Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 17 Maret 2019

DI ANTARA TIPU DAYA SYETAN

*DI ANTARA TIPU DAYA SYETAN*

 Tidak boleh.. Mengganti istilah-istilah syara' dengan istilah lain, dengan alasan kekinian. Misalnya : "jihad" diganti "touring". Tindakan seperti ini bisa menyimpangkan maksud-maksud syari'at. 

 Riba menggurita, setelah berganti istilah jadi "bunga". Indah namaya "bunga" nan semerbak harum mewangi. Ada bunga mawar, melati, anggrek dan bunga desa.

 Khamer jadi menarik, setelah umat dicekoki istilah "wine". Apalagi Arak sekarang dinamakan dengan brand² kerèn; Benediktus, starblack, Bir, pilseneer, gordon, wiski, brendy dan sebagainya.

"Zina" dipercantik jadi "making love alias ML"... Zina kontrak diistilahkan nikah mut'ah. Kawin lari pakai ngelés nikah siri, "Syirik" dikemas dalam ungkapan yang menarik; "Wisata Religi". Meminta² kepada mayat dinamakan "ngalap barokah", i'tikaf di kuburan diistilahkan "riyadhoh". Berjilbab jogat- joget dinamakan musik islami, ada juga istilah pacaran islami, Miss muslimah, mungkin lama- kelamaan ada juga mencuri islami, mBegal islami....

 Sekarang; "kafir" diperhalus jadi "non-muslim".
- Jin pesugihan dinamakan khodam
- asli hakekatnya Jimat, tapi diistilahkan wifik, rojah, mahar gaib.
- Sate asu ditulis SATE JAMU
- daging babi, ditulis BB
- pelacur / perempuan asusila dinamakan pekerja hiburan malam komersialitas, punya serikat pekerja pula. Punya Jamsostek pula.
- termasuk pula di antaranya bangsa homo alias LGBT menamakan diri dengan istilah mereka sendiri.

 Demikianlah syaitan menamakan pohon larangan dengan : syajarotul khuldi (pohon kekal) mulkun laa yabla (kerajaan abadi) untuk menipu nabi Adam. Nabi Adam pun terperdaya. Sebagai pelajaran yang berharga bagi kita anak keturunannya.

 Di Timur Tengah, berkembang ungkapan "at-Ta'aamul ma'a al-Ghair" yang mereka maksud al-Ghair (orang lain) adalah orang kafir. Istilah "al-Ghair", yang dikampanyekan kaum liberalis Arab, sedikit tidak, telah sukses menggerus aqidah al-Walaa' wal-Baraa' dari hati remaja di banyak negara Timur Tengah. Inilah cikal-bakal "keributan" dan "gontok-gontokan" yang seakan tak pernah bisa berakhir di negara-negara Teluk.

 Meninggalkan istilah-istilah yang terdapat dalam al-Quran atau al-Hadits, sadar tidak sadar, berarti telah memutus tali penghubung antara hukum yang dikandung istilah tersebut di dalam al-Quran atau al-Hadits. Ini berbahaya. Ini bukan hanya kriminalitas terhadap hukum Allah, tapi sadisme. Biang kerok tersesatnya publik.

 Maka, hendaklah kita waspada dari orang-orang yang sengaja mengganti istilah-istilah syara' dengan istilah yang lain. Ada agenda iblis dibalik itu.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُون

_"Dan demikianlah untuk setiap Nabi, Kami jadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka *membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan*...."_ [QS. al-An'aam: 112]

______
 Abu Ziyan Johan Saputra Halim
(Dengan tambahan)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar