Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 11 Maret 2018

Bahaya Cinta Dunia


*CINTA DUNIA*


 Dari Amru bin 'Auf رضي الله عنه dia berkata, bahwa Rosulullah ﷺ bersabda* :

|[ فَو َاللَّهِ لَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ على من كان قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كما أَهْلَكَتْهُم ْ]|
(رواه البخاري واللفظ له ومسلم : 2961)

"Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan menimpa kalian. Akan tetapi yang aku takutkan atas kalian adalah apabila harta dunia dibentangkan kepada kalian sebagaimana yang telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian berlomba -lomba mendapatkannya seperti yang mereka lakukan dan harta itu justru membinasakan seperti telah membinasakan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 3158 dan Muslim no. 2961)

Berkata syaikh Ibnu 'Utsaimin ﷺ :
 Biasanya seorang itu tatkala miskin, dia lebih dekat kepada Allah, lebih bertaqwa, biasanya lebih khusyu', lebih merasa takut, dan selalu merasa butuh kepada Allah.

 Namun tatkala hartanya bertambah banyak, maka dia sering berpaling dari jalan Allah, cenderung sombong, sehingga dia lebih mengapresiasi harta dunia, dan kesenangannya. Tatkala bertambah kekayaannya seperti mobil, rumah, kendaraan, pakaian, maka dia pamerkan dan dia sombongkan di depan manusia, dia mejadi semakin berpaling melupakan apa yang lebih bermanfaat untuk akhiratnya.

 Ketika berbicara dia membicarakan kemewahan kehidupan dunia beserta seluk beluk yang berkaitan dengannya. Dan berpaling melalaikan akhiratnya. Maka rusaklah manusia jika demikian, kecuali siapa² yang Allah rahmati.

 Wal-hasil, memang benar, jika harta dunia itu dibukakan kepada seseorang biasanya menjadikan seseorang itu bertambah sombong dan melalaikan akhirat. Kita berlindung dari demikian.

*قال الشيخ ابن عثيمين -رحمه الله-:*
 لما كان الناس إلى الفقر أقرب، كانوا لله أتقى وأخشع وأخشى،

 ولما كَثُر المال؛ كثُر الإعراض عن سبيل الله، وحصل الطغيان، وصار الإنسان الآن يتشوف لزهرة الدنيا وزينتها....سيارة، بيت، فرش، لباس، يباهي الناس بهذا كله، ويعرض عما ينفعه في الآخرة، وصارت الجرائد والصحف وما أشبهها

 لا تتكلم إلا بالرفاهية وما يتعلق بالدنيا، وأعرضوا عن الآخرة، وفسد الناس إلا من شاء الله،

 فالحاصل أن الدنيا إذا فتحت نسأل الله أن يقينا وإياكم شرها أنها تجلب شرًّا وتُطغي الإنسان
(شرح رياض الصالحين: 3/361)



*Harta kekayaan bisa menimbulkan kesombongan*

- Pada umumnya karena mempunyai kelebihan seseorang bisa menjadi sombong. Seperti Qorun, seperti Abu Lahab, Namrud. Atau diberi kelebihan ilmu dan kekuasaan seperti Fir'aun, Hamman, kaum 'Aad, kaum Tsamud, raja Persia, suku Madyan dan lainnya.

- Kecuali orang² yang Allah beri rahmat atas mereka. Ilmu, skill, kemampuan dan harta kekayaan justru membuat dia semakin bersyukur. Nabi Sulaiman, ratu Saba', Nabi Yusuf, sahabat Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Anas bin Malik dan lainnya. Namun secara umum manusia itu semakin sombong karena semakin bertambah harta.

- Maka yang lebih buruk dari itu semua adalah kaum miskin yang sombong. Sudah melarat, sombong. Sudah gak punya, angkuh....Fatal sudah.

ﻛَﻠَّﺂ ﺇِﻥَّ ﭐﻟْﺈِﻧﺴَٰﻦَ ﻟَﻴَﻄْﻐَﻰٰٓ . ﺃَﻥ ﺭَّﺁﻩُ ﺍﺳْﺘَﻐْﻨَﻰ ‏(ﺍﻟﻌﻠﻖ 6-7‏)

"Sekali² tidak, sesungguhnya manusia itu sungguh melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup” (Qs al-‘Alaq: 6-7)

- Ayat ini secara dhohir menunjukkan 'perasaan sudah merasa kaya, sudah cukup mumpuni, membuat dia sombong.

- Sebagaimana alkisah tiga pemuda di zaman Bani Isroil. Seorang *sopak* , seorang *botak,* dan seorang *buta.* Ketiga²nya dahulunya sama² miskin, kéré, melarat, dan fakir kwadrat.

- *Si sopak* ingin dikembalikan kulitnya agar menjadi bagus. Maka malaikatpun datang kepadanya untuk menguji dia. Akhirnya permintaannya dikabulkan kulit tubuhnya kembali menjadi bagus. Dia diberi oleh malaikat modl harta berupa unta.

- *Si botak* diuji oleh malaikat yang menyamar. Si botak yang paling dia inginkan di dunia ini berupa rambut yang bagus. Keinginannya pun terkabulkan. Akhirnya malaikat memberi bonus harta berup sapi kepadanya.

- Yang ketiga malaikat datang kepada *si buta matanya.* Si buta ditanya apa keinginannya. Dia minta agar kembali bisa melihat sebagaimana manusia bisa melihat. Akhirnya keinginannya terkabulkan. Dia diberi bonus harta berupa kambing. Sebagai modal usaha bisnisnya.

- Dalam perjalanan waktu..... hanya *si buta* yang tidak lupa untuk terus bersyukur. Harta kekayaannya tidak membuatnya lalai dari beribadah kepada Robbul 'alamin.

Sebaliknya, *si sopak* dan *si botak* lupa diri. Terfitnah dengan harta. Jumlah unta dan sapinya yang kian berkembang dan melimpah. Semakin bertambah omset semakin membuatnya lalai dari ibadah. (Ringkasan hadits Bukhori - Muslim)

*Pelajaran Untuk Generasi Sesudahnya*

Demikian itu gambaran bagi generasi sesudahnya hingga sekarang. Betapa banyak manusia terfitnah dengan harta kekayaan.

- Dahulu ketika masih dalam kondisi miskin sangat sopan, ramah tamah, rendah hati, menghormati orang. *Tapi* begitu kaya berubah jadi angkuh, tidak sopan, tinggi hati penuh gengsi. Sudah lupa orang 'kamu siapa ya'. Gampang memaki 'hartamu itu ndak ada apa²nya dibanding hartaku'. Sudah tidak bisa lagi buka pintu mobil. Sudah tidak bisa lagi membuka pagar rumah. Hanya klakson mobilnya yang bunyi².....thitt......thiittt....thitt......thiittt.... Sudah tidak bisa bikin kopi sendiri, sudah tidak bisa sikat sepatu sendiri, tidak bisa kumpul mengaji lagi seperti dahulu.

- Dahulu kala masih melarat begitu dekatnya kepada ibadah. Sholat malam dalam gelap kesunyian. Munajat dan do'a penuh harapan. Kala berdo'a mengangkat tangan bergetar penuh ketakutan jika do'anya tidak dilabulkan. Sholat² sunnah bisa dengan khusyuk berpeluh tangisan. Tangis pilu mengadukan segala hajat kebutuhan. Meratap dan mengadukan segala nestapa; tentang kemiskinannya, tentang rasa lapar anak- istrinya, tentang berasnya yang habis, tentang pulsa listriknya yang kedip², tentang tali sandalnya yang sudah usang,tentang betapa keterluan nasib dirinya, tentang hutangnya yang menumpuk, tentang dompetnya yang kosong duit, tentang beratnya ekonomi, tentang sulitnya kebutuhan ini dan itu. Di saat seperti ini do'a dia tidak main², dzikir dan istigfarnya tidak pernah lepas, ibadahnya terjaga. Akhlaknya baik dan lembut luar biasa.

- Dahulu saat masih miskin uang sedikit, rendah hati. Tidak berani menghina orang. Mau berbicarapun sangat hati². Jangankan protes, mau usul saja berfikir seribu kali. Namun begitu kaya sedikit saja sikapnya sudah berubah. Gampang menghina orang, bicara ceplas- ceplos tanpa mikir, tidak hati² dalam interaksi. Suka pamer harta kekayaan. Cara jalannya sudah lain, gaya pakaiannya sudah lain, kalau bicara sudah berlagak, suka menonjolkan diri. Sudah tidak begitu membutuhkan 'ibadah' sebagaimana dahulu.


- Namun, gara² fitnah harta.... seseorang bisa lupa ibadahnya seperti di atas. Katanya dulu saat masih miskin berjanji kalau diberi kendaraan akan rajin sholat ke masjid. Eeee....begitu dapat motor, masjidpun sering kelewatan, sholat jumat pun ketinggalan. Dulu berdoa jika saja diberi harta akan berinfak. Begitu harta melimpah infaqpun semakin itung²an. Zakat harta pun pura² lupa. Dahulu ketika sama² tidak punya apa² terasa begitu dekat persaudaraan dan kedekatan interaksi. Begitu masing² punya harta berupah saling mendengki. Ada orang dekat mobilnya diusir.... jauh² kau dari mobilku....awas kalau rusak apa kau mau ganti pakai dengkul lu....!. Ada pengemis datang ke rumahnya begitu tega diintrogasi.....'mana surat izin resmi surat keterangan dari RT setempat ?, 'makanya kerja bro.....enak saja minta².....pakai otakmu'. Wal'iyadzu billah.

Demikianlah bahaya fitnah harta dunia. Kita berlindung kepada Allah dari sifat thogha' (melampau batas) karena harta kekayaan. Semoga kita semakin banyak bersyukur dengan harta kekayaan. Semoga bermanfaat. Amiin.

أبو حسن

Tidak ada komentar :

Posting Komentar