*SIFAT² IBADURRAHMAN*
*صفات عباد الرحمن*
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64)
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furgan : 63-64)
Hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang memiliki ciri- ciri dan sifat². Di Dalam ayat tersebut dijelaskan;
1. Berjalan di atas bumi dengan rendah hati.
"Haunan" ditafsirkan: sakinah (tenang), waqoor (tentram, mantab hati), ghoiru jabriyah wal-istikbar (tidak sombong dan congkak). (Tafsir Ibnu Katsir)
Berjalan dengan tawadhu' rendah hati bukan berarti loyo lemah seperti jalannya orang sakit. Umar bin Khotob menegur pemuda yang jalannya lemah dan lemas- lemas seperti orang sakit seraya berkata; "apakah kamu sakit?".
Bahkan berjalan menuju sholat pun harus dengan ketenangan, tidak terburu- buru dan tergesa.
( إِذَا سَمِعْتُمْ الْإِقَامَةَ ، فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ ، وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ ، وَلَا تُسْرِعُوا ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ ، فَصَلُّوا ، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا ) . (رواه البخاري: 600)
Apabila kalian mendengar iqomah maka berjalanlah kepada sholat dalam keadaan kalian tenang dan mantap hati, dan jangan tergesa- gesa. Apa yang kalian dapatkan (dari rakaat), maka shalatlah. Dan apa yang kalian terluput darinya, maka sempurnakanlah.’ (HR. Bukhori)
Sebagaimana diterangkan ayat lain,
وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (QS. Al-Isra: 37)
Berjalan dengan 'haunan', yakni : kamalus- sakinah (ketenangan yang sempurna), tamamul- waqor (ketenteraman yang sempurna), ghooyatul tawadhu' (kerendahan hati). Berjalan dengan sikap penuh tentram hati dan pembawaan yang tenang, jiwa yang tentram. Selesai. (Keterangan syaikh Abdurrozaq bi Abdul Muhsin Al-Badr, di RodjaTV).
NOTE:
Ketenangan dan ketenteraman hatinya berpengaruh pula pada ketenangan pada anggota badannya yang terkontrol;
- Berjalan dengan kemantapan hati dan ketenangan langkah. Namun, kalau berjalan tergesa- gesa, berjalan dibuat², berlagak, banyak tingkah, maka demikian itu tidak 'haunan'. Tidak pula waqoor.
- Duduk penuh haibah, hati yang kokoh, penuh kesungguhan dan kewibawaan. Namun kalau duduk di depan jama'ah melakukan banyak tingkah, menggeser² posisi, sering memperbaiki kopiah, kepala banyak toleh², banyak menggeleng, memutar² pinggang, menengok atas, bawah, maka seperti ini tidak 'Haunan'. Tidsk pula waqoor.
- Tangannya juga tenang. Kalau membuka lembaran halaman dengan penuh ketenangan, kalau mengambil tisu, pena, benda dengan tenang. Namun kalau tangannya garuk sana- garuk sini, kucek² mata, ngupil, menggeser gelas, mengelupas botol, memindah sorban di pundak, tangan kadang mengepal, menunjuk, berisyarat, memutar, banyak tingkah, maka ini tangan yang tidak 'haunan'. Tidak pula waqoor.
- Kalau berbicara juga penuh ketenangan, berbicara dengan penuh kesungguhan hingga bisa dimengerti perkataannya oleh lawan bicaranya. Namun kalau ngomong cepat terburu- buru, bicara dengan bergaya, retorika dan intonasi suara yang dibuat- buat, sering akting dan berlagak, tidak fokus dalam suatu tema sering mutar- mutar 'ngalor- ngidul', sering terkekeh melucu, kadang² meringis, terpingkal² sendiri, kadang² rona wajah yang dibuat², maka bicara seperti itu tidak "haunan". Tidak pula waqoor.
Jika tidak "haunan" (penuh ketenangan hati) maka sifat sebagai Ibadurrahman tidak tercapai. Jika sifat² ketenangan kurang niscaya semakin berkurang pula sifat dia sebagai ibadurrahman. Bersikap tidak tenang, banyak berbuat kesia- siaan menunjukkan kekurangannya sebagai ibadurrahman.
2. Jika ada orang jahil mengejek dan menghina maka dia mengucapkan "salam" kebaikan.
Bahkan dia berusaha berpaling dari orang² yang lalai dari berdzikir, berupaya tidak banyak melihat ke wajah orang² ambisius dunia. Sebagaimana perintah Allah,
فَأَعْرِضْ عَن مَّن تَوَلَّىٰ عَن ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا. (النجم: 29)
"Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan dunia"
Berpaling saja, 'meléngos' (:jawa), buang muka saja, pura² saja tidak lihat, lihat saja ke arah lain daripada meladeni orang jahil, daripada lelah berdebat dengan orang yang hanya dunia di fikirannya, tak usah lihat muka orang yang berbuat gangguan kepadamu, namun tetap ucapkanlah kepada mereka kedamaian. Dalam ayat ini ada perintah; berpaling (:melengos, buang muka, lihat ke arah lain) dari orang yang tidak menghendaki akhirat. Sekilas saja lihat muka² yang tidak menghendaki akhirat.
Sifat ibadurraman kedua adalah;
وإذا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63)
"Dan apabila ada orang² jahil berbicara (menyakiti) maka dia mengucapkan (yang mengandung) keselamatan"
Tidak ikut²an jahil. Sebagaimana yang dilakukan rosulullah. Apabila ada orang² bodoh berkata yang buruk kepadanya maka dia tidak membalas dengan yang buruk semisalnya. Justru dia membalas dengan ucapan yang sejuk, damai, yang mengandung kedamaian. (tafsir Ibnu Katsir)
Hasan AlBashri berkata tentang ayat ini:
( قالوا [ سلاما ) ، قال : حلماء لا يجهلون ] ، وإن جهل عليهم حلموا . يصاحبون عباد الله نهارهم بما تسمعون ، ثم ذكر أن ليلهم خير ليل .
"(Mereka mengatakan yang mengandung keselamatan), yakni orang² yang lembut itu tidak berbuat jahil, jika mereka diperlakukan secara jahil maka dia membalas dengan berlaku lembut. Mereka mempergauli manusia dengan baik siang dan malam".
3. Sifat 'Ibadurrahman yang ketiga adalah suka sholat malam.
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64)
"Dan orang- orang yang ketika malam mereka banyak bersujud dan berdiri kepada Robb- nya"
Ibadurrahman banyak melakukan ibadah di malam hari. Sebagai bentuk mengamalkan ilmunya. 'Ibadurrahman banyak- banyak sholat di malam hari, ruku', sujud, taqorrub, tadhorru', munajat, do'a, inabah, taubah kepada Allah ta'ala. Kalau jarang sholat malam,apalagi tak pernah, maka jangan harap bisa jadi 'ibadurrahman. Jadi WC setan iya. Karena telinganya dikencingi terus sama setan tiap malam. Wal'iyaadzu billah.
4. Sifat² ibadurrahman berikutnya ada di ayat² berikutnya. (Silahkan dibaca sendiri). Di tulisan ini hanya sampai tiga saja. Yang paling penting bukanlah 'sekedar' mengetahuinya. Tapi lebih penting lagi adalah taufiq untuk bagaimana memiliki sifat² tersebut. Kami akhiri doa: semoga kita semua diberi taufiq Allah agar menjadi hamba²Nya yang Maha Penyayang (ibadurrahman).
Semoga bermanfaat. Amiin.
Btg, h.2 Iedul Fitri 1441, 2020.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar