Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Selasa, 06 Maret 2018

SELEKTIF

🇸 🇪 🇱 🇪 🇱 🇪 🇰 🇹 🇮 🇫



 Di zaman ini, begitu mudah mengambil ilmu dan mengakses informasi. Namun sikap berhati² hendaknya tetap dimiliki bagi setiap kita. Sebab betapa banyak tulisan nasehat, ceramah 'agama', artikel dakwah, postingan berbahasa Arab, kutipan ayat, yang tampak 'islami' padahal telah diselewengkan kepada pemahaman lain, dimaksudkan dengan penafsiran TIDAK PADA SEMESTINYA.

 Begitu pula semakin marak pula majlis ilmu, forum² kajian, para pengajar dan tokoh guru sebagai sumber² untuk memperoleh ilmu.

 Sehingga, cari ilmu tidak boleh sembarangan... Karena manhaj seseorang dalam menuntut ilmu akan berpengaruh dalam diri seorang murid...

 Muhammad bin Sirin seorang pembesar ulama tabi’in berkata :

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم .

”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian” [Diriwayatkan imam Muslim dalam muqaddimah kitab Shahih-nya 1/7].

 Pesan Rasulullah _shallallaahu ’alaihi wasallam_ kepada Ibnu ’Umar _radliyallaahu ’anhuma_ ;

يا بن عمر دينك دينك انما هو لحمك ودمك فانظر عمن تأخذ خذ عن الذين استقاموا ولا تأخذ عن الذين مالوا .

”Wahai Ibnu ’Umar agamamu ! agamamu ! Ia adalah darah dan dagingmu. Maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambilnya. Ambillah dari orang-orang yang istiqamah terhadap sunnah dan jangan ambil dari orang-orang yang melenceng dari sunnah”
[Al-Kifaayah fii ’Ilmir-Riwayah oleh Al-Khathib hal. 81 Bab Maa Jaa-a fil-Akhdzi ’an Ahlil-Bida’ wal-Ahwaa’ wa Ihtijaaj bi-Riwayaatihim Maktabah Sahab] .

 Ali bin Abi Thalib _radliyallaahu ’anhu_ ketika berada di masjid Kuffah ’Iraq pada suatu hari pernah berkata;

انظروا عمن تأخذون هذا العلم فإنما هو الدين .

”Lihatlah dari siapa kalian mengambil ilmu ini karena ia adalah dien/agama” [Al-Kifaayah fii ’Ilmir-Riwayah, Al-Khathib hal. 81]

 Al-Imam Malik bin Anas menambahkan : *”Ilmu tidaklah diambil dari empat orang 
ﻣﻦ ﺳﻔﻴﻪ ﻣﻌﻠﻦ ﺑﺎﻟﺴﻔﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺃﺭﻭﻯ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻻ ﺗﺄﺧﺬ ﻣﻦ ﻛﺬﺍﺏ ﻳﻜﺬﺏ ﻓﻲ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﺫﺍ ﺟﺮﺏ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﺘﻬﻢ ﺍﻥ ﻳﻜﺬﺏ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻻ ﻣﻦ ﺻﺎﺣﺐ ﻫﻮﻯ ﻳﺪﻋﻮ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻟﻰ ﻫﻮﺍﻩ ﻭﻻ ﻣﻦ ﺷﻴﺦ ﻟﻪ ﻓﻀﻞ ﻭﻋﺒﺎﺩﺓ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﺎ ﻳﺤﺪﺙ ”

(1) " *Orang yang bodoh* yang menampakkan kebodohannya meskipun ia banyak meriwayatkan dari manusia;
(2) *Pendusta* yang ia berdusta saat berbicara kepada manusia, meskipun ia tidak dituduh berdusta atas nama Rasulullah _shallallaahu ’alaihi wasallam_ (dalam hadits);
(3) *Orang yang menuruti hawa nafsunya* dan mendakwahkannya; dan
(4) *Orang yang mempunyai keutamaan dan ahli ibadah, namun ia tidak tahu apa yang dikatakannya (yaitu tidak faqih)”*
[Al-Kifaayah 1/77-78].

 PARA MANTAN SENIMAN, PARA ARTIS, MUALLAF YG BARU MASUK ISLAM MEMANG HARUS BANYAK BELAJAR DULU TENTANG ISLAM, JANGAN BURU-BURU BERCERAMAH DAN MENGUSTADZKAN DIRI...

 DAN ADA BAIKNYA SEBELUM MEMVONIS ORANG LAIN/KELOMPOK LAIN DG TUDUHAN SOMBONG.... PAHAMILAH APA ITU SOMBONG ???!!! IYAA...SOMBONG ADALAH MENOLAK KEBENARAN DAN MEREMEHKAN MANUSIA... JANGAN SAMPAI ANDA MENUDUH ORANG LAIN SOMBONG TAPI ANDA SENDIRI TERNYATA YG JATUH KE DALAM KESOMBONGAN !!!!

 Para salaf terdahulu sangat takut untuk mengomentari sesuatu tanpa ilmu. Mereka takut kalau tergelincir walau sejengkalpun dari petunjuk rabbani.

 Ibnu Abi Malikah -rahimahullah- mengatakan : Abu Bakar ash-Shiddiq _Radhiyallaahu 'Anhu_ pernah berkata :

ﺃَﻱُّ ﺃَﺭْﺽٍ ﺗُﻘِﻠُّﻨِﻲ ، ﻭَﺃَﻱُّ ﺳَﻤَﺎﺀٍ ﺗُﻈِﻠُّﻨِﻲ ، ﺇِﺫَﺍ ﻗُﻠْﺖُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻻ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ! (ﺟﺎﻣﻊ ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﺗﺄﻭﻳﻞ ﺁﻱ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ )

‘Bumi mana yang akan ku pijak, dan langit mana yang akan sanggup menaungiku, jika aku berkata tentang ayat dari kitab Allah dengan ra’yuku (pendapatku) atau dengan apa yang aku tidak tahu.’

 Tapi, _ma sya Allaah_ Disebuah negeri ini semua bisa serba instan (kaya mie instan)... Dengan mengandalkan ketrampilan mengolah kata, bermain retorika, pintar akting dan pandai berdeklamasi seseorang bisa dengan mudah di ustadzkan. Walau mantan artis sekalipun, biar gitaris sekalipun, dst... Ini namanya Keburu naik daun/ kesohor sebelum belajar dahulu ('Tashoddur qobla Ta'allum'). Terburu² tampil berceramah padahal tidak ahli (tashoddur qobla taAhhul).

 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah berkata:

ﻻ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﻳﻨﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﺇﻻ ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻓﻘﻴﻬﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﻪ ، ﻓﻘﻴﻬﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻨﻬﻰ ﻋﻨﻪ (ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ 28/137 )

"Tidak diperintahkan untuk beramar makruf dan melarang yang mungkar melainkan apabila dia faqih (berilmu) dengan apa yang dia perintahkan dan dengan apa yang dia larang"

 Jika hal itu (ilmu dan fiqih) menjadi tolak ukur seluruh amal sholih, maka wajib bagi pelaku amar ma’ruf nahi munkar untuk memenuhi keriteria tersebut dalam dirinya, dan tidak dikatakan amal sholih apabila dilakukan tanpa ilmu dan tidak faqih.

 Sebagaimana pernyataan Umar bin Abdil Aziz:

ﻭﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻣﺎ ﻳﻔﺴﺪ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻤﺎ ﻳﺼﻠﺢ. ( ﺳﻴﺮ ﺃﻋﻼﻡ ﺍﻟﻨﺒﻼﺀ )

“Orang yang beramal tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya”

 Beliau melanjutkan...
Ini sangat jelas, karena niat dan amal yang tidak disertai ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan (bentuk) pengekoran terhadap hawa nafsu. Maka dari itu ia harus mengetahui yang ma'ruf dan ia harus mengetahui pula mana yang munkar serta dapat membedakan keduanya. Ia juga harus memiliki ilmu tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang.” (Secara ringkas dari Majmu Fatawa: 14/78).

 Maka jangan heran apabila serampangan dalam mengambil ilmu, terutama ilmu agama akibatnya tampaklah keanehan² dan penyimpangan demi penyimpangan. Keyakinan atau ajaran 'agama' yang nyelenéh ;
- ruh rosulullah mendatangi kita
- langit dan bumi ini siciptakan dari Nur Muhammad

- Arti Jilbab dalam AlQuran adalah yang penting busana kesopanan saja.
- negara ini kafir, semua perangkat negara ini juga kafir karena tidak berhukum dengan hukum Allah.
- Siapa yang keluar dari golongan kita maka dia keluar dari aswaja, dia telah mufaroqoh. Maka tidak boleh dijenguk jika sakit, tidak usah didatangi undangannya, tidak usah diurusi jenazahnya. Karena halal darahnya. _Na'udzu billah_

 Ini adalah contoh² dari sekian Banyak pemikiran menyimpang yang berasal dari kebid'ahan² dalam beragama. Maka tidaklah semua sumber ilmu mesti berbuah ilmu yang bermanfaat. Memang benar ucapan LIHATLAH APA YANG DIKATA, JANGAN LIHAT SIAPA YANG BERKATA. Tidaklah semua orang mampu mengetahui secara detail permasalahan sebuah pembicaraan. Bisa jadi yang didengar, yang disimak berupa ayat- ayat dan hadits. Ternyata dia juga tidak faham diselewengkan dengan makna dan pemahaman yang menyimpang. Maka juga hendaknya selektif dalam mengambil ilmu agama.


wallahul musta'aan....


Semoga bermanfaat. Amin.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar