CATATAN AKHIR TAHUN 2020
Serpihan pelajaran dalam perjalanan:
1. Kita dapatkan, tukang karaoke, biduanita, penabuh musik, dsb...ternyata mereka selalu melatih dirinya untuk meningkatkan kemampuannya. Bahkan para atlit, para fighter, mereka berlatih sangat keras secara rutin. HIKMAH: maka sudah sepantasnya para penuntut ilmu, da'i, pengajar agama, imam, berlatih lebih keras pula untuk meningkatkan kemampuannya.
2- Kita lihat sekarang ini, banyak manusia semakin bagus² saja kendaraannya. Mereka berusaha sekuat mungkin memperbagusi kendaraannya. NAMUN, banyak yang tidak berusaha secara maksimal memperbaiki ibadahnya.
3- Fenomena praktek beragama yang menggelikan; Banyak sekali hansip berseragam tidur bergeletakan di dalam masjid menjaga kotak suara Pilkada. Begitu adzan subuh berkumandang, iqomah dikeraskan, banyak dari mereka tetap tidak ada yang bangun. Ooohh.... Begitu tumpul gigi taring para singa. Panggilan Allah kalah dengan demokrasi. Kemanakah para singa Islam ??
4. Kok bisanya.... pagelaran panggung dangdut di dekat pondok pesantren. Kok bisanya.... Apa ahli maksiyat yg lebih berpengaruh atau para kyai ponpes yang tidak lagi berwibawa.? Sehingga pagelaran panggung maksiyat bisa berlangsung mulus di depan pondok. Saya hanya khawatir para santri ikut berjoget, para ustadz turut berdendang... Wal'iyaadzu billah . Andaikan para kyai memiliki 'haibah' dan 'izzah', niscaya dia ditakuti oleh setan² sebagaimana setan takut mendengar nama Umar. Hal ini mengingatkankan zaman Umar. Kala itu Islam begitu berwibawa. Perbandingannya begitu jauh. Sungguh cemeti Umar lebih ditakuti musuh daripada pedang² para tabi'in sesudahnya. Sungguh terompah Imam Ahmad lebih ditakuti setan daripada 'keislaman' orang² sesudahnya.
5- Hikmah adalah barang hilang, seorang muslim berhak untuk mengambilnya.
- Acapkali, jarak antara kesedihan dan kebahagiaan begitu dekat. Di KALIYOSO, KARANGANYAR ada rumah dihias dengan rampai bunga janur kuning, karena akan diadakan pesta pernikahan yang penuh bahagia. Sementara di sampingnya rumah yang terpasang bendera putih tanda duka kematian keluarganya.
- Di JATISRONO juga, ada rumah sebelah kiri menjual 'kijing' batu nisan kematian, sementara sebelah kanannya toko menjual paket aqiqah untuk kelahiran. Antara hidup dan mati berdampingan begitu dekatnya.
- Saat melewati SUMBER LAWANG, lihat grafiti di belakang bak truck; bekerja untuk bekal akhirat. Husnuzan saja. Tidak semua orang yang kelihatan brengsek itu tidak Shaleh. Di antara mereka penampilannya sebagai orang biasa, tetapi memiliki beberapa keistimewaan. Berupa tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya. Tidak berani macam- macam dan maksiyat. Dia bilang "saya takut hukum karma pak..!! soalnya anakku perempuan semua. Mau macam-macam ingat anak-anakku". Lalu dibandingkan dengan seseorang yang kelihatan pakaiannya sebagai seorang yang sholeh. Kemana- mana bawa jubah dan surban. Tapi giliran pulang justru menjuali emas istrinya diam². Ketika pergi pun tidak meninggali uang untuk anak istrinya. Maka manakah yang lebih baik??
6- Saya dapati beberapa kyai itu ucapannya berbobot. Padahal dalilnya sedikit, tema bahasannya sederhana, namun sangat mengena dan menyentuh jiwa. Sementara orang² sekarang pengetahuan "berita"nya sangat banyak, informasi yang diketahui luas tapi tidak lebih mengena. Faktor apa yang menjadi pembeda? Salah satunya: berupa faktor keikhlasan. Lafadh doanya sama saja, tapi efek mujarabnya berbeda. Ketika mengobati orang dengan wirid²nya membawa akibat kesembuhan. Dikasih imbalan berupa mobil pun ditolaknya. "Niyatku menolong sesama semata, tidak mencari dunia" jawabannya.
7- Penjual buku- buku Islam di atas bus Mira Surabaya itu apa barangkali sama dengan permisalan himar di surah Al-Jumu'ah?... yang dijual buku² berisi kandungan berat- berat; ringkasan Hadits Shahih Bukhari Muslim, petunjuk lengkap sholat jama'ah, pedoman lengkap shalat tahajud dan shalat sunnah, wirid dan doa mustajab. Tapi kok giliran waktu sholat dia tidak shalat.... Dari segi penampilan tampak sekali tidak mengamalkan shohih Bukhari.... Sekiranya dia mengamalkan isi wirid dan doa sebagaimana yang dia jual tentu tidak seperti itu keadaannya. Dia kok enggak pernah berubah amalnya... Jadi memang beda; antara menjual buku dan mengamalkan isi buku. Benarkah ungkapan, mungkin apa yang mereka mainkan banyak mengandung syubhat ilmu itu khosyah, bukan banyaknya periwayatan.
8- Apa yang kita makan berpengaruh kepada perilaku kita. Teringat pada buku Muqaddimah Ibnu Khaldun tentang: korelasi makanan dengan perilaku manusia. Orang desa itu tampak kelihatan adem, ayem, tentrem, tenang karena yang mereka konsumsi berupa bahan -bahan alami. Sayur mayur, umbi- umbian, buah-buahan, yang semuanya dari alam yang damai dan bersahaja. Apa adanya.
Namun ketika kita bandingkan dengan beberapa orang² kota yang sikapnya banyak dibuat- buat, banyak akting, apa mungkin barangkali yang dimakan berupa bahan- bahan instan yang dibuat, dan berasal dari hal- hal syubhat. والله اعلم
9- Efek teknologi. Kulihat dimana - mana anak kecil pegangannya HP, semua pada diam dan jemarinya asyik memainkan HP. Meskipun efek positifnya ada namun jika tidak digunakan untuk sesuatu yang manfaat maka akibat buruknya lebih besar daripada manfaatnya. Berupa pergaulan bebas muda-mudi berboncengan, berpacaran, berpelukan, kencan, pegang- pegangan layaknya suami istri, padahal ini adalah gaya hidup Barat. Yang dahulu ini merupakan hal tabu di masyarakat namun sekarang sudah membudaya. Na'udzu billah.
10- Berbagai model pakaian orang kafir mulai diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Yang seharusnya pakaian dalaman dipakai di area publik, ke bandara hanya pakai legin, roknya mini banget, berpakaian sangat tipis, transparan, sempit, membentuk tubuh, pakaian minim dan semi telanjang. Dilihat dosa, tidak dilihat barang bagus. Serba Salah. Orang² berpakaian seperti ini adalah calon penduduk neraka sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi _Shallallahu Alaihi Wasallam_ .
- Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.
11- Di antara sebab seseorang menjadi gila alias gendeng (bhs Jawa) adalah: belajar filsafat. Ketika kuliah dia mempelajari sistematika ilmu kalam, berpikir logika empirisme, yang diantara basic pemikirannya adalah sikap skeptis dan kritis. Yaitu menolak semua kebenaran sebelum didukung oleh berbagai alasan logika rasionalitas, bahkan termasuk Islam itu sendiri. Nash ayat al-quran maupun hadist harus ditimbang secara logika terlebih dahulu. Jika logis maka diterima, jika tidak ilmiah maka ditolak. Karena dia mendewakan kemampuan akalnya, yang akalnya berpikir mutar-mutar yang mengakibatkan dia gila. Benar -benar gila. Wal 'iyadzu Billah. Itulah hukuman bagi orang yang mempelajari filsafat, yang berpikir berputar- putar memainkan pikiran logikanya semata-mata.
12- Saya dapati beberapa orang itu ada yang mati jiwanya. Tak mampu menangkap hikmah fenomena, ruhaninya telah tumpul, tidak bisa mengambil pelajaran, tak mampu menyingkap hakikat kejadian;
- Sambil menggali kubur sambil pula berjoget dan bernyanyi dari hp-nya streaming YouTube.
- Kepala keluarga yang Dayyuts. Istri dan putrinya dibonceng, dikencani, dibawa ke hotel oleh seorang pria ajnabi diam saja. Padahal seharusnya dia ambilkan celurit lalu diancamkan di depan lehernya itu lebih baik.
- Seorang bapak ketinggalan pesawat tujuan Jakarta gara-gara asyik main game di waiting room. Terperdaya dengan benda kecil dari tujuan besar. Lantas bagaimana lagi manakala hal itu adalah perjalanan akhirat. Saat ada panggilan mendadak dari malaikat pencabut nyawa, sementara dia belum cukup bekal dalam menghadapi perjalanannya.
13- Kita dapati, beberapa orang semakin hari semakin bertambah harta bendanya, dari tahun ke tahun kita dapati banyak manusia motornya tambah keren, sawah dia bertambah, bahkan istri berganti. Namun sayangnya, semangat sholat berjama'ahnya semakin kendorrr.... Bukankah sudah sepantasnya tatkala rejeki bertambah, rasa syukur juga hendaknya bertambah?. Harusnya manakala tambah kaya tentu harus bertambah taqwa, naik pangkat bertambah taat, tambah rejeki tambah rutin mengaji, keuangan mudah semakin mudah pula sedekah. Bertambah harta harusnya bertambah syukur. Bukankah seharusnya begitu.!? Tapi faktanya tidak.
14- Kita dapati banyak orang semakin bagus² rambutnya, mereka sangat perhatian terhadap performance. Mengutamakan sense beauty, mengedepankan fashion, mengistimewakan tampilan outer lahiriyah. Namun tidak mengutamakan amal bathiniyah.. Motornya meluncur ... rang... reng... rang.. rennng.... melewati masjid, tapi masjid pun tidak ditoleh. Waktu magribpun TV tetap menyala hingga anak²nya asyik dalam tipuan permainan.
15- Orang yang tertipu dengan harta, adalah ketika semakin banyak hartanya semakin lalai pula dengan akhiratnya. Dahulu ketika hartanya masih sedikit, banyak waktunya untuk baca Alquran, waktu luang untuk belajar islam, ikut pengajian di masjid sering dan rutin. Namun kini sholat rowatib tidak bisa tertib, sholat jumat lewat, baca alQuran ketinggalan. Sholat jama'ah lepas. Tahajud luput. Wirid pagi petang melayang. Boro² murojaah hafalan quran, selembar pun tidak sempat dibaca. Tambah harta tambah sibuk. Tambah sawah tambah lupa ... Hari²nya tenggelam sibuk mengurusi pekerjaan, mengatur karyawan, mengelola kekayaan. Malamnya kelelahan. Tahun demi tahun terus menerus seperti itu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak -anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi" (QS. Munafiqun: 9)
16. Rumah. Yang semestinya sebagai tempat kediaman yang nyaman dan tentram, bisa berubah menjadi tempat yang hampa dari kedamaian. Yang tadinya luas, terasa sempit bagaikan penjara. Yang aslinya dingin ber-AC, namun rasanya panas menyengat karena dihuni oleh jiwa² yang penuh ambisi duniawi. Jauh dari cita² akhirat yang abadi.
Tidak ada artinya rumah besar, hunian bagus, fasilitas lengkap, dengan pernak- pernik yang memadai, jika penghuninya tidak berjiwa besar, tidak berakhlak bagus, ibadah kurang, pembinaan keilmuan minim, dan ekonomi tidak memadai.
17. Masih tentang rumah. Rumah bisa menjadi penyebab petaka bagi pemiliknya. Bahkan rumah adalah penyebab penyesalan terbesar bagi pemiliknya kelak di akhirat. Jika: fungsinya berubah. Kita saksikan banyak suasana rumah berfungsi hanya untuk tidur menginap saja (hotel), ada yang berfungsi sebagai tempat makan saja (restoran), ada yang fungsinya murni bersenang² (pub).
Saya perhatikan beberapa hunian di real estate jauh dari masjid. Bahkan tidak ada masjid. Bentuk rumah² real estate yang begitu indah dan megah, rumah mewah di komplek hunian kota metropolitan. Semua itu tidak serta merta berbuah kebaikan. Bisa jadi rumah hunian semacam itu sebagai pengantar bencana besar di akhirat. Bagaimana tidak? Jauh dari masjid. Lantas bagaimana para lelaki di komplek itu sholat berjamaah?.
Yaitu rumah² seperti itu tidak pernah mendengar panggilan adzan, kosong dari suasana ibadah, hampa dari bacaan Quran, nihil dari sholat, nol besar dari pembinaan keilmuan, minim dari perilaku akhlak yang baik. Rumah seperti itu adalah pengantar terbesar menuju penyesalan di akhirat. Jika sebagai kepala keluarga mengabaikan tanggung jawabnya terhadap anak istrinya.
Allah ta'ala berfirman ;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, padanya ada malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, mereka tidak pernah menentang perintah Allah dan selalu mengamalkan perintah-Nya." [At-Tahrim: 6]
On travel, 31 dec 2020.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar