Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Selasa, 06 Maret 2018

Mencocoki Sunnah

👆 mencocoki sunnah


Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله :

"إصابة السنة أفضل من كثرة العمل، ولهذا قال الله تعالى: ( ليبلوكم أيكم أحسن عملاً ) ولم يقل: أكثر.

"Sesuai dengan sunnah lebih utama daripada banyaknya amalan. Oleh karena itulah Allah berfirman : ( *untuk menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalannya* ). Allah tidak berkata *yang paling banyak* "

مثال: سنة الفجر يسن فيها التخفيف، فلو قال إنسان: أنا أريد أن أطيل القراءة ... وأطيل الركوع والسجود ... وقال آخر : أنا أصلي سنة الفجر ركعتين خفيفتين ... فالثاني أفضل؛ لأنه أصاب السنة، واتباع السنة أفضل." (انظر: صـفـة الـصـلاة : 169)

👆 "Misalnya : sholat sunnah fajar sunnahnya dikerjakan secara ringan. Apabila ada *orang pertama* berkata : saya ingin mengerjakannya lebih lama, saya akan lebih lamakan dalam ruku' dan sujud. Sementara *orang kedua* berkata: saya akan kerjakan dua rokaat sholat sunnah fajar secara ringan saja. Maka orang kedua itulah yang lebih baik karena sesuai dengan sunnah. Dan suatu amalan yang sesuai dengan sunnah itu lebih utama"

👆 Demikian pula dzikir dan doa setelah sholat, tasbih, tahmid, takbir masing² dibaca 33 kali. Jika dibaca lebih banyak dari 50 kali ataupun 100 kali tidaklah lebih utama. Karena tidak sesuai sunnah.

👆 Demikian pula sholat dhuhur, secara _qoth'i_ syariatnya 4 roka'at. Jika ditambahi menjadi 7 roka'at tidaklah lebih baik. Karena biarpun banyak namun menyelisihi syariat hasilnya tidaklah lebih baik. Jadi ukurannya tidaklah yang penting banyak.

👆 Ada doa sebelum tidur yang diajarkan oleh Nabi :

ALLOHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIK, WA FAWWADH-TU AMRII ILAIK, WA WAJJAHTU WAJHIYA ILAIK, WA ALJA’TU ZHOHRII ILAIK, ROGH-BATAN WA ROHBATAN ILAIK, LAA MALJA-A WA LAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIK. AAMANTU BI KITAABIKALLADZII ANZALTA WA BI *NABIYYIKAL* LADZII ARSALTA.

👆 Al-Bara’ bin ‘Azib ketika membaca doa ini, tapi dia menyebut “ *WABI ROSULI* KALLADZI ARSALTA”, lantas Nabi [] menegur dengan mengatakan, “Bukan seperti itu wahai Barro', namun bacalah *WABI NABIYYIKAL* LADZII ARSALTA.” (HR. Bukhari, no. 6313 dan Muslim, no. 2710)

👆 Riwayat hadits dalam doa ini menandakan pentingnya ittiba’ pada Nabi [] atau *manut* pada tuntunan beliau ketika berdzikir.

👆 Demikian pula dzikir kepada Allah yang lain, berupa tahlil, istighfar, hauqolah, dan sebagainya sunnahnya dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,


وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الجَهْرِ مِنَ القَوْلِ بِالغُدُوِّ والآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الغَافِلِينَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu *dengan merendahkan diri dan penuh rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,* di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205).

👆 Dalam ayat tersebut disebutkan agar berdzikir *dengan merendahkan diri dan penuh rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,* karena demikian itu lebih sesuai dengan perintah Allah, lebih menunjukkan sikap penuh adab dan pengagungan. Lebih menunjukkan khusyu’, ikhlas, lebih mudah menghimpun hati untuk merendahkan diri, lebih menunjukkan kedekatan, lebih ajeg (kontinu) karena anggota tubuh tidaklah merasa letih (capek) dengan dzikir seperti itu.

👆 Dzikir *dengan merendahkan diri dan penuh rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,* yang lirih lebih selamat dari was-was dibandingkan dengan yang dikeraskan. 
(Disarikan dari Majmu’ Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 15:15-20)




👆 Berbeda dengan dzikir yang bid'ah, yang menyelisihi sunnah ; tahlil dengan menggéléng - géléng kepala, memutar- mutar kepala, goyang kanan, goyang kiri, bahkan ada yang berdzikir mutar² sambil menari tarian tasawuf sufi bodoh _'tarian maramis'_ seperti orang terkena penyakit ayan. Biarpun mereka mutar² sampai mampus tidaklah lebih baik. Atau tahlilan sambil géléng- géléng sampai lepas kepalanya tetap saja tidak lebih baik. Ataupun dzikir hingga ribuan jumlahnya namun dengan cara² yang tidak diajatkan nabi biarpun bibirnya sampai mémblé, giginya rontok, lidahnya lepas, mur- bautnya lepas, engsélnya copot tetap saja tidak lebih utama jika menyelisihi sunnah nabi [].


👆 Demikian pula yang lain. Misalnya lempar jumroh, syariatnya 7 kerikil. Kalau 19 krikil ataupun 11 koral sebesar kepal tidaklah lebih baik . Biar setannya mampus....gué timpuk nih yang gèdé sekalian. Hal itu justru bid'ah. Juga _thowaf_ di ka'bah, sunnahnya 7 kali putaran. Karena demikian itulah yang mencocoki sunnah. Dan tidak boleh berkata : ....ah...sekalian saya putar2 seratus kali. Mumpung di sini, kapan lagi.... Gak boleh gitu.Atau. menyembelih hewan qurban.. syariatnya unta, sapi atau kambing. Tidak boleh.... ah sekalian gue sembelih GAJAH saja. Biar manteb. _Manteb dengkulmu anjlok...._


👆 Semoga bermanfaat. Amiin.
أبو حسن

Tidak ada komentar :

Posting Komentar