
Abdullah Ibnu Mas'ud berkata ;
( ﻣَﻦ ﻛﺎﻥَ ﻣُﺴْﺘَﻨًّﺎ ، ﻓَﻠْﻴَﺴْﺘَﻦَّ ﺑﻤﻦ ﻗﺪ ﻣﺎﺕَ ، ﻓﺈﻥَّ ﺍﻟﺤﻲَّ ﻻ ﺗُﺆﻣَﻦُ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻔِﺘْﻨَﺔ
"Barangsiapa yang hendak mengikuti sunnah maka ikutilah mereka² yang sudah mati, sebab orang yang masih hidup tidak akan selamat dari fitnah"
ُ ﺃﻭﻟﺌﻚ ﺃﺻﺤﺎﺏُ ﻣﺤﻤﺪ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ، ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﻓﻀﻞَ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ : ﺃﺑﺮَّﻫﺎ ﻗﻠﻮﺑًﺎ ، ﻭﺃﻋﻤﻘَﻬﺎ ﻋﻠﻤًﺎ ، ﻭﺃﻗﻠَّﻬﺎ ﺗﻜﻠُّﻔًﺎ ، ﺍﺧﺘﺎﺭﻫﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﺼﺤﺒﺔ ﻧﺒﻴِّﻪ ، ﻭﻹﻗﺎﻣﺔ ﺩِﻳﻨﻪ ، ﻓﺎﻋﺮِﻓﻮﺍ ﻟﻬﻢ ﻓﻀﻠَﻬﻢ ، ﻭﺍﺗﺒﻌُﻮﻫﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﺛﺮﻫﻢ ، ﻭﺗﻤﺴَّﻜﻮﺍ ﺑﻤﺎ ﺍﺳﺘَﻄَﻌْﺘُﻢ ﻣﻦ ﺃﺧﻼﻗِﻬﻢ ﻭﺳﻴَﺮِﻫﻢ ، ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻬُﺪَﻯ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ ) . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺒﺮ ﻓﻲ " ﺟﺎﻣﻊ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻓﻀﻠﻪ " ( 2/947 ـ ﺭﻗﻢ 1810 ) ،
"Yang dimaksud yang telah meninggal yaitu dari kalangan para sahabat nabi, mereka adalah umat yang paling utama, paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, Allah sendiri yang memilih mereka untuk menyertai nabiNya, untuk membela menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan² mereka, dan ikutilah keteladanan dan kebaikan mereka, pegang teguh kuat² semampu kalian contoh akhlak dan perjalanan mereka, sungguh mereka berada pada petunjuk yang lurus" (Jami'ul bayan al'ilmi wafadhlihi, 2/947).
ﻭﻣﻌﻨﺎﻩ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﺘﻘﺮ ﻋﻨﺪ علماء اهل السنة
Sebab generasi para sahabat sebagai generasi terbaik :
( ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻗَﺮْﻧِﻲ ، ﺛُﻢَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻠُﻮﻧَﻬُﻢْ ، ﺛُﻢَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻠُﻮﻧَﻬُﻢْ ) رواه البخاري ومسلم
"Sebaik² generasi manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya)
Dan mereka telah direkomendasi sebagai penduduk surga.
Maksudnya : barangsiapa yang hendak mengikuti cara beragama, cara beribadah atau cara berislam hendaklah mengikuti orang-orang zaman awal dari kalangan salaf. Janganlah berislam semaunya sendiri, atau taqlid dengan orang² yang masih hidup di zaman sekarang. Sebab setiap orang yang masih hidup tidak ada jaminan aman dari cobaan dan fitnah, bisa jadi di akhir hayatnya arau dalam perjalan waktunya seseorang bisa berubah. Jika taqlid atau ikut²an beragama dengan seseorang yang masih hidup bisa jadi harib ini dia masih di atas sunnah namun belum tentu di akhir hayatnya dan hakekat sesungguhnya.
ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻤﺄﻣﻮﻥ ﺃﻥ ﻳﺘﺎﺑﻊ ﻓﻲ ﺳﻴﺮﻩ ﺇﻟﻰ ﺭﺑﻪ ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ : ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ، ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻗﺪ ﻣﺎﺗﻮﺍ ، ﻭﻟﻢ ﻳﻌﺪ ﻳﺨﺸﻰ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ .
Dan yang paling aman adalah mengikuti perjalanan hidup para salaf yang sholih : dari kalangan sahabat nabi, yang mereka telah wafat dan tidak lagi mereka dikhawatirkan difitnah. Mereka telah dipilih sendiri oleh Allah, telah diridhoi, dan Allah memerintahkan ita agar mencontoh dan mengikuti mereka.
Ucapan seperti ini pula yang diungkapkan oleh sahabat Abdullah bin Umar bin khotob. Ungkapan ini pula menghilangkan syubhat-syubhat yang ada pada umat ini yang mereka bingung harus mengikuti siapa dari kalangan para ustadz, atau pimpinan tokoh, atau kyai atau panutan lainnya.
Di banyak tempat dari sabda rosulullah, memerintahkan agar para salaf dijadikan sebagai rujukan, mengambil tauladan dalam mengamalkan agama ini; dalam beraqidah, beribah, manhaj, suluk, akhlak, muamalah dan lainnya. Terlebih di zaman ini yang menyebar banyak bid'ah dan syubhat.
Di antara contoh tidak luputnya seseorang yang masih hidup terfitnah dalam mengamalkan agamanya seperti saling meragukan ke'ilmuannya, ke'sholihannya, ke'ahliannya, ketaqwaannya dan masalah lainnya dalam kontek agama. Ustadz yang ini kok begini....tokoh yang itu kok begitu.... Kyai yang ini kok begini...Ulama' yang itu kok gitu....mendapat tahdhir, mendapat jarh. Memang orang yanh masih hidup tidak maksum. (pen-)
Imam Syatibi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata :
" ﻭَﺍﻟْﺂﺛَﺎﺭُ ﻓِﻲ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤَﻌْﻨَﻰ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓٌ ﺟَﻤِﻴﻌُﻬَﺎ ﻳَﺪُﻝُّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟِﺎﻗْﺘِﺪَﺍﺀِ ﺑِﻬِﻢْ ﻭَﺍﻟِﺎﺗِّﺒَﺎﻉِ ﻟِﻄَﺮِﻳﻘِﻬِﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺣَﺎﻝٍ ، ﻭَﻫُﻮَ ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺓِ ﺣَﺴْﺒَﻤَﺎ ﻧَﺒَّﻪَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣَﺪِﻳﺚُ ﺍﻟْﻔِﺮَﻕِ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻟِﻪِ : " ﻣَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻲ " " . ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻣﻦ " ﺍﻻﻋﺘﺼﺎﻡ " ( 3/307 )
"Riwayat tentang hal yang senada dengan makna ini terdapat banyak. Dan kesemuanya menunjukkan tentang wajibnya meneladani, mengikuti cara mereka (para salaf dalam mengamalkan agama dalam setiap keadaan. Dan inilah jalan keselamatan, jalan golongan yang selamat, sebagaimana dalam lafadh hadits : "aku dan para sahabatku di atasnya" dalam beragam. Selesai. (Al-i'tishom 3/307)
Semoga bermanfaat



Pertama, nonton ke kandang *monyet.* Si istri bilang : *"sungguh rukun dan mesra banget keluarga monyet ini"* . Memang tampak monyet itu berpelukan berdekatan sembari saling petan mencari kutu.
Kedua, pindah ke kandang *singa.* Si istri berkata : *kasihan sekali sepasang singa ini. Tidak ada kemesraan dan tampak keluarga singa ini berantakan*. Ora mesra blas. Memang mereka saling berjauhan dan saling diam. Tidak seperti monyet.
Si suami bilang : "coba kamu lempar singa yang satu itu dengan kerikil, bagaimana reaksinya, lalu lempar dengan potongan ayam". Si istri melakukan apa yang dibilang suaminya. Saat dilempar potongan ayam salah satu singa mengambil dan rupanya hanya diberikan kepada pasangannya. Namun saat dilempar kerikil, singa jantan mengaum keras seperti 'singo edan'. Menyeringai dan bereaksi penuh pembelaan. Suami istri itu berkesimpulan : 'oo, ternyata mereka adalah sepasang singa yang saling mencintai'.
Kemudian, giliran kembali ke kandang monyet (kethék), suami menyuruh istrinya lagi ; "coba kamu lempar kethék yang satu itu dengan kerikil, bagaimana reaksinya ?" Saat ibu itu melempar kerikil, mereka tidak ada saling membela. Mereka lari menyelamatkan diri masing². Bahkan saling dorong pasangannya biar terkena lemparan. Sebaliknya saat yang dilempar kacang atau pisang, pasangan lutung ini malah saling cakar, saling berebut, saling tempéléng demi mendapatkan kacang untuk dirinya. Maka, si bapak dan ibu pengunjung ini berkesimpulan : 'ternyata keluarga ini rapuh dan kemesraannya semu belaka'.
Sang suami akhirnya menasehati istrinya :
* ﻻ ﺗﻨﺨﺪﻋﻲ ﺑﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮﻩ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻣﺎﻣﻚ !!*
"Janganlah tertipu dengan apa yang nampak dhohirnya secara sepintas di matamu, sebab hakekat perasaan sebenarnya di dalam hati seseorang itu kadang² tidak sama dengan yang tampak secara lahiriyah"
*HIKMAH KISAH

* ﺍﻟﻤﻨﻌﺰﻝ

Orang yang sendirian : bukan berarti kehilangan harapan
* ﻭﺍﻟﻤﺤﺘﺸﻤﺔ

Orang yang penampilannya sederhana ; bukan berarti tidzk faham perkembangan model
* ﻭﺍﻟﻜﺮﻳﻢ

Orang yang dermawan : bukan berarti tidak suka harta atau hanya ingin pamer harta.
ﺍﺣﺘﺮﺍﻣﻚ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻻ ﻳﻌﻨﻲ ﺃﻧﻚ ﺑﺤﺎﺟﻪ ﺇﻟﻴﻬﻢ .. ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻣﺒﺪﺃ ﺗﺘﻌﻠﻤﻪ ﻣﻦ ﺩﻳﻨﻚ ﻭﺗﺮﺑﻴﺘﻚ ... * ﺇﺣﺘﺮﻡ ﺗُﺤﺘَﺮﻡ

Sikap baik dan sopanmu dan sikap hormatmu kepada orang : tidak berarti kamu terlalu butuh bantuan orang. *Namun kamu memang membutuhkan orang lain agar kamu bisa melaksanakan perintah berakhlak mulia.* dan keberadaan orang lain memang kita butuhkan agar kita terus belajar dan : "hormatilah orang, niscaya kamu akan dihormati pula"
Sebab kalau tidak ada orang : masan kita harus senyum sendiri ?
Sebab kalau tidak ada orang miskin, terus kemana kita harus zakat dan infaq ?
Kalau tidak ada orang lain, terus bagaimana mengamalkan : muammalah ? Tarbiyah ? Dakwah ? Sabar ?
'' ﻓﻜﻦ ﺛﺮﻳًﺎ ﺑﺄﺧﻼﻗﻚ ، ﻏﻨﻴًﺎ ﺑﻘﻨﺎﻋﺎﺗﻚ ، ﻛﺒﻴﺮﺍً ﺑﺘﻮﺍﺿﻌﻚ ...'' ﻭﻻ ﺗﻨﻈﺮ ﻟﻤﻦ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﻋﻠﻴﻚ ﻣﻦ ﺧﻠﻔﻚ ﻓﻬﻮ ﻓﻌﻼ ﺧﻠﻔﻚ
ﻣﻨﻘﻮﻝ ...
Kiriman dari : Chouaib Moukrim, Cassablanca
ودكم أبو الحسن
Tanggal 22 Rojab 1438 - 19 April 2017
Tidak ada komentar :
Posting Komentar