺔُ ﻻَ ﺃَﻗُﻮْﻝُ ﺗَﺤْﻠِﻖُ ﺍﻟﺸَّﻌْﺮَ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺗَﺤْﻠِﻖُ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻻَ ﺗَﺪْﺧُﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﻭَﻻَ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺤَﺎﺑُّﻮﺍ ﺃَﻓَﻼَ ﺃُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻳُﺜْْﺒِﺖُ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻜُﻢْ ؟ ﺃَﻓْﺸُﻮﺍ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢ
ْ
“Telah berjalan kepada kalian penyakit umat-umat zaman dahulu, yaitu hasad dan permusuhan. Dan permusuhan adalah membotaki. Aku tidak mengatakan membotaki rambut, akan tetapi membotaki agama. Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku kabarkan kepada kalian dengan apa bisa menimbulkan hal tersebut?, tebarkanlah salam diantara kalian” (HR At-Thirmidzi 2/83 dan Ahmad 1/165,167)


Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda
:
ﺳَﻴُﺼِﻴْﺐُ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﺩَﺍﺀُ ﺍﻷُﻣَﻢِ ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺩَﺍﺀُ ﺍﻷُﻣَﻢِ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻷَﺷْﺮُ ، ﻭَﺍﻟْﺒَﻄْﺮُ ﻭﺍﻟﺘَّﻜَﺎﺛُﺮُ ﻭَﺍﻟﺘَّﻨَﺎﺟُﺶُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻟﺘَّﺒَﺎﻏُﺾُ ﻭَﺍﻟﺘَّﺤَﺎﺳُﺪُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟْﺒَﻐْﻲُ

Umatku akan ditimpa penyakit umat-umat”. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apakah itu penyakit umat-umat (zaman kuno)?”. Rasulullah berkata, “Kufur Nikmat, bersikap berlebihan terhadap nikmat Allah (terlalu riang gembira/berfoya-foya), saling berlomba-lomba banyak-banyakan harta dunia, saling berbuat najsy, saling memusuhi, dan saling hasad-menghasadi hingga timbulnya sikap melampaui batas (kedzoliman)” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 680)

Terlebih zaman sekarang. Sangat terasa sekali penyakit saling iri. Tetangga iri dengan tetangga. Atmosfer persaingan semakin kompetitif, saling melirik dan bersaing dengan sengit. Dan terasa indikatornya. Tiba² dia marah kalau bertemu. Bersisihan motor langsung ditutup kaca gelap helemnya. Tetangga beli motor baru dia batuk² berdehem, ada mobil mengantar AC di rumah sebelah dia langsung panas, teman bawa mobil baru dia langsung demam, tetangga renovasi rumah lantai dua dia langsung rawat inap, tetangga naik jabatan dia langsung turun berat badannya. Jangan sampai. Ingat ayat tadi. Semua rejeki itu ada yang mengaturnya. Yaitu Maha Pemberi Rejeki
.
Orang yang selamat dari hasad adalah mudah berjalan menuju surga. Coba perhatikan kisah berikut,
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata
:
ﻛُﻨَّﺎ ﺟُﻠُﻮﺳًﺎ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ” ﻳَﻄْﻠُﻊُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻟْﺂﻥَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ” ﻓَﻄَﻠَﻊَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻧْﺼَﺎﺭِ ، ﺗَﻨْﻄِﻒُ ﻟِﺤْﻴَﺘُﻪُ ﻣِﻦْ ﻭُﺿُﻮﺋِﻪِ ، ﻗَﺪْ ﺗَﻌَﻠَّﻖَ ﻧَﻌْﻠَﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﻳَﺪِﻩِ ﺍﻟﺸِّﻤَﺎﻝِ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻐَﺪُ ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ، ﻣِﺜْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻓَﻄَﻠَﻊَ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻣِﺜْﻞَ ﺍﻟْﻤَﺮَّﺓِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ . ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡُ ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ، ﻣِﺜْﻞَ ﻣَﻘَﺎﻟَﺘِﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ ، ﻓَﻄَﻠَﻊَ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﻣِﺜْﻞِ ﺣَﺎﻟِﻪِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﺎﻡَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑْﻦُ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﻌَﺎﺹِ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺎﺣَﻴْﺖُ ﺃَﺑِﻲ ﻓَﺄَﻗْﺴَﻤْﺖُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺃَﺩْﺧُﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ ، ﻓَﺈِﻥْ ﺭَﺃَﻳْﺖَ ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻭِﻳَﻨِﻲ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻤْﻀِﻲَ ﻓَﻌَﻠْﺖَ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻧَﻌَﻢ

 ْ
“Kami sedang duduk bersama Rasulullah, maka beliaupun berkata : “Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga”. Maka munculah seseorang dari kaum Anshor, jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya. Tatkala keesokan hari Nabi mengucapkan perkataan yang sama, dan muncullah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin. Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi juga mengucapkan perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri (pergi) maka Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya : “Aku bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?. Maka orang tersebut berkata, “Silahkan”.
Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya

,
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻳُﺤَﺪِّﺙُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺑَﺎﺕَ ﻣَﻌَﻪُ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟﻠَّﻴَﺎﻟِﻲ ﺍﻟﺜَّﻠَﺎﺙَ ، ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺮَﻩُ ﻳَﻘُﻮﻡُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﺷَﻴْﺌًﺎ ، ﻏَﻴْﺮَ ﺃَﻧَّﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﺗَﻌَﺎﺭَّ ﻭَﺗَﻘَﻠَّﺐَ ﻋَﻠَﻰ ﻓِﺮَﺍﺷِﻪِ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻭَﻛَﺒَّﺮَ ، ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻘُﻮﻡَ ﻟِﺼَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ . ﻗَﺎﻝَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ : ﻏَﻴْﺮَ ﺃَﻧِّﻲ ﻟَﻢْ ﺃَﺳْﻤَﻌْﻪُ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺇِﻟَّﺎ ﺧَﻴْﺮًﺍ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻣَﻀَﺖِ ﺍﻟﺜَّﻠَﺎﺙُ ﻟَﻴَﺎﻝٍ ﻭَﻛِﺪْﺕُ ﺃَﻥْ ﺃَﺣْﻘِﺮَ ﻋَﻤَﻠَﻪُ ، ﻗُﻠْﺖُ : ﻳَﺎ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﺑَﻴْﻨِﻲ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺃَﺑِﻲ ﻏَﻀَﺐٌ ﻭَﻟَﺎ ﻫَﺠْﺮٌ ﺛَﻢَّ ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻚَ ﺛَﻠَﺎﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ : ” ﻳَﻄْﻠُﻊُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻟْﺂﻥَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ” ﻓَﻄَﻠَﻌْﺖَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺜَّﻠَﺎﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ، ﻓَﺄَﺭَﺩْﺕُ ﺃَﻥْ ﺁﻭِﻱَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻟِﺄَﻧْﻈُﺮَ ﻣَﺎ ﻋَﻤَﻠُﻚَ ، ﻓَﺄَﻗْﺘَﺪِﻱَ ﺑِﻪِ ، ﻓَﻠَﻢْ ﺃَﺭَﻙَ ﺗَﻌْﻤَﻞُ ﻛَﺜِﻴﺮَ ﻋَﻤَﻞٍ ، ﻓَﻤَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﻠَﻎَ ﺑِﻚَ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖَ . ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻭَﻟَّﻴْﺖُ ﺩَﻋَﺎﻧِﻲ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖَ ، ﻏَﻴْﺮَ ﺃَﻧِّﻲ ﻟَﺎ ﺃَﺟِﺪُ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﻏِﺸًّﺎ ، ﻭَﻟَﺎ ﺃَﺣْﺴُﺪُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﻴْﺮٍ ﺃَﻋْﻄَﺎﻩُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺑَﻠَﻐَﺖْ ﺑِﻚَ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻟَﺎ ﻧُﻄِﻴﻖ

 ُ
“Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Aaash bercerita bahwasanya iapun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam. Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan sholat malam, hanya saja jika ia terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka iapun berdzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk sholat subuh. Abdullah bertutur : “Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan. Dan tatkala berlalu tiga hari –dan hampir saja aku meremehkan amalannya- maka akupun berkata kepadanya : Wahai hamba Allah (fulan), sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot.

Akan tetapi aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata sebanyak tiga kali : Akan muncul sekarang kepada kalian seorang penduduk surga”, lantas engkaulah yang muncul, maka akupun *penasaran* ingin menginap bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku contohi, *namun ternyata aku tidak melihatmu banyak amalan*. Maka apa sih yang telah menyampaikan engkau sebagaimana sabda Nabi itu ?”.

Orang itu berkata : “Tidak ada kecuali amalanku sebagaimana yang kau lihat”. Abdullah bertutur : “Tatkala aku berpaling pergi maka iapun memanggilku dan berkata : *Amalanku hanyalah yang engkau lihat : hanya saja aku tidak memiliki perasaan iri dengki (jengkel) dalam hatiku kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasad kepada seorangpun atas kebaikan yang Allah berikan kepadanya”*. Abdullah berkata, *"Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga), dan inilah yang tidak kami mampui.”*

 (HR. Ahmad, 20: 124, dengan sanad yang shahih)
5⃣- *Mengatasi berbagai problema hidup*

Seperti riba, seperti nekad, seperti berhutang, seperti kredit sana kredit sini, seperti manipulasi, seperti ber'spekulasi
.
Karena kalau seseorang memiliki sifat qana’ah, ia akan menjadikan kebutuhan hidupnya sesuai standar kemampuan, tak perlu lagi baginya menambah utangan.
Ingatlah, orang yang memiliki sifat qana’ah sungguh terpuji. Makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minta dalam doa beliau sifat qana’ah (selalu merasa cukup) seperti dalam doa

;
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧِّﻲ ﺃﺳْﺄﻟُﻚَ ﺍﻟﻬُﺪَﻯ ، ﻭﺍﻟﺘُّﻘَﻰ ، ﻭﺍﻟﻌَﻔَﺎﻑَ ، ﻭﺍﻟﻐِﻨَﻰ

Ya Allah, aku meminta kepada-Mu petunjuk (dalam ilmu dan amal), ketakwaan, sifat ‘afaf (menjaga diri dari hal yang haram), dan sifat ghina’ (hati yang selalu merasa cukup atau qana’ah).” (HR. Muslim, no. 2721)
‘Afaf artinya menjaga diri, iffah, menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik, termasuk juga menjauhkan diri dari syubhat (hal yang masih samar)
.
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan
,
“’Afaf adalah menahan diri dari yang haram, juga menjauhkan dari hal-hal yang menjatuhkan kehormatan diri. Ulama lain mengungkapkan ‘iffah (sama dengan ‘afaf) adalah menahan diri dari yang tidak halal.” (Syarh Shahih Muslim, 12: 94)

Demikian lah di antara faedah sifat qona'ah. Semoga kita diberi sifat qona'ah. Semoga bermanfaat

.
ودكم أبو الحسن

Tidak ada komentar :

Posting Komentar