Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Senin, 04 Januari 2021

MANHAJ LALAT

 *MANHAJ LALAT*

Pepatah nasehat ulama' mengatakan;

كن كا النحلة تقع على الطيب وتتجاوز الخبيث .. ولا تكن كالذباب يتتبع الجروح !!

"Jadilah seperti lebah. Jangan jadi seperti lalat!!"

Barangsiapa perilakunya seperti lalat, maka banyak orang tidak menyukainya. Banyak orang benci lalat. Pinginnya diusir. Karena kalau datang membawa penyakit.

Orang kalau berperilaku lalat juga begitu. Yang dilihat pada saudaranya adalah kejelekannya. Tukang menspionase, memata- matai kejelekan orang. Yang ditunggu² dari orang lain adalah kekeliruanya. Kapan dia punya cela, kapan dia punya kekurangan maka itulah bahan pokok untuk diolah.

Banyak kita dapatkan orang² yang tukang menyebar fitnah dan syubhat, terlebih lagi mereka seakan- akan tidak ada kerjaan lain selain menjelek- jelekkan ulama' yang memperbaiki umat ini. Mereka potong², mereka edit, dengan tujuan satu saja : mencela selain kelompoknya. Bahkan dibuat konten khusus, dikelola dengan tambahan narasi menjatuhkan, dibumbuhi intepretasi subyektif yang tidak proporsional. Karena yang diinginkan hanya satu: mencari keburukan, menyebarkan aib orang.

Orang tidak bisa tahan berlama² dengan lalat. Demikian pula tidak bisa nyaman bersanding bergaul dekat dengan orang berperilaku seperti lalat. Berat rasanya. Apapun yang akan kita katakan maka dia akan mencari yang buruk. Tanggapannya buruk, sangkaannya sudah buruk.

كن نحلة تقع على الطيب وتتجاوز الخبيث فتخرج من الورد العسل..

Jadilah seperti lebah, yang dicari adalah kebaikan, hinggap di bunga² indah, kedatangannya memberi leberuntungan, tidak mengganggu kecuali diganggu untuk membela diri. Lebah yang selalu berusaha menjauh dari tempat² buruk, dan menghindari dari perilaku² yang buruk.

ولا تكن كالذباب يتتبع الجروح فلا يقع إلا على كل قبيح

Dan janganlah seperti lalat, yang selalu mencari- cari borok luka. Yang dia tidak hinggap melainkan di tempat² kotor. Kemana- mana membawa kotoran, yang dicari² adalah keburukan. Kehadirannya membawa penyakit, yang dikehendaki hanyalah kotoran dan keburukan.

Manusia "lalat" memang bikin jengkel orang;
- Ketika lihat mobil teman berkata: mobil second, murahan, ketinggalan zaman.

- ketika lihat anaknya sudah rajin belajar, tidak nakal, masih saja dijatuhkan: 'belajar itu difahami, jangan cuma dibolak- balik dilihatgambarnya...'

- disuguhkan masakan istrinya, padahal istrinya berlama² memasak, justru dikomen: "gak bisa masak apa..., hambar masakanmu"

- diceritakan kepadanya tentang temannya sebagai guru ngaji, mengajari alQuran anak² kaum muslimin, mengajari anak² kecil murid² generasi muslim dengan aqidah Islam, diajari ilmu² dasar agama di mushola atau TPA... apa dia bilang, .... hah...ustadz lokal, level kampung. Kalau dia ustadz hebat tentu sudah popular dan me'nasional' safari dakwahnya.

- ketika diceritakan kepadanya, masyaAllah, ustadz fulan bacaannya bagus, kita bisa khusyuk kalau jadi makmumnya, dia juga sudah hafal alQuran. Mantab deh.... Apa yang si lalat bilang: 'ustadz itu faham sunnah gak ya?', ustadz hizbi itu, ustadz bermanhaj haula'.
- Ada seorang muslim yang beda yayasannya, beda organisasinya, tidak sama kelompoknya, ketika bertemu jadi lalat dulu dia; dilihat ada jenggotnya /tidak. Kalau dia berjenggot saya ucapin salam, kalau enggak, enggak. Dilihat ke bawah.... Isbal tidak ya... Kalau isbal....hah...laisa minnaa. Padahal jelas² sholat di masjid sama². Akhirnya cuma plotat- plotot matanya. Untung saja gak diculek pisan...

"BUKAN akhlak seorang muslim termasuk 'aqidah al-walaa' wal baro' yang diajarkan ulama Ahli Sunnah, tatkala ada saudara muslim yang terkena musibah (seperti penusukan), dia masih bertanya:
"Apa manhajnya?"
"Apakah dia Salafi?"
"Dia kelompok kita bukan?"
Apakah untuk berempati dengan sesama muslim yang terkena musibah haruskah ditanya dulu tentang manhajnya?
Ajaran dari mana seperti ini?


_______________
Semoga bermanfaat. Malam 24 sept 2020.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar