Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Senin, 04 Januari 2021

JANGAN UJUB (7)

 *JANGAN UJUB (7)*


قال إبراهيم التيمي -رحمه الله-:
من جلس مجلسا ليجلس إليه فلا تجلسوا إليه (حلية الأولياء: 4/225)

Ibrahim AtTaimi berkata : "Barangsiapa yang duduk di majelis agar orang-orang duduk kepadanya maka janganlah kamu duduk kepadanya"

قال شاه بن شجاع -رحمه الله-:
الفضل لأهل الفضل ما لم يروه فإذا رأوه فلا فضل لهم، والولاية لأهل الولاية ما لم يروها فإذا رأوها فلا ولاية لهم، وقال: المعجب بنفسه محجوب عن ربه (حلية الأولياء: 10/ 238)

Berkata Syah bin Syaja': Kemuliaan bagi pemilik kemuliaan selama dia tidak memandangnya, namun apabila dia memandangnya sebagai kemuliaan maka tidak ada kemuliaan baginya. Ke-wali-an milik seseorang selama dia tidak memandang dirinya sebagai wali. Namun apabila dia menganggap dirinya sebagai wali maka tidak ada per-wali-an baginya. Dan orang yang ujub pada dirinya, dia terhalang dari Tuhannya"

قال أبو يزيد البسطامي –رحمه الله-:
ما دام العبد يظن أن في الخلق من هو شر منه فهو متكبر (حلية الأولياء: 10/ 36)

Abu Yazid Al Bustomi berkata: "selama seorang menyangka bahwa orang lain itu lebih buruk darinya, maka dia orang yang sombong"

قال أبو علي الجورجاني –رحمه الله-:
النفس معجونة بالكبر والحرص والحسد، فمن أراد الله تعالى هلاكه منع منه التواضع والنصيحة والقناعة، وإذا أراد الله تعالى به خيرًا لطف به في ذلك، فإذا هاجت في نفسه نار الكبر أدركها التواضع من نصرة الله تعالى، وإذا هاجت نار الحسد في نفسه أدركتها النصيحة مع توفيق الله عز وجل، وإذا هاجت في نفسه نار الحرص أدركتها القناعة مع عون الله عز وجل (الإحياء: 3/36)


Abu Ali Al jurjani berkata: "Jiwa itu ditempel oleh sombong, ambisius dan hasad (dengki). Barangsiapa yang Allah kehendaki binasa maka dia terhalang dari sifat tawadhu' (rendah hati), terhalang dari menerima nasehat dan qana'ah. Dan apabila Allah menghendaki kebaikan, maka Allah jauhkan dari api kesombongan. Lalu dia mendapati rendah hati (tawadhuk) dan berharap pertolongan Allah. Apabila dirinya bisa mengusir api serakah, niscaya dia memperoleh qana'ah bersama pertolongan Allah"

وقال الفضيل بن عياض -رحمه الله-:
لو أن المبتدع تواضع لكتاب الله وسنة نبيه ، لاتبع ما ابتدع ، و لكنه أُعجب برأيه فاقتدى بما اخترع. (التذكرة في الوعظ :ص 97)


Fudhail berkata: "Sekiranya Ahlul Bid'ah rendah hati (tawadlu') menerima kitabullah dan Sunnah nabinya, niscaya dia akan ittiba' (mengikuti sunnah) dan tidak ibtida' (berbuat Bid'ah). Namun karena dia 'ujub (bangga diri) dengan pendapatnya, maka dia pun mengikuti dengan apa yang dia rekayasa".

إلى علي بن بكار –رحمه الله-:
فقلنا له حذيفة المرعشي يقرأ عليك السلام. فقال: عليكم وعليه السلام، إني لأعرفه يأكل الحلال منذ ثلاثين سنة، ولأن ألقى الشيطان عياناً أحب إلي من أن يلقاني وألقاه. قلت له في ذلك فقال: أخاف أن أتصنع له فأتزين لغير الله فأسقط من عين الله. (حلية الأولياء : 4/204)

Ali bin Bikar berkata: "
"Aku mengatakan kepadanya: "Hudzaifah menyampaikan salam kepadamu!" Dia berkata: 'Waalaikumsalam dan untukmu juga'. Sesungguhnya aku benar-benar mengenal dia makan dari yang halal sejak 30 tahun. Sungguh seandainya aku bertemu setan di depan mata lebih aku cintai daripada aku bertemu dia atau dia bertemu aku'. Aku berkata: 'Mengapa demikian?' Dia menjawab: "aku takut untuk berlagak, beramal yang dibuat-buat dan aku membagus -baguskan di depannya karena selain Allah. Sehingga kedudukanku jatuh di sisi Allah".


وقال الشافعي -رحمه الله-:
إذا خفت على عملك العُجْب، فاذكر رضا من تطلب، وفي أي نعيم ترغب، ومن أي عقاب ترهب، فمن فكر في ذلك صغر عنده عمله
سير أعلام النبلاء (10/42)

Berkata AsSyafi'i: "Jika kamu khawatir terkena ujub di dalam amalmu, maka ingatlah ridho orang yang kamu inginkan!!, Dan yang manakah Pemberi nikmat yang kamu harap? dan dari siksaan manakah yang kamu lari? maka barangsiapa yang berpikir seperti ini, niscaya akan bernilai kecil segala amalan di sisinya".

قال حماد بن زيد –رحمه الله-:
رجعنا من جنازة فدخلنا على عطاء السليمي فلما رآنا كأنه خاف أن يدخله شيء أي لكثرتنا، فقال: اللهم لا تمقتنا - أو اللهم لا تمقتني - ثم قال: سمعت جعفر بن زيد العبدي يقول: مر رجل فجلس فأثنوا عليه خيرا فلما جاوزهم قام وقال: اللهم إن كان هؤلاء لا يعرفوني فأنت تعرفني (حلية الأولياء : 6/ 224)

Hamad bin Yazid berkata: "kami pulang dari mengurusi jenazah lalu kami bertamu masuk ke dalam rumah 'Atho' Assulaimi. Tatkala dia melihat kami seakan-akan dia takut, yaitu (karena) banyaknya manusia yang menemui dia. Maka dia pun berdoa: 'ya Allah, jangan Engkau siksa kami .... ya Allah jangan Engkau siksa kami. (Karena Ujub). Kemudian dia berkata: 'aku mendengar Jakfar bin Yazid berkata: "ada seseorang lewat, lalu dia duduk menemuinya. Orang itu pun memuji² dia dengan pujian yang baik. Tatkala orang tersebut berlalu, dia pun berdiri dan berdoa: "ya Allah .... sekiranya saja mereka tidak mengenalku, maka Engkau lebih mengenalku".

قال ابن القيم -رحمه الله-:
فَلَا شَيْء أفسد للأعمال من الْعجب ورؤية النَّفس فَإِذا أَرَادَ الله بعبده خيرا أشهده منّته وتوفيقه وإعانته لَهُ فِي كل مَا يَقُوله ويفعله فَلَا يعجب بِهِ ثمَّ أشهده تَقْصِيره فِيهِ وَأَنه لَا يرضى لرَبه بِهِ فيتوب إِلَيْهِ مِنْهُ ويستغفره ويستحي أَن يطْلب عَلَيْهِ أجرا .وَإِذا لم يشهده ذَلِك وغيّبه عَنهُ فَرَأى نَفسه فِي الْعَمَل وَرَآهُ بِعَين الْكَمَال وَالرِّضَا لم يَقع ذَلِك الْعَمَل مِنْهُ موقع الْقبُول وَالرِّضَا والمحبة فالعارف يعْمل الْعَمَل لوجه مشاهدا فِيهِ منّته وفضله وتوفيقه معتذرا مِنْهُ إِلَيْهِ مستحييا مِنْهُ إِذْ لم يوفه حَقه وَالْجَاهِل يعْمل الْعَمَل لحظه وهواه نَاظرا فِيهِ إِلَى نَفسه يمنّ بِهِ على ربه رَاضِيا بِعَمَلِهِ فَهَذَا لون وَذَاكَ لون آخر. (الفوائد ص: 153)

Ibnul Qayyim berkata: "Tidak ada sesuatu yang paling merusak amal selain ujub dan riya'. Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya, maka Dia persaksikan dengan nikmatNya, dengan taufikNya, dengan pertolonganNya, pada setiap apa yang dia ucapkan dan dia lakukan. tanpa dia 'ujub dengan itu semua. Kemudian dia persaksikan akan kekurangan dirinya, dia menyangka Allah tidak meridhoi apa yang dia lakukan, sehingga dia pun selalu bertaubat kepadaNya, meminta ampun kepadaNya, dan malu untuk meminta pahala kepadaNya. Seorang yang Arif adalah: ketika dia beramal dia orientasikan semata² ingin mendapatkan wajahNya (ikhlas)' dan dia mengakui bahwa ketika dia mampu beramal, amalan itu semata-mata pemberianNya, semata² sebagai ma'unah (pertolongan)Nya, taufik dariNya. Dan dia selalu memohon ampun atas segala kekurangannya, dia malu kepadaNya karena dia tidak mampu menunaikan secara sempurna akan hak-hakNya".

قال القاضي علاء الدين ابن اللحام [البعلي المشهور صاحب الاختيارات والقواعد] –رحمه الله-: ذكرَ لنا مرة الشيخُ [ابن رجب] مسألة فأطنب فيها، فعجبت من ذلك، ومن إتقانه لها، فوقعت بعد ذلك في محضر من أرباب المذاهب، وغيرهم فلم يتكلم فيها الكلمة الواحدة! فلما قام قلتُ له: أليس قد تكلمت فيها بذلك الكلام؟! قال: إنما أتكلم بما أرجو ثوابه، وقد خفتُ من الكلام في هذا المجلس، أو ما هذا معناه. (ذيل ابن رجب على طبقات الحنابلة: ص 39)

Qodhi 'Alaudin berkata: "Suatu ketika disebutkan kepadaku, dikisahkan tentang kepiawaian ilmu Ibnu Rajab, ditanyakan kepadanya suatu masalah maka dia bisa menjelaskannya panjang lebar, aku pun merasa takjub dengan hal itu. Maka setelah itu dia dianggap sebagai orang yang bisa dianut. Suatu ketika dihadapkan kepadanya permasalahan yang sama, namun beliau tidak berkata-kata sedikitpun. Ketika beliau berdiri aku pun berkata kepadanya; 'bukankah engkau telah membahasnya panjang lebar tentang masalah tersebut? Beliau berkata: 'Sesungguhnya aku berkata suatu yang aku berharap pahala padanya, namun aku khawatir berbicara di dalam majelis itu, atau jawaban yang semisal ini".

قال محمد بن القاسم -رحمه الله-:
زعم عبدالله بن حنظلة أن عبدالله بن سلام مَرّ في السوق وعليه حزمة من حطب، فقيل له: أليس الله أغناك؟ قال: بلى، ولكن أردت أن أقمع الكبر، سمعت رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ يقول: لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال حبة خردل من كبر. (سير أعلام النبلاء: 6/ 419). (الحديث في صحيح مسلم : 1/ 93)

Muhammad bin Qosim berkata: "Abdullah Bin Salam suatu hari melewati pasar dan dia memanggul seikat kayu bakar, maka dikatakan kepadanya; 'Bukankah Allah sudah mencukupimu?' Maka Abdullah berkata: 'ya, akan tetapi aku ingin menggilas rasa sombongku. Bukankah Rasulullah bersabda: "Tidak akan masuk surga barangsiapa yang di hatinya ada sekecil dzarah dari kesombongan".

============
Beberapa ayat alQuran yang menerangkan tentang tercelanya 'Ujub;

- لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ [التوبة: 25].

"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu *menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu),* maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.. (QS. At-Taubah : 25)

Ketika pasukan takjub dengan banyaknya jumlah, ternyata banyaknya jumlah belum tentu berpihak pada kemenangan. Sebab kemenangan hakikatnya semata² di tangan Allah meskipun di pihak yang sedikit.

- وقال الله تبارك وتعالى: وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا رَجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِنْهُ شَيْئًا وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا [الكهف: 32 - 36].

Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. (32). Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu (33). dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat" (34). Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya (35). dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu" (36).

Tafsir:
- Keadaan orang kafir yang takjub dengan kehidupan dunia, berupa: banyaknya harta, nasab keturunan, banyaknya pengikut, ilmu pengetahuan, dan kelebihan yang ada pada mereka.

- Ada dua perumpamaan yang sangat jelas, antara orang mukmin versus orang kafir. Keadaan keduanyabjuga sangat kontras. Orang kafir ujub, mudah takjub dengan harta dunia. Hasil akhir mereka pun juga kecelakaan dan kerugian. Sebaliknya, keaadaan orang mukmin tidak mudah ujub, tidak takjub, namun selalu tawadhu'. Orang mukmin tidak ujub dengan dunia. Maka hasil akhir Mereka pun berupa kebaikan dan keberuntungan.

((وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور))ٍ [لقمان: 18]

Allah berkata; "Dan janganlah kamu memalingkan pipimu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, sungguh Allah tidak mencintai setiap orang yang melampaui batas lagi sombong"

قال الإمام بن كثير رحمه الله:
(لَا تُعْرِضْ بِوَجْهِكَ عَنِ النَّاسِ إِذَا كَلَّمْتَهُمْ أَوْ كَلَّمُوكَ، احْتِقَارًا مِنْكَ لَهُمْ وَاسْتِكْبَارًا عَلَيْهِمْ، وَلَكِنْ أَلِنْ جَانِبَكَ وَابْسُطْ وَجْهَكَ إِلَيْهِمْ ... وقوله تعالى: ولا تَمْشِ فِي الأرض مَرَحاً أي خيلاء مُتَكَبِّرًا جَبَّارًا عَنِيدًا، لَا تَفْعَلُ ذَلِكَ يُبْغِضُكَ اللَّهُ، وَلِهَذَا قَالَ: إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ أَيْ مُخْتَالٍ مُعْجَبٍ فِي نَفْسِهِ فَخُورٍ أَيْ عَلَى غَيْرِهِ)) (4).

Ibnu Katsir berkata: "dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia ketika kamu bicara dengan mereka atau mereka berbicara denganmu, sebagai bentuk penghinaan darimu dan sikap sombongmu kepadanya mereka. Akan tetapi bersikaplah lembut dan beri wajah berseri kepada mereka. Dan janganlah berjalan di bumi dengan sombong. Janganlah melakukan hal itu karena Allah membencinya. Dan sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas yaitu ujub pada dirinya sendiri dan sombong kepada orang lain.

((فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ)) [الزمر: 49].

Allah berfirman: "Maka apabila manusia itu ditimpa kemudzaratan maka dia berdoa kepadaKu, kemudian apabila Aku berikan nikmat dariKu, maka dia mengatakan sesungguhnya aku diberi nikmat ini karena ilmuku, padahal dia adalah ujian, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui".
،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،،
Hadis-hadis nabi tentang 'Ujub.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي حُلَّةٍ تُعْجِبُهُ نَفْسُهُ مُرَجِّلٌ جَمَّتَهُ إذْ خَسَفَ اللَّهُ بِهِ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ (1).

"Ketika seorang lelaki berjalan dengan menggunakan jubah yang ia kenakan, dan berjalan dengan rasa ta’ajub, lalu ia ditelan (oleh bumi), dan ia akan tetap berguncang-guncang (di dalam perut bumi) hingga datang hari kiamat.”
(Hadits Bukhari No. 5343)

قال أبو العباس القرطبي: (يفيد هذا الحديث ترك الأمن من تعجيل المؤاخذة على الذنوب، وأن عجب المرء بنفسه وثوبه وهيئته حرام وكبيرة) (2).

Abul Abbas AlQrthubi berkata : "hadits ini berisi pesan bahwa ada suatu dosa yang disegerakan. Yaitu berupa dibenamkan ke dalam bumi. Maka hendaknya seseorang tidak merasa aman dari siksa Allah. Hadis ini pula berisi agar menjauhi ujub. Ujub dengan pakaian, sikap adalah haram.

- وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال:
مَا مِنْ رَجُلٍ يَتَعَاظَمُ فِي نَفْسِهِ ، وَيَخْتَالُ فِي مَشْيَتِهِ ، إِلا لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَان (3).

“Tidaklah seseorang mengagungkan diri sendiri, membanggakan diri saat berjalan, kecuali dia akan bertemu dengan dan Allah dalam keadaan Allah marah kepadanya.” (HR. Al Hakim)

يقول المناوي في شرح هذا الحديث: ((مَا من رجل) أَي إنسان وَلَو أُنْثَى (يتعاظم فِي نَفسه يختال فِي مَشْيه) فِي غير الْحَرْب (إلا لقي الله تَعَالَى) يَوْم الْقِيَامَة أَو بِالْمَوْتِ (وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَان) لأنه لَا يحب المستكبرين, وَمَا لِابْنِ آدم وللتعاظم وإنما أَوله نُطْفَة مذرة وَآخره جيفة قذرة وَهُوَ فِيمَا بَين ذَلِك يحمل الْعذرَة وَقد خلق فِي غَايَة الضعْف تستولي عَلَيْهِ الأمراض والعلل وتتضاه فِيهِ الطبائع فيهدم بَعْضهَا بَعْضًا فيمرض كرها وَيُرِيد أن يعلم الشيء فيجهله وأن ينسى الشيء فيذكره وَيكرهُ الشيء فينفعه ويشتهي الشيء فيضره معرض للآفات فِي كل وَقت ثمَّ آخِره الْمَوْت وَالْعرض لِلْحسابِ وَالْعِقَاب فإن كَانَ من أهل النَّار فالخنزير خير مِنْهُ فَمن أَيْن يَلِيق بِهِ التعاظم وَهُوَ عبد مَمْلُوك لَا يقدر على شيء) (4).

Berkata AlManawi:i "Allah marah kepadanya, lantaran dia ujub ketika di dunia. Bagaimana seseorang bisa Ujub )berbangga kepada dirinya) padahal pada dirinya terhimpun segala kotoran. Dia tercipta dari nutfah yang hina, dia keluar lahir melalui saluran kencing, ketika dia di dunia seluruh tubuhnya adalah kotoran, dan dia kelak mati sebagai bangkai yang hina. Apabila dia mati dia dihadapkan pada hisab amalan dan siksaan. Jika dia termasuk penduduk neraka maka seekor babi lebih baik darinya. Bagaimana pantas dia berbangga pada dirinya? padahal dia adalah seorang hamba yang tidak punya kuasa apa-apa."

قال المناوي رحمه الله تعليقاً على هذا الحديث: (لأن العاصي يعترف بنقصه فترجى له التوبة والمعجب مغرور بعمله فتوبته بعيدة) (5).

Berkata Al manawi:. "Berkaitan dengan hadis ini, sesungguhnya orang yang maksiat itu mengakui akan aib dan kekurangannya, maka masih bisa diharap dia bertobat. Adapun orang 'ujub dia terpedaya dengan amalnya, maka taubat pun jauh darinya"

- وعن سلمان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ثلاثة لا يدخلون الجنة الشيخ الزاني والإمام الكذاب والعائل المزهو)) (6).

Rasulullah bersabda: "Toga golongan yang tidak akan masuk surga ; orang tua yang berzina, pemimpin yang menipu, orang miskin sombong".

- وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((ثلاث منجيات وثلاث مهلكات فأما المنجيات: فتقوى الله في السر والعلانية والقول بالحق في الرضى والسخط والقصد في الغنى والفقر. وأما المهلكات: فهوى متبع وشح مطاع وإعجاب المرء بنفسه وهي أشدهن)) (7).

Rasulullah bersabda; "tiga hal yang menyelamatkan dan tiga hal yang membiasakan. Tiga hal yang menyelamatkan adalah: taqwa kepada Allah baik dalam keadaan sunyi maupun ramai, perkataan yang hak (benar) disaat ridho maupun marah, tetap sederhana dalam keadaan miskin ataupun kaya. Adapun tiga yang membinasakan adalah; hawa nafsu yang diikuti, dengki yang diperturut, dan berbangga pada diri sendiri".

قال الملا علي القاري: ((وإعجاب المرء بنفسه) أي: باستحسان أعمالها وأحوالها أو مالها وجمالها وسائر ما يتوهم أنه من كمالها (وهي أشدهن) أي: أعظمهن وزرا وأكثرهن ضررا لأنه يتصور أن يتوب من متابعة الهوى، ومن رذيلة البخل، والمعجب مغرور ومزين فهو محبوب لا يرجى زواله كالمبتدع، فإنه قل أن يتوب من بدعته. وقال الطيبي: لأن المعجب بنفسه متبع هواه ومن هوى النفس الشح المطاع) (8)

Perkataan Qori : "Tanda diri ujub seseorang yaitu mengangggap bagus amalnya dan keadaannya atau hartanya, ketampanannya, dan seluruh apa yang dianggap sempurna dimilikinya.
Hal itu merupakan dosa, karena dia mengikuti hawa nafsu. Karena menganggap sebagai kebaikan maka susah tobatnya, sebagaimana ahlul bid'ah sangat sedikit dari mereka yang tobat sebab mereka menganggap bagus dirinya. Berkata ATibiy ; "setiap orang yang ujub itu mengikuti hawa nafsu diri sendiri"
-------

(1) رواه البخاري (5789)، ومسلم (2088).
(2) ((طرح التثريب)) (8/ 169).
(3) رواه أحمد (2/ 118) (5995)، والحاكم (1/ 128) (201)، والبخاري في ((الأدب المفرد)) (549). قال الحاكم: صحيح على شرط مسلم. ووافقه الذهبي. وقال المنذري في ((الترغيب والترهيب)) (3/ 357): رواته محتج بهم في الصحيح. وصحح إسناده البوصيري في ((إتحاف الخيرة المهرة)) (7/ 373).
(4) ((فيض القدير شرح الجامع الصغير)) (2/ 362).
(5) ((فيض القدير شرح الجامع الصغير)) (5/ 422).
(6) رواه البزار (6/ 493) (2529). وجوَّد إسناده المنذري في ((الترغيب والترهيب)) (3/ 189)، وقال الهيثمي في ((المجمع)) (6/ 255):رجاله رجال الصحيح غير العباس بن أبي طالب، وهو ثقة.
(7) رواه البيهقي في ((الشعب)) (9/ 396). وحسنه الألباني بشواهده في ((تخريج المشكاة)) (5122).
(8) ((مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح)) (8/ 3199).
________

PERBEDAAN UJUB DAN SYNONIMNYA

الفرق بين العجب ومرادفاته
قال ابن حزم رحمه الله: (الْعُجْب أصل يتفرع عنه التيه والزهو والكبر والنخوة والتعالي وهذه أسماء واقعة على معان متقاربة. ولذلك صعب الفرق بينها على أكثر الناس) (1).


Ibnu Hazm berkata: 'Ujub adalah pokok yang bersumber darinya dari cabang-cabang kesombongan, merasa tinggi, merasa lebih, oleh karena itu banyak manusia yang sulit membedakan arti 'ujub dan sombong, karena memang memiliki kemiripan (sinonim).

الفرق بين العجب والكبر:
قال أبو هلال العسكري رحمه الله: (الفرق بين العجب والكبر: أن العجب بالشيء شدة السرور به حتى لا يعادله شيء عند صاحبه تقول هو معجب بفلانة إذا كان شديد السرور بها، وهو معجب بنفسه إذا كان مسرورا بخصالها.

Perbedaan antara ujub dan sombong. Abu Hilal al-askari berkata: Ujub itu lebih tersamar, lebih tersembunyi, lebih rahasia, yang tidak bisa diukur indikasinya. Maka jika engkau mengatakan; 'Fulan itu menakjubkan artinya sangat menyenangkan. Namun jika dikatakan seseorang itu 'ujub manakala dia sangat takjub (sangat senang) dengan dirinya sendiri".

ولهذا يقال أعجبه كما يقال سر به فليس العجب من الكبر في شيء، وقال علي بن عيسى: العجب عقد النفس على فضيلة لها ينبغي أن يتعجب منها وليست هي لها) (2).

Ujub itu adalah: "Keyakinan seseorang atas karunia yang ada padanya yang disandarkan kepada dirinya, sehingga dia takjub pada diri sendiri padahal seyogyanya tidak demikian".

وقال الغزالي رحمه الله: (فإن الكبر يستدعي متكبرا عليه ومتكبرا به وبه ينفصل الكبر عن العجب كما سيأتي فإن العجب لا يستدعي غير المعجب بل لو لم يخلق الإنسان إلا وحده تصور أن يكون معجبا ولا يتصور أن يكون متكبرا إلا أن يكون مع غيره) (3).

Bedanya 'Ujub dengan sombong adalah; "kalau sombong itu memerlukan pihak lain untuk dijadikan sasaran menyombongkan diri, sementara kalau 'ujub dia hanya membutuhkan diri sendiri tanpa harus menunjukkan ujubnya kepada orang lain"

الفرق بين العجب والتيه:
قال مرتضى الزبيدي رحمه الله: (ونَقَل شَيْخُنَا عن الرَّاغِبِ في الفَرْقِ بَيْن المُعْجَبِ والتَّائِهِ، فَقَالَ: المُعْجَبُ يُصَدِّقُ نَفْسَه فِيمَا يَظُنُّ بِهَا وَهْماً. والتَّائِهُ يُصَدِّقُها قَطْعاً) (4).

Murtado azZubaidi berkata: "Ujub itu membenarkan diri sendiri dengan anggapannya"

الفرق بين العجب والإدلال:
يقول المحاسبي: (إن الإدلال معنى زائد في العجب وهو أن يعجب بعمله أو علمه فيرى أن له عند الله قدراً عظيماً قد استحق به الثواب على عمله, فإن رجاء المغفرة مع الخوف لم يكن إدلالاً وإن زايل الخوف ذلك فهو إدلال) (5).

Berkata al-muhasibi: "Adapun memamerkan artinya berlebih dalam ujubnya. Bisa saja seseorang itu ujub dengan ilmunya, dengan amalnya, dia memandang bahwa dirinya di sisi Allah punya kedudukan agung, dia menganggap dirinya berhak mendapatkan pahala atas amalnya, padahal seharusnya dia memiliki rasa takut manakala dia tidak memiliki kedudukan agung di sisi Allah.

---------------
(1) ((الأخلاق والسير)) لابن حزم الأندلسي (ص: 75).
(2) ((الفروق اللغوية)) (ص: 352).
(3) ((إحياء علوم الدين)) (3/ 341).
(4) ((تاج العروس من جواهر القاموس)) (3/ 318).
(5) ((الرعاية لحقوق الله)) (ص343 - 344).
---------------------

MAKNA UJUB SECARA BAHASA

معنى العجب لغة:
العجْب بالضم: الزَّهْوُ والكِبْرُ, ورَجُلٌ مُعْجَبٌ: مَزْهُوٌّ بِمَا يَكُونُ مِنْهُ حَسَناً أَو قَبِيحاً. وقيل: المُعْجَبُ، الإِنْسَانُ المعْجَب بِنَفْسِه أَوْ بِالشَّيْءِ. وقد أُعْجِبَ فُلَانٌ بِنَفْسِه فَهو مُعْجَبٌ بِرَأْيِهِ وبِنَفْسِه. والاسْمُ العُجْبُ، وَقِيلَ: العُجْبُ: فَضْلَةٌ من الحُمْقِ صَرَفْتَهَا إِلَى العُجْب (1).

Ujub secara bahasa memiliki kesamaan dengan: 'sombong, congkak. Dikatakan orang sombong, karena menganggap dirinya punya kelebihan. Dan dikatakan ujub; buah dari kebodohan tentang dirinya yang sebenarnya.

معنى العجب اصطلاحاً:
قال الجرجاني: العجب هو عبارة عن تصور استحقاق الشخص رتبة لا يكون مستحقا لها (2).

Al-Jurjani mengatakan: 'Ujub adalah ungkapan penggambaran tentang seseorang yang merasa memiliki hak, padahal sebenarnya dia tidak memiliki hak (kebaikan) tersebut.

وقال الغزالي: العجب هو استعظام النعمة والركون إليها مع نسيان إضافتها إلى المنعم (3).

Al Ghazali berkata: 'Ujub adalah menganggap agung sebuah nikmat dan dia condong kepadanya, disertai dengan lupa menyandarkan kepada pemberi nikmat (Allah).

وقال أحمد بن يحيى بن المرتضى: (العجب مسرة بحصول أمر يصحبها تطاول به على من لم يحصل له مثله بقول أو ما في حكمه من فعل أو ترك أو اعتقاد) (4).

Ahmad bin Yahya Bin Murtadho berkata:"Ujub adalah sikap berbangga dengan memperoleh suatu perkara, berbangga dengan memiliki sesuatu, dia sandarkan kepada dirinya, kepada orang yang tidak memilikinya sesuatu itu, baik dengan ucapan, dengan hukum, dengan perbuatan, dengan meninggalkan, atau dengan keyakinan"
قال أبو العباس القرطبي إعجاب الرجل بنفسه هو ملاحظته لها بعين الكمال والاستحسان مع نسيان منة الله تعالى (5)

Abul Abbas Alqurthubi berkata: "seseorang itu 'ujub kepada dirinya, yakni memandang dirinya dipenuhi dengan kesempurnaan, dan menganggap diri bagus, namun disertai dengan lupa bahwa itu semua adalah (semata²) pemberian Allah".
======
(1) انظر: ((لسان العرب)) (1/ 582) , و ((تاج العروس من جواهر القاموس)) (3/ 318).
(2) ((التعريفات)) (ص: 147).
(3) ((إحياء علوم الدين)) (3/ 371).
(4) ((البحر الزخار الجامع لمذاهب علماء الأمصار)) (6/ 490).
(5) ((طرح التثريب)) لأبي الفضل للعراقي (8/ 168).
============
Semoga bermanfaat. Amiin.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar