

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺄَﺑْﺮَﺍﺭَ ﻟَﻔِﻲ ﻧَﻌِﻴﻢٍ (13)
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan" .*(Qs. al-Infhitar: 13)
ﺇﻥ ﺍﻷﺑﺮﺍﺭ ﺃﻱ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ
Sesungguhnya orang² berbakti yaitu orang yang membenarkan Nabi dan selalu taat kepada ajarannya.
ibnul Qoyim aljauziyah - رحمه الله berkata ;
لا شيء على الإطلاق أنفع للعبد من إقباله على الله، واشتغاله بذكره، وتنعمه بحبه، وإيثاره لمرضاته .[الداء والدواء صـ461]
"Tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat bagi seorang hamba secara mutlak selain menghadap (semata²) kepada Allah, sibuk dalam berszikir kepadaNya, bernikmat² dalam mencintainya, mengutamakan memperoleh keridhoannya"
Al-'Allamh ibnul Qoyim aljauziyah - رحمه الله berkata ;
المؤمن المخلص لله : من أطيب الناس عيشا وأنعمهم بالا وأشرحهم صدرا وأسرهم قلبا > وهذه جنة عاجلة قبل الجنة الآجلة [الداء والدواء ص459]
"Seorang mukmin yang ikhlas beramal untuk Allah adalah orang yang paling baik kehidupannya, paling nikmat kehidupannya, paling berlapang dadanya, paling gembira hatinya > dan ini adalah surga yang disegerakan sebelum (kenikmatan) surga hakiki di akhirat"
- الأبرار في النعيم ، وإن اشتدّ بهم العيش ، وضاقت عليهم الدنيا .
- والفجار في جحيم، وإن اتسعت عليهم الدنيا. [الداء والدواء صـ459]
"Orang² yang banyak ketaatan di dalam kenikmatan, meskipun dia hidup sangat menderita, meskipun kehidupan dunia terasa sangat menghimpitnya"
ــــــ ❁ ❁ ❁ ❁ ــــــ
Iman adalah sumber rasa aman dan kebahagiaan, Islam adalah sumber keselamatan. Sebaliknya, apabila tanpa iman dan islam, semua kebahagiaan sirna meski di tengah limpahan harta.
ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻋْﺮَﺽَ ﻋَﻦ ﺫِﻛْﺮِﻱ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟَﻪُ ﻣَﻌِﻴﺸَﺔً ﺿَﻨﻜﺎً ﻭَﻧَﺤْﺸُﺮُﻩُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻋْﻤَﻰ ( 124
"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu maka baginya kehidupan yang sulit dan Kami akan kumpulkan dia di hari kiyamat dalam keadaan buta"
Orang yang tampak luarnya begitu bahagia belum tentu di dalam batinnya. Orang yang sakit parah yang di operasi di RS international kelas VIP ruang berAC, perawat jelita didampingi dokter bersetifikat tidaklah lebih bahagia dengan pengembala kambing sehat yang tidur di bawah pohon rindang.
Demikian pula seseorang yang tampak lahiriyah sengsara dan susah tapi sebenarnya beruntung secara hakiki. *Nabi Yusuf justru memilih hidup di dalam penjara* daripada hidup di tengah kemewahan sebagai anak angkat raja. Yang setiap hari digoda dengan berbagai wanita cantik. Baginya hidup seadanya di dalam sel lebih bahagia ketimbang bergelimang kemaksiyatan.
Apakah *Dzan Nun ibnu Matta* merasa sengsara hidup dalam perut ikan? Yang bernafaspun susah. Apakah *nabi Ayyub* menjadi orang yang paling sengsara dengan hidup 18 tahun dengan penyakit? Hidup di tempat sampah buangan. Hingga istrinya bingung mencarinya saat nabi Ayyub telah sembuh setelah mandi di telaga. Dikiranya suaminya yang membusuk hilang dimakan srigala.
Apapun keadaannya kalau seseorang itu menjadi 'al-Abror' maka dia dalam kenikmatan hakiki meskipun tampak di mata orang sebagai orang yang menderita. Contohnya berikut ini. Para istri nabi justru memilih hidup mendampingi rosulullah dalam segala keadaan. Meskipun kadang² sebulan tidak mengepul asap dapurnya. Kalau orang biasa pikirannya; ngapain mau sengsara jadi istrinya nabi.
Bilal lebih memilih disiksa di gurun pasir membara daripada jadi budak penyembah berhala. Dia lebih memilih 'sengsara'. Nabi Muhammad ditawari jadi penguasa Makkah atau dipilihkan banyak gadis cantik atau harta ynag berlimpah namun justru memilih kerasnya perjuangan menegakkan agama islam. Padahal pilihan kedua ini lebih 'sengsara' daripada tawaran pertama.
Demikian para sahabat nabi, memilih berjuang bersama nabi. Memilih hijrah ke Habasyah, ke Madinah. Justru memilih 'menderita' dalam mentaati Allah dan rosulNya. Hingga harus diboikot bertahun-tahun, hari-hari tanpa makan di Syi'ib Abu Tholib. Perut diganjal batu. Ikut berbagai peperangan jihad fi sabilillah. Bukankah kalau mau mereka memilih 'enak' menjadi orang kafir bersama Quraisy.?
Demikian pula. *Orang-orang beriman tampak hidupnya kesusahan* dan sengsara. Harus susah² menunaikan sholat berjama'ah, sholat tahajjud. Bukankah lebih 'enakan' tidur-tiduran dan duduk² santai saja di rumah? Tidak. Bagi orang mukmin justru disitulah kebahagiaan hakiki didapatkan. Sebagaimana kebahagiaan yang diraih oleh para petani yang mau bersusah payah bercocok tanam demi 'kebahagiaan' di saat panen raya.
Para mujahidin yang anak-istri, ayah, ibu mereka yang gugur dibantai milisi Syi'ah, atau para pejuang Palestina yang nampak begitu 'menderita' dalam hidupnya. Terus dimana letak kebenaran ayat tersebut? Bahwa orang2 'al-Abror' berada dalam kenikmatan?. Maka renungilah sebentar. Atau setidaknya tanyakan kepada para mujahidin tersebut. Apakah mereka bahagia atau sengsara berjuang melawan kafir Syi'ah.
Bagaimanapun kondisinya, seorang muslim itu mendapatkan kenikmatan dengan asbab keimanannya. Jika mendapat nikmat dia bersyukur, jika mendapat musibah maka dia bersabar, jika pernah bersalah maka bertaubat dan beristighfar.
Kisah wong cilik ini, Mbah Parmin, melalui awal -awal berumah tangga penuh derita. Makan sehari-hari hanya tiwul (nasi dari tepung singkong), lauk hanya daun pepaya rebus. Hanya lombok dan garam ulek yang menjadi penyedab. Kini beliau sudah tua. Kondisi yang serba kekurangan seperti itu hingga kini tetap dia jalani dengan penuh kesabaran. Hatinya selalu terpaut rindu kepada masjid. Ketika ditanya : apakah dia tidak 'bahagia'?
Mbok dé Wagiyem. Malah kadang -kadang makan kadang² juga tidak. Makan sehari sangat sering cuma sekali. Rumahnya hanya dinding bambu. Atap genténg dari tanah kalau hujan banyak yang bocor. Kadang2 malah mendapat santunan para tetangga. Kalau ada hajatan wong mantu bisa dipastikan mbok de Wagiyem dan suaminya mbah Bini disuruh 'rewang' atau membantu memasak. Apakah dia tidak bahagia dalam hidupnya ?
Seorang muslim kadang2 tampak secara lahirnya sengsara. Jangan dikira para pengembala bebek itu sengsara. Memang secara lahiriyah tampak 'sengsara' harus berpanas-panas, berhujan-hujan. Tapi justru yang 'enak-enak' berkendaraan mewah malah tidak bahagia karena tiap bulan harus bayar cicilan mobil dan rumah secara riba.
Seorang muslim memang tampak secara lahirnya susah. Susah² cari uang, ee....begitu dapat menyisihkan infaq, sedekah, zakat. Bukankah 'enakan' dibelikan dawet atau plesiran ke tempat² menyenangkan ? Orang islam itu ngapain kok susah2 berpuasa? Bukankah enakan makan-makan dan tidak puasa?. Dan di sinilah bedanya seorang kafir dan seorang muslim. Orang muslim menemukan 'kebahagiaan' hakiki dalam ibadahnya. Biar pun tampak 'bersusah-susah'.
Kalau orang kafir memang kadang-kadang secara lahiriyah tampak begitu mewah, kaya, berdaya, berlimpah 'kenikmatan' tapi kenikmatan yang semu. Bukankah orang yang punya riwayat penyakit tertentu justru sengsara kalau ditraktir tongseng kambing? Bagi pengidap kolesterol dia itu justru sengsara jika dia makan kambing guling. Padahal secara lahiriyah 'bahagia' bukan. Bagaimana tidak bahagia makan di restoran. Gratis lagi.
Sebagimana seorang anak muda yang diperebutkan enam gadis cantik. Semuanya mau jadi istrinya. Semuanya siap dimadu. Tapi apakah jejaka muda tadi 'bahagia' jika semua gadis tadi mengidap HIV ? Boro² mau. Dekat saja langsung lari. Jadi tidak semua yang tampaj 'enak' itu pasti bahagia. Bisa bahagia tapi 'semu', 'nisbi', 'fana', tidak 'hakiki'.
Maka janganlah menyangka orang kafir yang tampak bahagia dengan limpahan hartanya itu kesenangan yang sebenarnya,
ﺃَﻳَﺤْﺴَﺒُﻮﻥَ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﻧُﻤِﺪُّﻫُﻢ ﺑِﻪِ ﻣِﻦ ﻣَّﺎﻝٍ ﻭَﺑَﻨِﻴﻦَ ( 55 ) ﻧُﺴَﺎﺭِﻉُ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﺑَﻞ ﻻَّ ﻳَﺸْﻌُﺮُﻭﻥَ ( .{(56
“ Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar .” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
Semoga bermanfaat. Amiin
ودكم أبو الحسن
🍉 *MAWA'IDH MENYENTUH KALBU*
✍ Berkata Imam Hasan al Bashri :
صحبت أقواما كانوا لحسناتهم أن ترد عليهم أخوف منكم من سيئاتكم أن تعذبوا بها. [مواعظ ابن الجوزي ٩١]
"Aku pernah bersahabat dengan suatu kaum. Adalah mereka dengan kebaikan² mereka jika ditolak (tidak diterima) lebih mereka takuti daripada keburukan² kalian yang akan ditimpakan adzabnya"

- العلم لا يحصل إلا بالنصب .
- والمال لا يجمع إلا بالتعب .
- واسم الجواد لا يناله بخيل . [مواعظ ابن الجوزي ٧٩]
"Ilmu itu tidak akan diperoleh kecuali melalui kepayahan, dan harta itu tidak bisa dikumpulkan kecuali dengan kelelahan, dan panggilan 'dermawan' itu tidak akan didapat oleh si bakhil"


الدنيا لم تخلق لتنظر إليها، وإنما خلقت لتنظر بها إلى الآخرة. [مواعظ ابن الجوزي ٧٣]
"Dunia itu tidak diciptakan untuk supaya kamu melihat²inya, namun dia hanya diciptakan agar kamu melihatnya ke negeri akhirat"

- من تفكر في ذنوبه تاب ورجع .
- ومن تذكر قبيح عيوبه ذل وتواضع .
[مواعظ ابن الجوزي ٧٥]
"Barangsiapa yang selalu berfikir akan dosa²nya niscaya dia taubat dan segera kembali. Dan barangsiapa yang teris mengingat² aib keburukannya niscaya dia tawadhu' dan merendahkan diri"
لله در أقوام اجتهدوا في الطاعة، وتاجروا ربهم فربحت البضاعة .
[مواعظ ابن الجوزي ٦٩]
"Allah itu memiliki negeri buat kaum-kaum yang bersungguh2 menunaikan ketaatan. Dan mereka berjual beli dengan Allah maka memperoleh keuntungan yang melimpah"
ــــــ ❁ ❁ ❁ ❁ ــــــ
✍ Berkata Ibnul Jauzi :
- إن في القيامة لحسرات .
- وإن في الحشر لزفرات .
- وإن عند الصراط لعثرات .
- وإن عند الميزان لعبرات .
[مواعظ لابن الجوزي ٥٣]
"Sesungguhnya di hari Kiyamat benar² penuh penderitaan, Sesungguhnya di hari Mahsyar benar² penuh Kesulitan, Sesungguhnya tatkala di atas Shirot benar² penuh sandungan, Sesungguhnya di hari Mizan penuh pelajaran"

من لم يردعه الموت والقرآن، ثم تناطحت عنده الجبال لم يرتدع.
[مواعظ ابن الجوزي ٦٣]
"Barangsiapa yang kematian dan AlQuran tidak bisa menghentikannya (dari dosa), kemudian gunungpun menimpanya maka dia tetap tidak berhenti (dari dosa)"

الدنيا خمر الشيطان : من شربها لم يفق إلا بين عساكر الموتى . [مواعظ ابن الجوزي ٦٧]
"Dunia itu arak syetan : barangsiapa yang mabuk dengannya maka dia tidak sadar kecuali ketika menjelang sekarat (mabuk kematian)".

ﻳﺎ ﺣﻜﻴﻢ ، ﺇﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺧﻀﺮﺓ ﺣﻠﻮﺓ ، ﻓﻤﻦ ﺃﺧﺬﻩ ﺑﺴﺨﺎﻭﺓ ﻧﻔﺲ ، ﺑﻮﺭﻙ ﻟﻪ ﻓﻴﻪ ، ﻭﻣﻦ ﺃﺧﺬﻩ ﺑﺈﺷﺮﺍﻑ ﻧﻔﺲ ﻟﻢ ﻳﺒﺎﺭﻙ ﻟﻪ ﻓﻴﻪ ، ﻭﻛﺎﻟﺬﻱ ﻳﺄﻛﻞ ﻭﻻ ﻳﺸﺒﻊ . ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ ، ﻗﺎﻝ ﺣﻜﻴﻢ : ﻓﻘﻠﺖ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺑﻌﺜﻚ ﺑﺎﻟﺤﻖ ﻻ ﺃﺭﺯﺃ ﺃﺣﺪﺍ ﺑﻌﺪﻙ ﺷﻴﺌﺎ ﺣﺘﻰ ﺃﻓﺎﺭﻕ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ . (ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ)
‘Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini bagaikan buah yang segar lagi manis, dan barang siapa yang mengambilnya dengan tanpa ambisi (dan tamak atau atas kerelaan pemiliknya), maka akan diberkahi untuknya harta tersebut. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan penuh rasa ambisi (tamak), niscaya harta tersebut tidak akan diberkahi untuknya dan ia bagaikan orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang berada di atas lebih mulia dibanding tangan yang berada di bawah.’ Hakim melanjutkan kisahnya dengan berkata, ‘Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan meminta harta seseorang sepeninggalmu hingga aku meninggal dunia.'” (HR. Muttafaqun ‘alaih ).
ــــــ ❁ ❁❁ ❁ ــــــ
Tidak ada komentar :
Posting Komentar