*Sangat Butuh pada Allah*
Di saat kesulitan melanda. Terpuruk
tak berdaya. Meringkuk lelah dalam duka. Benar-benar terkapar menghadapi
geliat kehidupan yang serba tak pasti, berhari-hari berteman
kekosongan, hampir-hampir hati merasa putus asa, maka di saat inilah
yang diharap hanyalah pertolongan Allah.
Sebagaimana kisah seorang hamba yang dilanda kesulitan berlipat ganda. Dia mengisahkan duka laranya kepada penulis ;
- Dia bangun sebelum sholat subuh, namun keadaan rumah gelap gulita. karena pulsa PLN habis.
- dia mengelus kening anak-anak dan istrinya penuh rasa salah akan kelemahannya dalam berupaya.
- dia sendiri perutnyaa sudah lapar karena dia teringat makan terakhirnya adalah kemarin siang. sebelum tidur malam dia hanya meneguk air. Sementara anak istrinya makan seadanya tadi malam.
- dia juga terus beristighfar mohon welas asih uhan yangMaha Kuat dan Kaya. untuk segera memberinya uang. cash. saat itu juga. karena betapa dia sangat butuh untuk keberlangsungan keluarga di hari itu. Uang di dompet hanya tersisa 13.000 rupiah. Istri juga pasti tidak ada yang disimpan. Anak-anak nanti sekolah uang sakunya recehan uang cepek mungkin bisa hanya tersisa 8.000. Sementara uang SPP sekolah juga nunggak tiga bulan. Pendapatan sang ayah ini juga tidak mencukupi kebutuhan karena hanya serabutan.
- diapun terus mengadu kepada Robb Tuhannya yang maha Kuasa atas segalanya.
- Di antara lafadh-lafadh do'anya yang memelas : 'Ya Allah ya Rohman. Kok ENgkau demikian tega menciptakanku tapi Engkau tidak mengurusiku. Untuk apa Kau titipkan keluarga dan anak-anakku kepadaku tapi mereka hanya ikut penderitaanku. Ya Allah bukankah aku meminta tiap hari hanya kepadaMu. Demikian tega kah hari ini Engkau tidak memberiku makan ? Kok ENgkau maunya hanya disembah dan dipuji-puji ? Sarapan apa aku dan istriku hari ini ya Sami' ? Apakah Engkau akan membunuhku beserta keluargaku dengan tidak Kau beri rejeki.? Untuk apa Kau sebut-sebut namaMU Ar-Rozzaq ? untuk apa gunanya Kau bangga-bangga menamai diri AsSAmi' sementara saya sejak kemarin belum makan ?. Demikian teganya Engkau membuatku tidak makan sejak kemarin.... Maafkan keluahanku ini jika aku terlalu lancang. Yang kami harapkan hanyalah agar Engkau memp[erlihatkan kepadaku keajaibanMu, kehebatanMu. Ampunkanlah segala buruk sangkaku....ma'afkan ya Allah. berilah aku rejeki melimpah hari ini dan seterusnya.
Ternyata benar saja. Bapak ini sejak hari itu mendapat rejeki melimpah. Allah benar-benar menunjukkan kuasaNya.
Hamba hanyalah seorang yang
fakir. Sedangkan Allah adalah Al Ghoniy, Yang Maha Kaya, yang tidak
butuh pada segala sesuatu. Bahkan Allah-lah tempat bergantung seluruh
makhluk. Berpasrah diri dan mengandalkanNya saja. Berharap hanya
kepadaNya. Saat inilah benar-benar putus harapan kepada makhluk.
Siapapun hanyalah makhluk lemah lunglai tidak memberi manfaat juga tidak
mudhorot.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah
yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS.
Fathir: 15)
Allah Ta’ala menerangkan bahwa Dia itu Maha Kaya,
tidak butuh sama sekali pada selain Dia. Bahkan seluruh makhluklah yang
sangat butuh pada-Nya. Seluruh makhluk-lah yang merendahkan diri di
hadapan-Nya. [ Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/316 ]
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam
setiap aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekali pun. Secara dzat,
Allah sungguh tidak butuh pada mereka. Oleh karena itu, Allah katakan
bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, yaitu Allah-lah yang
bersendirian, tidak butuh pada makhluk-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah sungguh Maha Terpuji pada apa yang Dia perbuat dan katakan, juga
pada apa yang Dia takdirkan dan syari’atkan.” [ Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 11/316.]
Seluruh makhluk sungguh sangat butuh pada Allah
dalam berbagai hal. Makhluk butuh ini, butuh itu, perlu beli ini – bayar
itu, untuk menopang kehidupannya.
Makhluk masih bisa terus hidup,
itu karena karunia Allah. Anggota badan mereka begitu kuat untuk
menjalani aktivitas, itu pun karena pemberian Allah. Mereka bisa
mendapatkan makanan, rizki, nikmat lahir dan batin, itu pun karena
kebaikan yang Allah beri. Mereka bisa selamat dari berbagai musibah,
dari cekikan kesulitan dan himpitan ekonomi, dari tendangan
kesengsaraan, itu pun karena Allah yang menghilangkan itu semua.
Allah-lah yang memberikan mereka petunjuk dengan berbagai hal sehingga
mereka pun bisa selamat.
Jadi, makhluk amatlah butuh pada Allah
dalam penghambaan kepada-Nya, cinta kepada-Nya, ibadah kepada-Nya, dan
mengikhlaskan ibadah kepada-Nya. Seandainya mereka tidak melakukan
penghambaan semacam ini, niscaya mereka akan hancur, serta ruh, hati,
dan kondisi mereka pun akan binasa. [Taysir Al Karimir Rahman, hal.
687].
Di antara bentuk ghina Allah (tidak butuh pada makluk-Nya)
adalah Allah tidak butuh pada ketaatan yang dilakukan oleh orang yang
taat. Tidak memudhorotkan (tidak membahayakan) Allah sama sekali jika
hamba berbuat maksiat. Jika seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini
beriman, tidak juga akan menambah kerajaan-Nya sedikit pun juga. Begitu
pula seandainya seluruh makhluk yang ada di bumi ini kaaaaaaafirrrr
semua, tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya sedikit pun.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya Dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendir. Dan barangsiapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An Naml: 40)
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah
untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al ‘Ankabut: 6)
فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka).
Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. At Taghobun: 6)
إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari
(nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
(QS. Ibrahim: 8)
Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا
زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ
وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ
رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai
hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara
kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang
paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku
sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara
kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti
orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi
kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577)
Di antara
bentuk ghina Allah (tidak butuh-Nya Allah pada segala sesuatu) adalah
Allah tidak butuh pada infak dari orang yang berinfak dan begitu pula
Allah tidak mendapatkan bahaya jika ada orang yang pelit.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ
“Dan siapa yang kikir, sesungguhnya Dia hanyalah kikir terhadap dirinya
sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang
yang butuh (kepada-Nya).” (QS. Muhammad: 38)
Di antara bentuk
ghina Allah (tidak butuh-Nya Allah kepada segala sesuatu) adalah
terbebasnya Allah dari berbagai ‘aib dan cela. Meskipun banyak manusia
yang mensifati Allah dengan sifat tercela, Allah tetap saja mulia. Allah
dikatakan punya anak, Allah dibilang pelit, Allah dianggap miskin
karena tidak segera memberi, Allah dibilang tidak adil, Allah disifati
tidak mendengar do’a, TETAP saja Allah mulia.
Allah Ta’ala berfirman,
قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: “Allah mempuyai
anak”. Maha suci Allah; Dia-lah yang Maha Kaya; Kepunyaan-Nya apa yang
ada di langit dan apa yang di bumi.” (QS. Yunus: 68)
Tidak ada
yang sebanding dengan Allah dan tidak pula yang jadi tandingan bagi-Nya.
Itulah bentuk ghina Allah yang lain. Lantas bagaimana seseorang
menyamakan makhluk yang fakir dengan Allah. Bagaimana mungkin Allah yang
ghoni Yang Maha Kaya disamakan dengan hamba.
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ
مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ
يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا
يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya
Allah itu ialah Al masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak
membinasakan Al masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?”. Kepunyaan Allahlah
kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Al Maidah: 17)
Di antara bentuk ghina Allah (tidak
butuh-Nya Allah pada segala sesuatu) adalah hamba-Nya amat butuh berdoa
pada-Nya setiap saat. Allah pun berjanji untuk mengabulkannya. Allah
pun memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah dan Allah janji akan
memberikan ganjaran. Allah yang selalu disebut-sebut dalam rintihan.
Allah yang senantiasa yang dipinta-pinta dalam tangisan. Tangan ini
tidak jemu-jemunya untuk mengemis dihadapanNya. Hanya di hadiratNya
ubun-ubun ini tersungkur sujud. Hanya untukNya tangis ini mengadu. Hanya
Dia....Hanya Dia.....hanya Dia....segalanya bagi kita.
Barangsiapa yang mengetahui Allah memiliki sifat ghina (tidak butuh pada
segala sesuatu selain Dia), maka ia akan mengenali dirinya yang fakir
dan benar-benar butuh pada Allah. Jika hamba telah mengetahui bahwa ia
sangat fakir dan sangat butuh pada Allah, itu adalah tanda bahagia
untuknya di dunia dan akhirat. [Fiqh Al Asmail Husna, ‘Abdurrozaq bin
‘Abdil Muhsin Al Badr, hal. 217-220.
Semoga pelajaran ini bermanfaat dan membuahkan penyejuk hati bagi pembaca sekalian.
Wallahu waliyyyut taufiq.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar