Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Selasa, 18 April 2017

SELFI ; BERBANGGA DUNIA ?

🌺 *Selfie, Berbangga Dunia ?*

Bolehkah selfie dengan motor baru atau mobil yang kita miliki? Lalu dishare di facebook…?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dalam al-Quran Allah menceritakan kondisi Qarun bersama kaumnya. Dia pamer sekali dengan harta²nya. Qarun sangat berbangga-bangga dengan kekayaan yang dia miliki. Hingga masyarakatnya yang taat menasehati Qarun,

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

“Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya *perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh sangat berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.* (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu berbangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. al-Qashas: 76)

Ayat ini menunjukkan bahwa : Allah membenci orang yang berbangga-bangga dengan kekayaan dunianya.
Dalam tafsir as-Sa’di dinyatakan,

أي: لا تفرح بهذه الدنيا العظيمة، وتفتخر بها، وتلهيك عن الآخرة، فإن اللّه لا يحب الفرحين بها

Artinya, *janganlah kamu merasa sombong dengan duniamu* yang banyak, *bangga dengannya* , sementara itu melalaikanmu dari akhirat. Karena Allah tidak menyukai orang yang bangga dengan dunia. (Tafsir as-Sa’di, hlm. 623).

Dan kita memahami, di antara bentuk kebanggaan terhadap dunia adalah berfoto atau selfie dengan kekayaan dunia, seperti orang yang berfoto dengan mobil baru kreditnya. Berfoto sambil nangkring motor gagahnya (ditambahi tulisan : cash broo). Foto dengan background rumah KPRnya. Atau menunjukkan jabatannya, seperti berpose dengan semua atribut lengkap jabatan kebanggaannya. Bukan untuk data, bukan untuk kebutuhan, tapi untuk ditunjukkan di lingkungannya untuk menunjukkan status sosialnya. Bisa jadi termasuk pamer makanan istimewa ke orang lain. Pamer kalau dia orang berkelas tinggi, royal dan prototipe orang canggih.

Kita hindari semacam ini. kita hindari setiap karakter yang dibenci Allah.
Allahu a’lam.


*TAFSIR : DAN NIKMAT TUHANMU MAKA KABARKANLAH*

ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺔِ ﺭَﺑِّﻚَ ﻓَﺤَﺪِّﺙ

"Dan adapun nikmat tuhanMu maka beritakanlah" (QS. Addhuha :11)

Yaitu : Allah memerintah nabiNya untuk memberitakan nikmat² Allah, dia mensyukuri nikmat2 tersebut baik dengan ucapn mauoun perbuatan. Seperti dia mengucapkan :

- alhamdulillah kami sehat,
- alhamdulillah saya baik² saja,
- alhamdulillah selalu cukup
- alhamdulillah jualannya ada laba
- alhamdulillah hasilnya memuaskan, dan sejenisnya.

Dan jangan sebaliknya mengucapkan :
- hancur-hancurannya mas bulan ini,
- kami babak belur, melarat, keparat memang
- boro² balik modal mas, nambah hutang bener...
- terpuruk ke titik nadir, saya dikejar debtkolektor
- mati betul saya....
- habis sudah riwayatku
- kejam memang taqdirku.
- sial betul nasibku

*Tapi yang benar ucapkanlah dan kabarkanlah tentang nikmat-nikmat dari Allah yang begitu melimpah.
Rosulullah bersabda :

ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﺮﻯ ﺃﺛﺮ ﻧﻌﻤﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪﻩ (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ)

"Sesungguhnya Allah mencintai melihat pengaruh nikmatNya yang Dia berikan kepada hambaNya"
Bukankah Allah memberi kita baju2 yang bagus, mengapa kita justru memilih berpenampilan compang-camping seperti orang miskin ?

Bukankah mampu saja kita memberi makan dan minum yang bergizi kepada keluarga, mengapa anak-anak hanya dikasih makan kerupuk saja? Kenapa lauknya sambal doang ? Kasihan anak2 bibirnya monyong² kepedasan sambal.

Tampilkan dan tampakkan nikmat nikmat Allah tanpa berlebih²an dan mubadzir.

Bukankah ketika silaturahmi naik pesawat bisa saja? Mengapa keluarga harus naik kapal barang ? Apakah tidak ada nikmat Tuhanmu padamu ?. Kecuali bagi orang yang tidak mampu travel udara, atau ingin sekali² naik kapal.

*Pengecualian*

ﻣﻦ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻠﺒﺎﺱ ﻳﻌﻨﻲ ﺍﻟﻠﺒﺎﺱ ﺍﻟﺠﻤﻴﻞ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺗﻮﺍﺿﻌﺎ ﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻭﻫﻮ ﻳﻘﺪﺭ ﻋﻠﻴﻪ ﺩﻋﺎﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﺭﺅﻭﺱ ﺍﻟﺨﻼﺋﻖ ﺣﺘﻰ ﻳﺨﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺃﻱ ﺣﻠﻞ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺷﺎﺀ

"Barangsiapa yang meninggalkan pakaian kemewahan dengan alasan agar dia tawadhu' padahal dia mampu saja jika berpakaian bagus maka dia akan dipanggil Allah pada hari kiyamat dibanggakan didepan para makhluk dan dipilihkan pakaian dari perhiasan² iman manapun dia sukai"

Misalnya dia mengunjungi keluarga dan handai tulan kerabatnya yang miskin maka dia sesuaikan penampilannya, kendaraannya agar hal itu tidak menyakitinya dan menghancurkan hatinya.

Demikian pula manakala di pertemuan kalangan kaya, orang² berpunya namun dia justru berpakaian yang compang-camping maka akan menjadi bahan perhatian dan celaan. Atau cara makan yang tidak lazim niscaya akan dipandang aneh. Bisa² dianggap gila ; 'iki wong edan' baru lepas dari RSJ... masa makan nasi goreng dikasih kuah. Édan tenan ini.

Apabila dia diberi kekayaan oleh Allah lalu ketika keluar bersama manusia dia berpakaian seperti manusia 'paling miskin di dunia', sandalnya ditali rapia, baju banyak tambalannya, bau terasi, maka seperti ini termasuk orang yang 'ingkar nikmat'. Atau menyembunyikan nikmat yang ada.

Atau juga, padahal bisa saja beli kebutuhan keluarga. Namun dia memilih standart minimal ; sabun ya batu, parfum ya tawas, bedak istri ya daun jati, jilbab istri ya kain tetron, ikat pinggang ya rapia, sandal ya irisan ban, tas anak ya karung beras, rambut anak cewéknya dibiarkan krebo kriting bagai pohon beringin.

ﻛﻞ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻨﻮﻉ ﻣﻦ ﻛﺘﻤﺎﻥ ﺍﻟﻨﻌﻤﺔ وجحودها

Ini semua tergolong ingkar nikmat.

Sikap menampakkan nikmat yang lebih utama ;

ﻳﺤﺐ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﺮﻯ ﺃﺛﺮ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺃﻧﻌﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻪ ﺑﺎﻹﻧﻔﺎﻕ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻭﺍﻟﻤﺸﺎﺭﻛﺔ ﻓﻲ ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ ﻭﺍﻟﺜﻴﺎﺏ ﺍﻟﺠﻤﻴﻠﺔ ﺍﻟﻼﺋﻘﺔ ﺑﻪ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ

Allah sangat bangga melihat hambaNya memperlihatkan pengaruh nikmatNya padanya; suka mengundang orang makan, kalau infaq gak tanggung-tanggung, motor diinfaqkan, tanah saja dihibahkan. Orang seperti ini benar² disukai Allah. Juga sulit ditandingi. Pada umumnya orang infaq cuma uang pattimura, uang recehan, cepék, usang, dan sisa-sisa. Namun dia memperlihatkan betapa banyaknya, betapa melimpahnya harta Allah padanya. Sedekahnya saja 100 juta, berarti dia pasti punya simpanan lebih besar dari itu. Kalau infaqnya cuma uang cepék 100, bisa tebak sendiri.

Demikian juga *nikmat ilmu*, dia tidak pelit-pelit membagi ilmu. Dia tidak ogah-ogahan berdakwah di masyarakat pelosok. Dia tidak sulit-sulit harus pasang tarif sekian juta, marah kalau tulisannya dicopi. Sebaliknya ; dia menginginkan ilmu ini tersebar dan sampai kepada orang2 awam.

*Makna ~ nikmat tuhanmu siarkanlah !*

Dari Abu Nadhroh, ia berkata,

ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻳﺮﻭﻥ ﺃﻥ ﻣﻦ ﺷﻜﺮ ﺍﻟﻨﻌﻢ ﺃﻥ ﻳﺤﺪّﺙ ﺑﻬﺎ .

“Dahulu kaum muslimin menganggap dinamakan mensyukuri nikmat adalah dengan menyiarkan (menampakkan) nikmat tersebut.” (riwayatkan Ath Thobari pd tafsirnya, Jaami’ Al Bayaan ‘an Ta’wili Ayyil Qur’an (24: 491).

Al Hasan bin ‘Ali berkata ,

ﻣﺎ ﻋﻤﻠﺖ ﻣﻦ ﺧﻴﺮ ﻓَﺤَﺪﺙ ﺇﺧﻮﺍﻧﻚ

“Kebaikan apa saja yang kalian perbuat, maka siarkanlah pada saudara kalian.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 387).

Tentu saja nikmat atau kebaikan yang disampaikan atau diberitahukan pada orang lain itu jika mengandung maslahat, bukan dalam rangka menyombongkan diri dan pamer atau ingin cari muka (cari pujian, alias “riya’ “).

Contoh menyiarkan nikmat berbeda dengan mengobral rahasia. Maka harus dipahami baik2. Misalnya yang tidak mengandung mashlahat adalah : menyiarkan ke public jumlah saldonya di rekeningnya, dia akan transfer sekian ratus juta di bank ini, dia mau setor deposito di bank X, dan sebagainya. Bukan begini caranya.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam kitab tafsirnya, “Yang dimaksud dalam ayat tersebut mencakup nikmat din (akhirat) maupun nikmat dunia. Adapun “ fahaddits ” bermakna “pujilah Allah atas nikmat tersebut”.

Bentuk syukur di sini adalah dengan lisan dan disebut khusus dalam ayat, dibolehkan jika memang mengandung maslahat . Namun boleh juga penampakkan nikmat ini secara umum (tidak hanya dengan lisan). Karena menyebut-nyebut nikmat Allah adalah tanda seseorang itu bersyukur. Perbuatan semacam ini membuat hati seseorang semakin cinta pada pemberi nikmat (yaitu Allah Ta’ala ). Itulah tabiat hati yang selalu mencintai orang yang berbuat baik padanya.” (Taisir Al Karimir Rahman, 928)

Ulama besar dari negeri ‘Unaizah, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin dalam tafsir Juz ‘Amma menjelaskan ;

“ Tahadduts ni’mah (menyebut-nyebut nikmat Allah) adalah dengan ditampakkan yaitu dilakukan dalam rangka syukur kepada pemberi nikmat (yaitu Allah ta’ala ), bukan dalam rangka menyombongkan diri atau pamer pada yang lain. Karena jika hal itu dilakukan karena sombong, maka itu jadi tercela.”

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah berkata,

“Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menyebut-nyebut nikmat yang Allah berikan. Nikmat itu disyukuri dengan ucapan dan juga ditampakkan dengan amalan. Tahadduts ni’mah (menyiarkan nikmat) dalam ayat tersebut berarti seperti seorang muslim mengatakan, “Alhamdulillah, saya dalam keadaan baik. Saya memiliki kebaikan yang banyak. Allah memberi saya nikmat yang banyak. Aku bersyukur pada Allah atas nikmat tersebut.”

Jika Allah memberi pada seseorang nikmat, hendaklah ia menampakkan nikmat tersebut dalam kendaraan, pakaian, makanan dan minumnya. Ditampakkan dengan rasa penuh syukur, bukan dengan untuk pamer atau memang motiv bergaya, apalagi biar panas tetangga. Apalagi biar bikin saingan pingsan.


Semoga kita diberi taufik untuk merealisasikan syukur kepada Allah.

Semoga sedikit ini bermanfaat
ودكم أبو الحسن

Tidak ada komentar :

Posting Komentar