Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Senin, 04 Januari 2021

MANHAJ SALAF

 *MANHAJ SALAF*


قال إمامِ أحمدَ -رحمهُ اللهُ- لبعضِ أصحابِه: «إيَّاكَ أنْ تتكلمَ في مسألةٍ ليسَ لكَ فيها إمامٌ» [1].

▪ Imam Ahmad berkata; "Jauhilah oleh kalian berbicara dalam suatu masalah (agama) yang kamu tidak memiliki Imam di dalamnya".

NB:
- Kalau ada statement² aneh dalam perkara agama, kalau ada ucapan² ganjil tentang suatu amalan yang diucapkan oleh orang belakangan yang tidak pernah diucapkan oleh salaf, maka waspadalah !!

- Cros check dahulu ..., apakah ucapan tersebut dinukil dari sabda nabi?, perkataan sohabat?, tabi'in? Atba'ut tabi'in?, adakah salaf mengatakan demikian? Kalau tidak berarti mengada².

- Contoh perkataan yang menyebar di masyarakat;
. Siapa yang tak punya guru / syaikh, maka gurunya setan.
. Siapa yang baca sholawat Badar 7 kali, maka roh rasulullah hadir.
. Siapa yang rutin baca sholawat 1.000 kali tiap pagi, maka bisa melihat surga.
. Siapa yang baca wirid ini...ini... ini... sekian ribu kali... sekian jumlahnya... tiap habis sholat fardhu, maka dia bisa lihat jin.
. Siapa yang tidak witir, dia berdosa seperti menzinahi ibunya nabi.
. Siapa yang baca dzikir bla..bla...bla... sekian kali, maka di hari itu dia dapat rejeki melimpah.
. Dan sebagainya, banyak.... ucapan berbau agama yang mengada².

قال الإمام أحمد بن حنبل رحمه الله: "إن *استطعت أن لا تحك رأسك إلاّ بأثر فافعل"* (شرح السنة للبربهاري ص: 39)

▪ Imam Ahmad berkata: "Jika engkau mampu untuk tidak menggaruk kepalamu melainkan dengan (cara sesuai) sunnah, maka lakukanlah!"

NB:
- Andaikan ada sunnahnya bagaimana cara garuk- garuk, kita dianjurkan untuk mengikuti sunnah bagaimana garuk².
- Dalam masalah sekecil itu saja kita diperintahkan untuk ittiba', maka bagaimana lagi dengan masalah yang besar?

قال أحمد بن حنبل : "إنّما العلم ما جاء من فوق" (جامع بيان العلم وفضله، لابن عبد البر: 2/ 463)

▪ Imam Ahmad berkata; "Sesungguhnya ilmu agama adalah apa yang datang dari atasnya (rwayat sebelumnya)".

▪ Ini merupakan prinsip beragama yang ditulis dengan tinta emas.

قال عبدالله بن مسعود رضي الله عنه:
ﺍﺗَّﺒِﻌُﻮﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺗﺒﺘﺪﻋﻮﺍ ﻓَﻘَﺪْ ﻛُﻔِﻴﺘُﻢْ ، ﻭُﻛﻞُّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ" (ﺍﻹﺑﺎﻧﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ﻻﺑﻦ ﺑﻄﺔ: 182)

▪ Abdullah Bin Mas'ud berkata: "Ikutilah sunnah (ittiba')lah, dan jangan mengada-ada (berbuat bid'ah), karena sungguh kalian sudah tercukupi"

قال شيخ تقي الدين : "ﻛﻞ ﻗﻮﻝ ﻳﻨﻔﺮﺩ ﺑﻪ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺘﻘﺪﻣﻴﻦ ، ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺒﻘﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﺣﺪ ﻣﻨﻬﻢ ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺧﻄﺄ" (ﺇﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺇﺑﻄﺎﻝ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ)

▪ Berkata Syaikh Taqiyuddin; "Setia setiap perkataan dari orang-orang belakangan yang menyendiri dari salaf (sebelumnya) dan tidak ada seorang pun yang mendahului mereka dalam ucapan itu maka itu merupakan kesalahan"

قال ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﺍﻟﺒﺪﺭ ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ : (ﺇﺫﺍ ﺃﺭﺩﺕ ﺃﻥ ﺗﻘﻮﻝ ﻗﻮﻻً ﻓﻘﻞ ﻓﻴﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻭﻻ ﺗﺰﺩ) . (ﺗﺬﻛﺮﺓ ﺍﻟﻤﺆﺗﺴﻲ ﺷﺮﺡ ﻋﻘﻴﺪﺓ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻐﻨﻲ ﺍﻟﻤﻘﺪﺳﻲ).

▪ Syekh Abdul Rozak Al Badr berkata: "Apabila kalian ingin mengatakan suatu ucapan (tentang agama), maka katakanlah sebagaimana yang diucapkan salaf, dan janganlah menambahi".

قال شيخ الاسلام: ﻛﻴﻒ ﺃﻗﻮﻝ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻘﻞ؟ ‏ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺣﺮﺻﻪ ﻭﻋﻨﺎﻳﺘﻪ ﺭخمة ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺧﺬ ﻋﻤﻦ ﺳﻠﻔﻪ. (ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ، ﻻﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ)

▪ Berkata Syaikh al-islam; "Bagaimana aku mengatakan apa yang tidak mereka katakan? Dan ucapan- ucapan seperti ini menunjukkan atas semangat para Salaf dan penjagaan mereka (terhadap agama) dan sebagai rahmat Allah kepada orang-orang yang mengambil jalan yang ditempuh para salaf"

ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ: ﻭﻛﺎﻥ ﺷﺪﻳﺪ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﻭﺍﻟﻤﻨﻊ ﻟﻺﻓﺘﺎﺀ ﺑﻤﺴﺄﻟﺔ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺛﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ" (ﺇﻋﻼﻡ ﺍﻟﻤﻮﻗﻌﻴﻦ)

▪ Ibnul Qayyim berkata: "Dan para salaf sangat membenci dan melarang berfatwa dengan suatu masalah (agama) yang di dalamnya tidak ada atsar dari para salaf"

قال ﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ: ‏( ﺍﺻﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻨﺔ، ﻭﻗﻒ ﺣﻴﺚ ﻭﻗﻒ ﺍﻟﻘﻮﻡ ، ﻭﻗﻞ ﻓﻲ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻮﺍ ، ﻭﻛﻒ ﻋﻤﺎ ﻛﻔﻮﺍ ، ﻭﺍﺳﻠﻚ ﺳﺒﻴﻞ ﺳﻠﻔﻚ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ، ﻓﺈﻧَّﻪ ﻳﺴﻌﻚ ﻣﺎ ﻭﺳﻌﻬﻢ ‏) .

▪ Berkata Al-Auza'i; "Bersabarlah berpegang diatas sunnah, dan berhentilah sebagaimana para Salaf berhenti, dan ucapkanlah sebagaimana yang mereka ucapkan, dan tahanlah sebagaimana mereka menahan, dan tempuhlah jalan para salaf (pendahulu) mu yang sholeh"

ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻃﺒﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ: ﻓﺎﻟﺤﺬﺭ ﺍﻟﺤﺬﺭ ﻣﻦ ﻣﺨﺎﻟﻔﺔ ﺍﻷﻭﻟﻴﻦ . ﻓﻠﻮ ﻛﺎﻥ ﺛَﻢَّ ﻓﻀﻞ ﻣﺎ ، ﻟﻜﺎﻥ ﺍﻷﻭﻟﻮﻥ ﺃﺣﻖ ﺑﻪ. (ﺍﻟﻤﻮﺍﻓﻘﺎﺕ)

▪ Berkata Imam Syatibi; "Berhati-hatilah kalian dari menyelisihi orang-orang pertama (dalam beragama), karena sekiranya ada kebaikan niscaya orang-orang yang pertama sudah menjalankannya (mendahuluinya)".

▪ Inilah pokok dan prinsip beragama, yaitu dalam beragama harus merujuk kepada salaf baik dalam permasalahan aqidah, ibadah, manhaj, suluk, dan lainnya.

▪ Dalam beragama haruslah ittiba'. Yaitu mengikuti para pendahulu (salaf), yang masih murni dan belum ada penyimpangan -penyimpangan. Mereka mengikuti petunjuk kitabullah dan sunnah Rasulullah, sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat, tabi'in dan atba'ut tabi'in (salaf).

▪ Apakah manusia di zaman belakangan punya kartu hak pembuatan syariat? Apakah mereka memiliki surat.rekomendasi untuk memproduksi amalan² ibadah sesuai keinginan mereka?

( أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ) (الشورى: 21​) .

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah, yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih". (QS.Assyura: 21).

▪ Maka hendaknya setiap permasalahan agama didasarkan atas dalil dan dikembalikan (merujuk) pada keterangan salaf, hendaknya menghindari ikut-ikutan (taqlid), dan hendaknya waspadai ucapan-ucapan yang ganjil tentang agama.

قالَ شيخُ الإسلامِ ابنُ تيميَّةَ -رحمه اللهُ : «كلُّ قولٍ ينفردُ بهِ المتأخرُ عنِ المتقدمينَ، ولمْ يسبقْه إليهِ أحدٌ منهم، فإنهُ يكونُ خطأً»[5].

"Setiap perkataan dari orang-orang belakangan yang menyendiri dari salaf (sebelumnya) dan tidak ada seorang pun yang mendahului mereka dalam ucapan itu maka itu merupakan kesalahan"

قالَ شيخُ الإسلامِ ابنُ تيميَّةَ -رحمه اللهُ-: «ولا ريبَ أنَّ الخطأَ في دقيقِ العلمِ مغفورٌ للأمَّةِ وإنْ كانَ ذلكَ في المسائلِ العلميةِ [أي الاعتقاديةِ]، ولولا ذلكَ لهلكَ أكثرُ فضلاءِ الأمَّةِ» [6].

▪ Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah; "Tidak diragukan lagi bahwasanya kesalahan di dalam menjelaskan ilmu diampuni untuk umat ini, meskipun itu di dalam permasalahan² ilmu, seandainya tidak demikian, niscaya banyak dari umat ini sudah binasa".


-------------------------- -
[1] «سير أعلام النبلاء» (11/296) ط. الرسالة، «المسودة في أصول الفقه» (ص450) ط. دار الكتاب العربي.
[2] «المدخل المفصل» (1/350).
[3] انظر: «إعلام الموقعين» (2/175) دار الكتب العلمية.
[4] المراد بالنص هنا: ما لا يحتمل إلا معنى واحدًا، وهو اصطلاح الأصوليين، لا الفقهاء.
[5] «مجموع الفتاوى» (21/291).
[6] «المصدر السابق» (20/165).


Semoga bermanfaat. Amiin.
-------------------

Tidak ada komentar :

Posting Komentar