Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Kamis, 08 Maret 2018

Hakekat Dunia

📝 🇭 🇦 🇰 🇪 🇰 🇦 🇹 .🇩 🇺 🇳 🇮 🇦

 Allah berfirman,

ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ
‏[ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ : 185 ]

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.”

 *Sifat dunia itu menipu* :

( ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻥَّ ﻭَﻋْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖٌّ ۖ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻐُﺮَّﻧَّﻜُﻢُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ۖ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐُﺮَّﻧَّﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻐَﺮُﻭﺭُ ) [Surat Fatir 5]

"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdaya kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang menipu, memperdayakan kamu tentang Allah"

▪️ *Harta dunia seperti obat penenang.* Ibnu Utsaimin berkata :

هذه المسرات " في الدنيا " هي كالدواء المهدئ إذا انتهى مفعوله عاد الألم أشد . [شرح الكافية الشافية 4/473]

"Semua kesenangan 'dunia' ini bagaikan obat penenang sementara. Jika habis khasiatnya maka kembali lagi rasa sakitnya bahkan lebih sakit"

▪️ Ibnu Samak berkata :
من أذاقته الدنيا حلاوتها لميله إليها جرعته الآخرة مرارتها بتجافيه عنها. [ذم الدنيا لابن أبي الدنيا 278]

"Siapa yang mengecap manisnya dunia untuk condong cenderung kepadanya membahayakan akhirat dengan kepahitannya karena jauhnya dari (beramal) akhirat"

▪️ *Harta dunia itu juga menimbulkan kesedihan.* Imam Hasan alBashri berkata :
إنما الدنيا غموم وهموم. [الزهد لابن أبي الدنيا 478]

"Sesungguhnya dunia ini penuh kesedihan dan duka nestapa"

▪️ *Dunia itu disertai musibah.* Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jawziyyah - berkata,

ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺴﻠﻒ : ﻣﻦ ﺃﺣﺐ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻠﻴﻮﻃﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﻤﻞ ﺍﻟﻤﺼﺎﺋﺐ ﻭﻣﺤﺐ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻻ ﻳﻨﻔﻚ ﻣﻦ ﺛﻼﺙ : ﻫﻢ ﻻﺯﻡ ﻭﺗﻌﺐ ﺩﺍﺋﻢ ﻭﺣﺴﺮﺓ ﻻ ﺗﻨﻘﻀﻲ ﻭﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﻣﺤﺒﻬﺎ ﻻ ﻳﻨﺎﻝ ﻣﻨﻬﺎ ﺷﻴﺌﺎ ﺇﻻ ﻃﻤﺤﺖ ﻧﻔﺴﻪ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻓﻮﻗﻪ

“Sebagian Salaf berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia, maka hendaknya ia mempersiapkan diri untuk menanggung musibah-musibah. Pecinta dunia tak akan lepas dari tiga perkara: kegalauan yang terus-menerus, rasa penat yang berkelanjutan dan penyesalan yang pernah kunjung putus. Demikian itu karena pencinta dunia, tidak meraih sesuatu apapun dari dunia, kecuali jiwanya akan memandang (dengan penuh harap) kepada sesuatu yang lebih lagi dari itu”. (Ighotsah Al-Lahfan: 1/37)

▪️ *Harta dunia itu seperti pengantin.* Al-Imam Al-Hasan bin Abil Hasan Al-Bashriy berkata,

ﻫﻲ ﻛﺎﻟﺴﻢ ﻳﺄﻛﻠﻪ ﻣﻦ ﻻ ﻳﻌﺮﻓﻪ ﻭﻫﻮ ﺣﺘﻔﻪ ﻓﻜﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﻛﺎﻟﻤﺪﺍﻭﻱ ﻟﺠﺮﺍﺣﺘﻪ ﻳﺤﺘﻤﻲ ﻗﻠﻴﻼ ﻣﺨﺎﻓﺔ ﻣﺎ ﻳﻜﺮﻩ ﻃﻮﻳﻼ ﻭﻳﺼﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﺷﺪﺓ ﺍﻷﺫﻯ ﻣﺨﺎﻓﺔ ﻃﻮﻝ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﻭﺍﺣﺬﺭ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭ ﺍﻟﻐﺮﺍﺭﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﻗﺪ ﺯﻳﻨﺖ ﺑﺨﺪﻋﻬﺎ ﻭﺗﺤﻠﺖ ﺑﺂﻣﺎﻟﻬﺎ ﻭﺗﺸﻮﻗﺖ ﻟﺨﻄﺎﺑﻬﺎ ﻭﻓﺘﻨﺖ ﺑﻐﺮﻭﺭﻫﺎ ﻓﺄﺻﺒﺤﺖ ﻛﺎﻟﻌﺮﻭﺱ ﺍﻟﻤﺤﻼﺓ ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻧﺎﻇﺮﺓ ﻭﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻭﺍﻟﻬﺔ ﻭﺍﻟﻨﻔﻮﺱ ﻟﻬﺎ ﻋﺎﺷﻘﺔ ﻭﻫﻲ ﻷﺯﻭﺍﺟﻬﺎ ﻛﻠﻬﻢ

“Dunia ibarat racun yang dimakan oleh orang yang tak mengenal racun. Padahal racun itu akan membunuhnya. Jadilah engkau di dunia ini laksana orang yang mengobati lukanya, ia berpantang (menghindar) sementara dari sesuatu yang ia benci dalam waktu lama serta bersabar di atas kerasnya rasa sakit, karena khawatir terhadap lamanya bala’. Waspadailah kampung yang menipu ini, kampung yang terhiasi dengan tipuan-tipuan, berhias dengan angan-angan dunia dan menampakkan kerinduan kepada para peminangnya serta ia (dunia) menggoda dengan segala kepalsuannya. Jadilah dunia laksana pengantin yang terhiasi, mata-mata memandang kepadanya, hati rindu kepadanya, dan jiwa amat cinta kepadanya. Sedang ia (dunia) memang untuk semua suaminya (yakni, pencintanya)”. [HR. Abu Nu’aim dalam Hilyah Al-Awliyaa’ (6/313

🔴 Dunia memang berbahaya di saat seseorang terlena dengan keindahan dan gelamor kenikmatannya. Sebab dunia akan menguasai hati dan membuat kita lupa dari tujuan hakiki, yaitu kampung akhirat.

🔴 *Dunia ini bagaikan ular kobra* Abu Syuja’ -rahimahullah- berkata,

ﻛَﺘَﺐَ ﻋَﻠِﻲُّ ﺑْﻦُ ﺃَﺑِﻲ ﻃَﺎﻟِﺐٍ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﻠْﻤَﺎﻥَ ﺍﻟْﻔَﺎﺭِﺳِﻲِّ : ” ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ، ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﺤَﻴَّﺔِ ﻟَﻴِّﻦٌ ﻣَﺴُّﻬَﺎ ﻳَﻘْﺘُﻞُ ﺳُﻤُّﻬَﺎ ، ﻓَﺄَﻋْﺮِﺽْ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﻌْﺠِﺒُﻚَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻟِﻘِﻠَّﺔِ ﻣَﺎ ﻳَﺼْﺤَﺒُﻚَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ، ﻭَﺿَﻊْ ﻋَﻨْﻚَ ﻫُﻤُﻮﻣَﻬَﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺃَﻳْﻘَﻨْﺖَ ﻣِﻦْ ﻓِﺮَﺍﻗَﻬَﺎ ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺃَﺷَﺮَّ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﻟَﻬَﺎ ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺻَﺎﺣِﺒَﻬَﺎ ﻗَﻠَّﻤَﺎ ﺍﻃْﻤَﺄَﻥَّ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺳُﺮُﻭﺭٍ ﺃَﺷْﺨَﺼَﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﻜْﺮُﻭﻩٌ ﻭَﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ” .

“Ali bin Abi Tholib pernah menulis surat kepada Salman Al-Farisiy, “Adapun selanjutnya, maka hanyalah *perumpaan dunia laksana ular, yang lembut bila disentuh, namun (di dalamnya) racunnya membunuh.* Karenanya, berpalinglah dari sesuatu yang menakjubkanmu dari dunia tersebut, karena sedikitnya sesuatu dari dunia yang akan menemanimu. Buanglah dari dirimu kerisauan-kerisauan dunia, karena kamu yakin pasti akan meninggalkannya. Akan tetapi, sesuatu yang terburuk adalah sesuatu untuk dunia. Karena, pemilik (pencinta) dunia, jarang sekali merasa condong di dalamnya kepada kebahagiaan. Dia hanya disambut oleh sesuatu yang ia benci. Wassalam”. [HR. Al-Baihaqiy, Syu’abul Iman: 13/179)]

🔴 *Dunia itu laksana nenek sihir* yang mampu merusak hubungan di antara manusia. Bahkan dunia lebih kuat pengaruhnya dibandingkan tukang sihir tersebut. Sebab, dunia mampu memutuskan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Alangkah banyaknya orang-orang yang dulu taat dan dekat berbakti kepada Allah. Namun dengan pengaruh kecintaan dan kegilaan terhadap harta dunia ia pun memutuskan segala ketaatannya kepada Allah. Walaupun lisan dan hatinya yang sudah terborgol dunia akan berkilah, “Kami berusaha meraih target2 dunia dengan berbagai rupanya namun demi mencapai ridhonya”. Sungguh ini adalah kedustaan yang membinasakan pemiliknya, sehingga tak heran bila orang yang berkilah seperti ini semakin hari semakin jauh dari kebaikan, ditimpa berbagai macam cobaan, diberi kesempitan hati –walaupun lahiriahnya memiliki kelapangan, keluasan dan kesibukan. Namun hatinya sempit akibat ia dikuasai oleh dunia yang hina, dunia yang akan melalaikannya dari mengingat Tuhannya. (Tashliyah Ahlil Mushob hal. 248)

🔴 Dengan alasan sibuk menangani urusan dunia, menyelesaikan target², project² yang belum kelar, tugas², kewajiban, tagihan, finishing program, realisasi perencanaan, akselerasi implementasi dan masalah² managemen.

🔴 Kondisi serba berkecukupan, dan kaya tak jarang membuat seseorang lupa daratan, melampaui batas dan sombong, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an tentang seorang yang bernama Qorun, seorang kaya raya dari Bani Israil yang telah melampaui batas lagi sombong.

🔴 Allah berfirman,

ﺇِﻥَّ ﻗَﺎﺭُﻭﻥَ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻡِ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻓَﺒَﻐَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﺁَﺗَﻴْﻨَﺎﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜُﻨُﻮﺯِ ﻣَﺎ ﺇِﻥَّ ﻣَﻔَﺎﺗِﺤَﻪُ ﻟَﺘَﻨُﻮﺀُ ﺑِﺎﻟْﻌُﺼْﺒَﺔِ ﺃُﻭﻟِﻲ ﺍﻟْﻘُﻮَّﺓِ ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﻗَﻮْﻣُﻪُ ﻟَﺎ ﺗَﻔْﺮَﺡْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻔَﺮِﺣِﻴﻦَ ‏( 76 ‏) ﻭَﺍﺑْﺘَﻎِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺁَﺗَﺎﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺪَّﺍﺭَ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮَﺓَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﺲَ ﻧَﺼِﻴﺒَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺃَﺣْﺴِﻦْ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺒْﻎِ ﺍﻟْﻔَﺴَﺎﺩَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﻔْﺴِﺪِﻳﻦَ ‏( 77 ‏) ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃُﻭﺗِﻴﺘُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻋِﻠْﻢٍ ﻋِﻨْﺪِﻱ ﺃَﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻢْ ﺃَﻥ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺪْ ﺃَﻫْﻠَﻚَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮُﻭﻥِ ﻣَﻦْ ﻫُﻮَ ﺃَﺷَﺪُّ ﻣِﻨْﻪُ ﻗُﻮَّﺓً ﻭَﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺟَﻤْﻌًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺴْﺄَﻝُ ﻋَﻦْ ﺫُﻧُﻮﺑِﻬِﻢُ ﺍﻟْﻤُﺠْﺮِﻣُﻮﻥَ ‏( 78 ‏) ﻓَﺨَﺮَﺝَ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﻓِﻲ ﺯِﻳﻨَﺘِﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻳَﺎ ﻟَﻴْﺖَ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﺃُﻭﺗِﻲَ ﻗَﺎﺭُﻭﻥُ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﺬُﻭ ﺣَﻆٍّ ﻋَﻈِﻴﻢٍ ‏( 79 ‏) ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻭَﻳْﻠَﻜُﻢْ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟِﻤَﻦْ ﺁَﻣَﻦَ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻠَﻘَّﺎﻫَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮُﻭﻥَ ‏( 80 ‏)

“Sesungguhnya Qorun adalah termasuk kaum Musa. Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu berbangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qorun berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qorun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada
Qorun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”.
(QS. Al-Qoshash :73-80)


🔴 Al-Imam Al-Qurtubiy -rahimahullah- berkata,
“Allah menerangkan (dalam ayat-ayat tersebut) bahwa Qorun telah diberi perbendaharaan harta yang amat banyak hingga ia lupa diri. Semua yang dimilikinya itu tidak mampu menyelamatkannya dari azab Allah -Ta’ala- sebagaimana pula yang telah dialami oleh Fir’aun”. (Al-Jami liAhkamil-Qur’an: 13/321)

🔴 Allah -Ta’ala- berfirman,
ﻭَﺗُﺤِﺒُّﻮﻥَ ﺍﻟْﻤَﺎﻝَ ﺣُﺒًّﺎ ﺟَﻤًّﺎ ‏[ ﺍﻟﻔﺠﺮ 20‏]

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (QS.Al-Fajr : 20)

🔴 Perumpamaan bagi orang-orang yang dilanda penyakit cinta dunia, laksana orang yang diberi air di tengah gurun pasir yang tandus. Jika ia diberi setenguk, maka ia ingin selanjutnya sampai perutnya kembung.

🔴 Nabi [] bersabda,

ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﻟِﺎﺑْﻦِ ﺁﺩَﻡَ ﻭَﺍﺩِﻳًﺎ ﻣِﻦْ ﺫَﻫَﺐٍ ﺃَﺣَﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻟَﻪُ ﻭَﺍﺩِﻳَﺎﻥِ ﻭَﻟَﻦْ ﻳَﻤْﻠَﺄَ ﻓَﺎﻩُ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﺘُّﺮَﺍﺏُ ﻭَﻳَﺘُﻮﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﺗَﺎﺏَ

“Andai anak cucu Adam memiliki sebuah lembah emas, maka ia menginginkan agar ia memiliki dua lembah emas. Tak ada yang bisa memenuhi (menutupi) mulutnya, kecuali tanah (kuburan). Allah akan memberikan tobat kepada orang yang bertobat”. [HR. Al-Bukhoriy, Ar-Riqoq no. 6439), dan At-Tirmidzi, Az-Zuhd (2337)]

🔴 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy [] berkata usai membawakan beberapa hadits yang semakna dengan hadits di atas dari sahabat yang berbeda,

“Di dalam hadits-hadits yang ada dalam bab ini terdapat celaan terhadap sikap ambisius, rakus dan serakah pada harta. Dari sinilah mayoritas salaf lebih mengutamakan untuk mengambil sedikit (seadanya) dari dunia, merasa cukup dengan harta yang sedikit, dan ridho terhadap sesuatu ala kadarnya”. [Fathul Bari: 11/310 Ibnu Hajar, cet. Darus Salam]


ــــــ ❉ ❉ ❉ ❉ ❉ ــــــ
Semoga bermanfaat. Amiin.
أبو حسن
.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar