










# *10 Alasan Kenapa Laki-Laki wajib Shalat Berjamaah Di Masjid*

1. *Allah yang langsung memerintahkan dalam al-Quran agar shalat berjamaah.*
Allah Ta’ala berfirman,
Allah Ta’ala berfirman,
ﻭَﺃَﻗِﻴﻤُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻭَﺀَﺍﺗُﻮﺍ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓَ ﻭَﺍﺭْﻛَﻌُﻮﺍ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺮَّﺍﻛِﻌِﻴﻦَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (Al-Baqarah: 43)

، ﻓﻼ ﺑﺪ ﻟﻘﻮﻟﻪ } ﻣﻊ ﺍﻟﺮﺍﻛﻌﻴﻦ { ﻣﻦ ﻓﺎﺋﺪﺓ ﺃﺧﺮﻯ ﻭﻟﻴﺴﺖ ﺇﻻ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻣﻊ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ ﻭﺍﻟﻤﻌﻴﺔ ﺗﻔﻴﺪ ﺫﻟﻚ
“makna firman Allah “ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’, faidahnya yaitu tidaklah dilakukan kecuali secara bersama jamaah yang shalat dan bersama-sama.”[1]
2. Meski *saat-saat perang berkecamuk, tetap diperintahkan shalat berjamaah.* Yaitu sholat khouf. Maka apalagi suasana aman dan tentram. Dan ini perintah langsung dari Allah dalam al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻛُﻨﺖَ ﻓِﻴﻬِﻢْ ﻓَﺄَﻗَﻤْﺖَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻓَﻠْﺘَﻘُﻢْ ﻃَﺂﺋِﻔَﺔُُ ﻣِّﻨْﻬُﻢ ﻣَّﻌَﻚَ ﻭَﻟِﻴَﺄْﺧُﺬُﻭﺍ ﺃَﺳْﻠِﺤَﺘَﻬُﻢْ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺳَﺠَﺪُﻭﺍ ﻓَﻠْﻴَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻣِﻦ ﻭَﺭَﺁﺋِﻜُﻢْ ﻭَﻟْﺘَﺄْﺕِ ﻃَﺂﺋِﻔَﺔٌ ﺃُﺧْﺮَﻯ ﻟَﻢْ ﻳُﺼَﻠُّﻮﺍ ﻓَﻠْﻴُﺼَﻠُّﻮﺍ ﻣَﻌَﻚَ ﻭَﻟْﻴَﺄْﺧُﺬُﻭﺍ ﺣِﺬْﺭَﻫُﻢْ ﻭَﺃَﺳْﻠِﺤَﺘَﻬُﻢ ْ ﻭَﺩَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻟَﻮْ ﺗَﻐْﻔُﻠُﻮﻥَ ﻋَﻦْ ﺃَﺳْﻠِﺤَﺘِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻣْﺘِﻌَﺘِﻜُﻢ ْ ﻓَﻴَﻤِﻴﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢ ﻣَّﻴْﻠَﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻭَﻻَ ﺟُﻨَﺎﺡَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﻥ ﻛَﺎﻥَ ﺑِﻜُﻢْ ﺃَﺫًﻯ ﻣِّﻦ ﻣَّﻄَﺮٍ ﺃَﻭْ ﻛُﻨﺘُﻢ ﻣَّﺮْﺿَﻰ ﺃَﻥ ﺗَﻀَﻌُﻮﺍ ﺃَﺳْﻠِﺤَﺘَﻜُﻢْ ﻭَﺧُﺬُﻭﺍ ﺣِﺬْﺭَﻛُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃَﻋَﺪَّ ﻟِﻠْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﻣُّﻬِﻴﻨًﺎ
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu.” (An-Nisa’ 102)

ﻓﻔﻲ ﺃﻣﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺈﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﺨﻮﻑ : ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﺍﻷﻣﻦ ﺃﻭﺟﺐ .
“pada perintah Allah untuk tetap menegakkan shalat jamaah ketika takut (perang) adalah dalil bahwa shalat berjamaah ketika kondisi aman lebih wajib lagi.”[2]

ﻭﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﺮﺽ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻋﻴﺎﻥ ﺇﺫ ﻟﻢ ﻳﺴﻘﻄﻬﺎ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﺔ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺑﻔﻌﻞ ﺍﻷﻭﻟﻰ ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺳﻨﺔ ﻟﻜﺎﻥ ﺃﻭﻟﻰ ﺍﻷﻋﺬﺍﺭ ﺑﺴﻘﻮﻃﻬﺎ ﻋﺬﺭ ﺍﻟﺨﻮﻑ ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﺮﺽ ﻛﻔﺎﻳﺔ ﻟﺴﻘﻄﺖ ﺑﻔﻌﻞ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﺔ ﺍﻷﻭﻟﻰ … ﻭﺃﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺮﺧﺺ ﻟﻬﻢ ﻓﻲ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﺨﻮﻑ
“Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu ain bukan hanya sunnah atau fardhu kifayah, Seandainya hukumnya sunnah tentu keadaan takut dari musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan fardhu kifayah karena Allah menggugurkan kewajiban berjamaah atas rombongan kedua dengan telah berjamaahnya rombongan pertama… dan Allah tidak memberi keringanan bagi mereka untuk meninggalkan shalat berjamaah dalam keadaan ketakutan (perang).“[3]
3. *Orang buta yang tidak ada penuntun ke masjid tetap di perintahkan shalat berjamaah ke masjid jika mendengar adzan,* maka bagaimana yang matanya sehat?
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhudia berkata,
ﺃَﺗَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﻋْﻤَﻰ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻲ ﻗَﺎﺋِﺪٌ ﻳَﻘُﻮﺩُﻧِﻲ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻓَﺴَﺄَﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻥْ ﻳُﺮَﺧِّﺺَ ﻟَﻪُ ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲَ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﻓَﺮَﺧَّﺺَ ﻟَﻪُ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻭَﻟَّﻰ ﺩَﻋَﺎﻩُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻫَﻞْ ﺗَﺴْﻤَﻊُ ﺍﻟﻨِّﺪَﺍﺀَ ﺑِﺎﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻗَﺎﻝَ ﻧَﻌَﻢْ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﺟِﺐْ
“Seorang buta pernah menemui Nabi [] dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah [] untuk shalat di rumah saja, maka beliaupun memberikan keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliau kembali bertanya, “Apakah kamu mendengar panggilan (azan)?” laki-laki itu menjawab, “ya.” Beliau bersabda, *“Penuhilah seruan azan (hadiri jamaah shalat)* .”[4]

ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓُ ﺍﻟْﻬَﻮَﺍﻡِّ ﻭَﺍﻟﺴِّﺒَﺎﻉِ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - « ﺃَﺗَﺴْﻤَﻊُ ﺣَﻰَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ ﺣَﻰَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﻼَﺡِ ﻓَﺤَﻰَّ ﻫَﻼَ ».
“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali hewan liar dan binatang buas. Nabi [] bersabda, “Apakah kamu mendengar adzan hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan tersebut”.”[5]
4. wajib shalat berjamaah di masjid jika mendengar adzan.
Sabda Rasulullah ,
ﻣَﻦْ ﺳَﻤِﻊَ ﺍﻟﻨِّﺪَﺍﺀَ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺄْﺗِﻪِ ﻓَﻠَﺎ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻣِﻦْ ﻋُﺬْﺭٍ
“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali bila ada uzur.” [6]
5. Rasulullah memberikan *ancaman kepada laki-laki yang tidak shalat berjamaah di masjid dengan membakar rumah mereka.*
Rasulullah [] bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺃَﺛْﻘَﻞَ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀِ ﻭَﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ ﻭَﻟَﻮْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﻣَﺎ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﻟَﺄَﺗَﻮْﻫُﻤَﺎ ﻭَﻟَﻮْ ﺣَﺒْﻮًﺍ ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻫَﻤَﻤْﺖُ ﺃَﻥْ ﺁﻣُﺮَ ﺑِﺎﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻓَﺘُﻘَﺎﻡَ ﺛُﻢَّ ﺁﻣُﺮَ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲَ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺱِ ﺛُﻢَّ ﺃَﻧْﻄَﻠِﻖَ ﻣَﻌِﻲ ﺑِﺮِﺟَﺎﻝٍ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺣُﺰَﻡٌ ﻣِﻦْ ﺣَﻄَﺐٍ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﺎ ﻳَﺸْﻬَﺪُﻭﻥَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻓَﺄُﺣَﺮِّﻕَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺑُﻴُﻮﺗَﻬُﻢْ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺭِ
“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.”[7]

ﻭﻓﻲ ﺍﻫﺘﻤﺎﻣﻪ ﺑﺄﻥ ﻳﺤﺮﻕ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﻡ ﺗﺨﻠﻔﻮﺍ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﻴﻮﺗﻬﻢ ﺃﺑﻴﻦ ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺏ ﻓﺮﺽ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ
“keinginan beliau (membakar rumah) orang yang tidak ikut shalat berjamaah di masjid merupakan dalil yang sangat jelas akan wajib ainnya shalat berjamaah di masjid”[8]
6. Tidak shalat berjamaah di masjid di anggap “munafik” oleh para sahabat.

ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻨَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺘَﺨَﻠَّﻒُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣُﻨَﺎﻓِﻖٌ ﻣَﻌْﻠُﻮﻡُ ﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻳُﺆْﺗَﻰ ﺑِﻪِ ﻳُﻬَﺎﺩَﻯ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻠَﻴْﻦِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺎﻡَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﻒِّ
“Menurut pendapat kami (para sahabat), tidaklah seseorang itu tidak hadir shalat jamaah, melainkan dia seorang munafik yang sudah jelas munafiknya. Sungguh dahulu seseorang dari kami harus dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan si shaff (barisan) shalat yang ada.”[9]
7. *Shalat berjamaah mendapat pahala lebih banyak 25 atau 27 kali lebih banyak*
Rasulullah bersabda,
ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦْ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻔَﺬِّ ﺑِﺴَﺒْﻊٍ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳﻦَ ﺩَﺭَﺟَﺔً
“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat.”[10]
ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﺗَﻌْﺪِﻝُ ﺧَﻤْﺴًﺎ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻔَﺬِّ
“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 25 derajat.”[11]

8. *Keutamaan shalat berjamaah yang banyak.*
Rasulullah bersabda,
ﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀَ ﻓِﻲ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔٍ ﻛَﺎﻥَ ﻛَﻘِﻴَﺎﻡِ ﻧِﺼْﻒِ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻭَﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀَ ﻭَﺍﻟْﻔَﺠْﺮَ ﻓِﻲ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔٍ ﻛَﺎﻥَ ﻛَﻘِﻴَﺎﻡِ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ
“Barang siapa shalat isya dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat setengah malam. Barang siapa shalat isya dan subuh dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat semalam penuh.”[12]
9. *Orang yang tidak shalat berjamaah akan dikuasai oleh setan*
Rasulullah bersabda,
ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ ﻓِﻲ ﻗَﺮْﻳَﺔٍ ﻭَﻟَﺎ ﺑَﺪْﻭٍ ﻟَﺎ ﺗُﻘَﺎﻡُ ﻓِﻴﻬِﻢْ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﺇِﻟَّﺎ ﻗَﺪْ ﺍﺳْﺘَﺤْﻮَﺫَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﺎﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺄْﻛُﻞُ ﺍﻟﺬِّﺋْﺐُ ﺍﻟْﻘَﺎﺻِﻴَﺔَ
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itutetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).”[13]
10. *Amal yang pertama kali dihisab adalah shalat,* jika baik maka seluruh amal baik dan sebaliknya, apakah kita pilih shalat yang sekedarnya saja atau meraih pahala tinggi dengan shalat berjamaah?
Nabi bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢْ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺟَﻞَّ ﻭَﻋَﺰَّ ﻟِﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﺃَﺗَﻤَّﻬَﺎ ﺃَﻡْ ﻧَﻘَﺼَﻬَﺎ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻛُﺘِﺒَﺖْ ﻟَﻪُ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻧْﺘَﻘَﺺَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ ﻟِﻌَﺒْﺪِﻱ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻉٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺗَﻄَﻮُّﻉٌ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺗِﻤُّﻮﺍ ﻟِﻌَﺒْﺪِﻱ ﻓَﺮِﻳﻀَﺘَﻪُ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻋِﻪِ ﺛُﻢَّ ﺗُﺆْﺧَﺬُ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﺍﻛُﻢْ
“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui,“Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.”[14]


ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻼ ﺍﺭﺧﺺ ﻓﻲ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﺇﻻ ﻣﻦ ﻋﺬﺭ
“Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.”[15]

- sakit keras yang tidak mungkin sholat di masjid,
- sedang travel perjalanan jauh,
- tinggal di suatu negeri yang tidak ada masjid atau sholat jama'ah,
- Hujan badai yang sangat lebat
- Menghadapi situasi bahaya seperti sedang terjadi kebakaran, atau banjir bandang
- dalam suasana kacau, yang bisa mengancam keselamatan nyawa, harta atau keluarga
- sedang berhajat yakni buang air besar dan kecil.
- tidur (atau pingsan) yang tidak mendengar Suara azan. Tapi bukan pura² tidur.
- melakukan pernikahan.
- dalam situasi emergensi seperti dokter yang menangani nyawa pasien, ibu melahirkan, atau kecelakaan gawat darurat. Atau petugas penerbangan (pilot). Dan sebagainya sejenisnya.
Adapun diluar situasi dan kondisi yang sangat emergensi seperti di atas maka tidak ada rukhsoh baginya untuk absent sholat berjama'ah.

1. Memenuhi panggilan azan dengan niat untuk melaksanakan shalat berjamaah.
2. Bersegera untuk shalat di awal waktu.
3. Berjalan menuju ke masjid dengan tenang (tidak tergesa-gesa).
4. Masuk ke masjid sambil berdoa.
5. Shalat tahiyyatul masjid ketika masuk masjid. Jika masih afa waktunya. Semua ini dilakukan dengan niat untuk melakukan shalat berjamaah.
6. Menunggu jamaah (yang lain).
7. Doa malaikat dan permohonan ampun untuknya.
8. Persaksian malaikat untuknya.
9. Memenuhi panggilan iqamat.
10. Terjaga dari gangguan setan karena setan lari ketika iqamat dikumandangkan.
11. Berdiri menunggu takbirnya imam.
12. Mendapati takbiratul ihram.
13. Merapikan shaf dan menutup celah (bagi setan).
1 4 . Menjawab imam saat mengucapkan sami’allah.
15. Secara umum terjaga dari kelupaan.
16. Akan memperoleh kekhusyukan dan selamat dari kelalaian.
17. Memposisikan keadaan dengan cara bagus.
18. Mendapatkan naungan malaikat.
19. Melatih untuk memperbaiki bacaan al-Qur’an.
20. Menampakkan syiar Islam.
21. Membuat marah (merendahkan) setan dengan berjamaah di atas ibadah, saling ta’awun di atas ketaatan, dan menumbuhkan rasa giat bagi orang orang yang malas.
22. Terjaga dari sifat munafik.
23. Mengikuti gerakan imam.
24. Mengambil manfaat dengan berjamaah atas doa dan zikir serta kembalinya berkah orang yang mulia kepada orang yang lebih rendah.
25. Terwujudnya persatuan dan persahabatan antar tetangga dan terwujudnya pertemuan setiap waktu shalat. Terhindar dari kecurigaan, dengki dan sak prasangka karena sudah akrab dan saling kenal.
26. Diam dan mendengarkan dengan saksama bacaan imam serta mengucapkan “amiin” saat imam membaca “amiin”, agar bertepatan dengan ucapan amin para malaikat.[16]
Masih banyak dalil-dalil lainnya mengenai wajib dan keutamaan shalat berjamaah di masjid.

*Maroji'

[1] Ash-Shalatu wa hukmu tarikihahal. 139-141
[2] Al- Ausath 4/135
[3] Kitab Sholah hal. 138, Ibnu Qoyyim
[4] HR. Muslim no. 653
[5] HR. Abu Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih
[6] HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 1077 dan Irwa’ al-Ghalil no. 551
[7] HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651
[8] Al-Ausath 4/134
[9] HR. Muslim no. 654
[10] HR. Bukhari
[11] HR. Muslim
[12] Fathul Bari 2/154—157
[13] HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi
[14] HR. Abu Daud no. 964, At-Tirmizi no. 413 dishahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2571
[15] Ash Shalah wa Hukmu Tarikihahal. 107
[16] Syarh al-Bukhari, al-‘Utsaimin, 3/62, Fathul Bari, 2/154—157,
[2] Al- Ausath 4/135
[3] Kitab Sholah hal. 138, Ibnu Qoyyim
[4] HR. Muslim no. 653
[5] HR. Abu Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih
[6] HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 1077 dan Irwa’ al-Ghalil no. 551
[7] HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651
[8] Al-Ausath 4/134
[9] HR. Muslim no. 654
[10] HR. Bukhari
[11] HR. Muslim
[12] Fathul Bari 2/154—157
[13] HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi
[14] HR. Abu Daud no. 964, At-Tirmizi no. 413 dishahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2571
[15] Ash Shalah wa Hukmu Tarikihahal. 107
[16] Syarh al-Bukhari, al-‘Utsaimin, 3/62, Fathul Bari, 2/154—157,

Tidak ada komentar :
Posting Komentar