*MENGINGAT KEMATIAN*
🍘 Pada suatu hari seorang tabi’in Abu Hazim Salamah bin Dinar ditanya oleh Khalifah pada masa itu: Sulaiman bin Abdil Malik.
يا أبا حازم، ما لنا نكره الموت؟
قال: لأنكم عمرتم دنياكم وخربتم آخرتكم فأنتم تكرهون أن تنتقلوا من العمران إلى الخراب؟ (التاريخ دمشق لابن عساكر: ٢٢/٢٠)
“Wahai Aba Hazim, kenapa kita sgt tidak suka kematian ? Maka beliau berkata, “Karena kalian memakmurkan dunia kalian dan merusak akhirat kalian, sehingga kalian benci untuk berpindah dari tempat yang makmur ke tempat yang rusak dan terbengkalai”. (Tarikh liIbni 'Asyakir: 22/20)
🍘 Tiap waktu, yang ditarget hanya dunia. Tiap hari, yang dipikirkan hanya harta. Setiap saat, terus menerus sibuk dg materi. Setiap kesempatan, hanya orientasi duniawi. Waktu hidupnya habis untuk bergelut, berebut, bersaing dalam kompetisi duniawi.
🍘 Alloh Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.. (سورة المنافقون : 9)
”Hai orang-orang beriman, jangan sampai harta²mu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [Qs. Al-Munaafiqun: 9]
🍘 Jangan sampai TVmu membuatmu lalai dari berdzikir. Jangan sampai pekerjaanmu membuatmu sibuk terus lalu ada adzan pun tidak pernah datang sholat. Jangan sampai mobilmu, kendaraanmu kamu elus² terus, kotor sedikit dicuci, debu sedikit langsung di-lap, pudar sedikit di-kit, namun alQuran tak pernah disentuh, dibiarkan berdebu, tak penah dilap. Baru baca 2 ayat langsung ngantuk. Giliran baca medsos sampai berjam². Nonton dan searcing hingga larut malam. Giliran adzan subuh malah ngorok. Giliran sholat teramat terburu² tidak sampai 2 menit. Lebih lama berak (buang air besar) daripada sholat.
🍘 Bagaimana kiat² memperkuat dan memperkokoh iman? Di antara sebab-sebab yang membantu kekuatan iman adalah:
- Memperbanyak mengingat Alloh (dzikrulloh),
- Membaca Al-Qur’an,
- Mendampingi dan bermajelis dengan orang-orang shalih,
- Banyak² mengingat kematian.
Ini semua termasuk dari sebab-sebab bagi kehidupan hati, dan untuk mengingat Alloh Azza wa Jalla, dan meninggalkan perbuatan sia-sia dan lalai yaitu meninggalkan apa-apa yang dapat menyibukkan diri dari mengingat Alloh (dzikrulloh).
🍘 Muthorrif bin Sakhir berkata :
إن هذا الموت قد أفسد على أهل النعيم نعيمهم، فالتمسوا نعيما لا موت فيه.
[ مجموع رسائل ابن رجب (١٧٣) ]
"Sesungguhnya kematian itu merusak /mematikan kenikmatan. Maka carilah kenikmatan yang tidak mati"
🍘 Pernahkah kita berpikir kalo malam ini adalah malam terakhir kita didunia....
🍘 Pernahkah kita berpikir sebelum tidur sambil memandang langit" rumah yang bagus, berwarna putih..
"Tiba esok pagi ketika bangun & langit² itu berubah menjadi tanah lembab"
Itulah kematian....
- Pernahkah KITA TAKUT MATI ?
Padahal kita semua yakin bahwa suatu hari ia akan datang menjemput kita.
- Mau tidak mau, suka tidak suka… pasti kita diseret meringkuk dalam liang tanah !
Seandainya Allah tidak menyelamatkan kita dari beberapa kecelakaan yang pernah kita alami, niscaya kita telah dikubur kaku. Tiap bulan Ramadhan ditaburi kembang di atas pusara kita. Baju² kita yang dilemari mungkin sudah dikemasi dalam kardus. Lalu.disumbangkan ke pantinatau mungkin dimusnahkan. Sepatu dan sandal yang pernah kita miliki mungkin sudah dibakar atau dibuang ditempat sampah.
🍘 Andai saja Allah tidak menyelamatkan kita di laut kemarin, pasti kita telah mati. Lalu akun medsos kita tinggal kenangan pilu. Karena sudah lama tidak aktif, lalu dihapus dari domain website. Nomor HP kita juga tidak ada yang berani menghubungi. Nomor² telpon kita di HP kawan kita juga sudah didelet. Engkau sudah mayat, engkau pun saya lupakan. Kendaraan kita, mobil, sepeda motor mungkin saja sudah dijual. Karena kita sudah mati, mungkin istri kita sudah memiliki suami yang baru. Karena tak tahan berlama² dalam kesunyian. Kasurmu tempat tidurmu dulu juga ditempati lelaki lain. Piringmu tempatmu nasi, sudah dipakai lelaki lain. Rumahmu, perabotmu, sudah dimiliki orang lain. Kamu sudah mati. Mantan istrimu, anak²mu tidak mau lagi berlama² membahas tentangmu. Mereka sudah tertawa terbahak² dengan kekuarga barunya. Kamu terbujur kaku di dalam tanah. Hanya amalanmu yang menemanimu hingga datang hari kiyamat. Jika amalanmu baik maka kamu dalam nikmat barzakh. Namun jika amalanmu buruk maka engkau bersama ular berbisa dan siksa.
- *Lalu Kenapa kita takut menghadapi sesuatu yang pasti terjadi (mati) ?*
🍘 Setiap orang pasti memiliki jawaban yang bermacam-macam:
- Amalku masih kurang ?
- Masih banyak dosaku ?
- Kasihan sama anak-anakku, mereka masih kecil² ?
- Jangan dulu, aku Belum menikah ?
- Belum tercapai cita-citaku ?
- jangan dulu aku mati, hutangku belum lunas.
- tidak mau, saya belum begini- begitu
- mohon jangan dulu aku dimatikan, aku belum punya ini, belum punya itu...
*Di antara faedah mengingat kematian:*
🍘 Berkata Addaqoq :
من أكثر من ذكر الموت أكرم بثلاثة أشياء : - - تعجيل التوبة،
- وقناعة القلب،
- ونشاط العبادة.
[التذكرة بأحوال الموتى 126)]
"Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dia diberi 3 kemuliaan :
- segera bertaubat,
- hati yang menerima (qona'ah) apa yang ada,
- semakin semangat beribadah"
🍘 Berkata ulama' :
تذكر الموت يردع عن المعاصي، ويلين القلب القاسي، ويذهب الفرح بالدنيا ويهون المصائب فيها. [التذكرة بأحوال الموتى 133]
"Mengingat kematian itu mencegah tindak maksiyat, melembutkan hati yang keras, menghilangkan kebanggaan dengan materi dunia, dan meringankan berbagai musibah yang menimpa"
🍘 Musibah terbesar di dunia adalah : kematian. Mati adalah kejadian yang tidak bisa dilawan, tidak mungkin menghindar, tiada obat darinya. Jika seseorang ditimpa kematian, maka dia telah berada pada jarak yang sangat jauh dari dunia.
🍘 Jika kematian tiba, dan seseorang masih diatas pohon belum sempat turun, dia pasti akan jatuh sebelum turun ke tanah. Sedetik pun tidak bisa dimajukan, sedetikpun tak bisa dimundurkan.
🍘 Meskipun seseorang makan gorengan empat, lomboknya 12, ketika kepedasan dia hendak minum, namun ajal telah mendatanginya, niscaya dia tetap mati dan tidak sempat minum seteguk pun.
*Sakitnya sakaratul maut*
🍘 Berkata Abu Maisaroh :
لو أن ألم شعرة من الميت وضع على أهل السماء والأرض لماتوا جميعا .
[التذكرة بأحوال الموتى (154)]
"Seandainya sakitnya kematian sekecil rambut saja diletakkan kepada penduduk langit dan bumi niscaya mereka ikut mati pula"
🍘 Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai "sakaratul maut" (mabuk kematian). Sebelum mati maka merasakan mabuk kematian yang menyakitkan. Betapa sakitnya kesulitan bernafas, tulang punggung terasa patah dan melembek, rasa haus 100 kali dahaga. Sakitnya sakarot / sekarat yaitu fase perpindahan dari kehidupan kepada kematian sangat menyakitkan. Sakitnya orang kafir.saat seperti itu lebih sakit daripada sakitnya domba yang dikupas kulitnya hidup².
🍘 Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus ¢, ia berkata:
“Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya” [Al Maut hlm. 69]
🍘 Di antara dalil yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang mengiringi perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah:
ﻭَﺟَﺂﺀَﺕْ ﺳَﻜْﺮَﺓُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎﻛُﻨﺖَ ﻣِﻨْﻪُ ﺗَﺤِﻴﺪُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. [Qof: 19]
🍘 Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan kematian [3].
ﻛَﻶ ﺇِﺫَﺍ ﺑَﻠَﻐَﺖِ ﺍﻟﺘَّﺮَﺍﻗِﻲَ {26} ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻣَﻦْ ﺭَﺍﻕٍ {27} ﻭَﻇَﻦَّ ﺃَﻧَّﻪُ ﺍﻟْﻔِﺮَﺍﻕُ {28} ﻭَﺍﻟْﺘَﻔَّﺖِ ﺍﻟﺴَّﺎﻕُ ﺑِﺎﻟﺴَّﺎﻕِ {29} ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻚَ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻕُ
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [Al Qiyamah: 26-30]
🍘 Syaikh Sa’di menjelaskan:
“Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan.
🍘 Karena itu Allah berfiman:
“Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang akan menyembuhkan?” artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta’ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan”.[4]
🍘 Sedangkan beberapa hadits Nabi yang menguatkan fenomena sakaratul maut:
🍘 Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah ¢, ia bercerita (menjelang ajal menjemput Nabi :
ﺇِﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺭَﻛْﻮَﺓٌ ﺃَﻭْ ﻋُﻠْﺒَﺔٌ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎﺀٌ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳُﺪْﺧِﻞُ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻓَﻴَﻤْﺴَﺢُ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻥَّ ﻟِﻠْﻤَﻮْﺕِ ﺳَﻜَﺮَﺍﺕٍ ﺛُﻢَّ ﻧَﺼَﺐَ ﻳَﺪَﻩُ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻙ ﺍﻟﺮﻗﺎﻕ ﺑﺎﺏ ﺳﻜﺮﺍﺕ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﺎﺯﻱ ﺑﺎﺏ ﻣﺮﺽ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻭﻭﻓﺎﺗﻪ . ﺍﻟﺮَّﻓِﻴﻖِ ﺍﻟْﺄَﻋْﻠَﻰ ﺣَﺘَّﻰ ﻗُﺒِﺾَ ﻭَﻣَﺎﻟَﺖ
“Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata: “Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut”. Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata: “Menuju Rafiqil A’la”. Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas” [5]
🍘 Dari Anas Radhiyallahu anhu, berkata:
ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻤَّﺎ ﺛَﻘُﻞَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺟَﻌَﻞَ ﻳَﺘَﻐَﺸَّﺎﻩُ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻓَﺎﻃِﻤَﺔُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡ ﻭَﺍ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﺎﺯﻱ ﺑﺎﺏ ﻣﺮﺽ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻭﻭﻓﺎﺗﻪ . ﺍﻟﻴَﻮْﻡِ َ ﺭْﺏَ ﺃَﺑَﺎﻩُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻬَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺑِﻴﻚِ ﻛَﺮْﺏٌ ﺑَﻌْﺪَ
“Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: “Alangkah berat penderitaanmu wahai ayahku”. Beliau menjawab: “Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…[al hadits]” [6]
🍘 Dalam riwayat Tirmidzi dengan, ‘Aisyah menceritakan:
ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻣَﺎ ﺃَﻏْﺒِﻂُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﺑِﻬَﻮْﻥِ ﻣَﻮْﺕٍ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﻣِﻦْ ﺷِﺪَّﺓِ ﻣَﻮْﺕِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ
“Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan kematian pada Rasulullah”.[7]
🍘 Dan penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk. Dalil penguatnya, keumuman firman Allah: “Setiap jiwa akan merasakan mati”. (Ali ‘Imran: 185).
🍘 Dan sabda Nabi:
“Sesungguhnya kematian ada kepedihannya”. Namun tingkat kepedihan setiap orang berbeda-beda. [8]
*KABAR GEMBIRA UNTUK ORANG-ORANG YANG BERIMAN.*
🍘 Orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah dan ringan. Malaikat yang mendatangi orang yang beriman untuk mengambil nyawanya dengan kesan yang baik lagi menggembirakan.
🍘 Dalilnya, hadits Al Bara` bin ‘Azib Radhiyallahu ‘anhu :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻧْﻘِﻄَﺎﻉٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺇِﻗْﺒَﺎﻝٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻧَﺰَﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺑِﻴﺾُ ﺍﻟْﻮُﺟُﻮﻩِ ﻛَﺄَﻥَّ ﻭُﺟُﻮﻫَﻬُﻢْ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﻛَﻔَﻦٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻛْﻔَﺎﻥِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﺣَﻨُﻮﻁٌ ﻣِﻦْ ﺣَﻨُﻮﻁِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺠْﻠِﺴُﻮﺍ ﻣِﻨْﻪُ ﻣَﺪَّ ﺍﻟْﺒَﺼَﺮِ ﺛُﻢَّ ﻳَﺠِﻲﺀُ ﻣَﻠَﻚُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺠْﻠِﺲَ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺃَﻳَّﺘُﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲُ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺔُ ﺍﺧْﺮُﺟِﻲ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻐْﻔِﺮَﺓٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭِﺿْﻮَﺍﻥٍ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺘَﺨْﺮُﺝُ ﺗَﺴِﻴﻞُ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺴِﻴﻞُ ﺍﻟْﻘَﻄْﺮَﺓُ ﻣِﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴِّﻘَﺎﺀِ ﻓَﻴَﺄْﺧُﺬُﻫَﺎ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﺧَﺬَﻫَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺪَﻋُﻮﻫَﺎ ﻓِﻲ ﻳَﺪِﻩِ ﻃَﺮْﻓَﺔَ ﻋَﻴْﻦٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺧُﺬُﻭﻫَﺎ ﻓَﻴَﺠْﻌَﻠُﻮﻫَﺎ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻜَﻔَﻦِ ﻭَﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﺤَﻨُﻮﻁِ ﻭَﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻛَﺄَﻃْﻴَﺐِ ﻧَﻔْﺤَﺔِ ﻣِﺴْﻚٍ ﻭُﺟِﺪَﺕْ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻪِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ
“Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth (wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: “Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya”.
🍘 Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi." .[9]
🍘 Malaikat memberi kabar gembira kepada insan mukmin dengan ampunan dengan ridha Allah untuknya. Secara tegas dalam kitab-Nya, Allah menyatakan bahwa para malaikat menghampiri orang-orang yang beriman, dengan mengatakan janganlah takut dan sedih serta membawa berita gembira tentang syurga.
🍘 Allah berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﺛُﻢَّ ﺍﺳْﺘَﻘَﺎﻣُﻮﺍ ﺗَﺘَﻨَﺰَّﻝُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﺃَﻵﺗَﺨَﺎﻓُﻮﺍ ﻭَﻻَﺗَﺤْﺰَﻧُﻮﺍ ﻭَﺃَﺑْﺸِﺮُﻭﺍ ﺑِﺎﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﻮﻋَﺪُﻭﻥَ {30} ﻧَﺤْﻦُ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻓِﻲ ﺍْﻷَﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎﺗَﺪَّﻋُﻮﻥَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):” Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Fushshilat: 30]
🍘 Ibnu Katsir mengatakan:
“Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka dengan berkata “janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan”.
🍘 Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam:
“Kabar gembira akan terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan”.
Firman-Nya: “Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga”. [10]
🍘 Dalam ayat lain, Allah mengabarkan kondisi kematian orang mukmin dalam keadaan baik dengan firman-Nya:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺗَﺘَﻮَﻓَّﺎﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﻃَﻴِّﺒِﻴﻦَ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺳَﻼَﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﺩْﺧُﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salamun ‘alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)”, masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. [An Nahl: 32]
🍘 Syaikh Asy Syinqithi mengatakan:
“Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang yang bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-Nya akan diwafatkan para malaikat yaitu dengan mencabut nyawa-nyawa mereka dalam keadaan thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat, (ini) menurut tafsiran yang paling shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa syurga dan menyambangi mereka mereka dengan salam"
Semoga Allah menghidupkan kita.dalam kebahagiaan dan kebaikan. Semoga Allah mematikan kita kelak dalam kebahagiaan dan kebaikan. Amiin.
أبو حسن
Footnote
[1]. Diadaptasi oleh M. Ashim dari kitab Ahwalu Al Muhtazhir (Dirasah Naqdiyyah) karya Dr. Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz bin Ahmad Al ‘Ali, dosen fakultas Ushuluddin di Riyadh. Majalah Jam’iah Islamiyah edisi 124 tahun XXXVI -1424 H.
[2]. Al Maut hlm. 69
[3]. Lihat Jami’u Al Bayan Fii Tafsiri Al Quran (26/100-101) dan Fathul Qadir (5/75).
[4]. Taisir Al Karimi Ar Rahman Fi Tafsiri Kalami Al Mannan hlm. 833.
[5]. HR. Bukhari kitab Riqaq bab sakaratul maut (6510) dan kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
[6]. HR. Bukhari kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
[7]. HR. Tirmidzi kitab Janaiz bab penderitaan dalam kematian (979). Lihat Shahih Sunan Tirmidzi (1/502 no: 979).
[8]. At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/50-51).
[9]. HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).
[10]. Tafsiru Al Quranil ‘Azhim (4/100-101).
[11]. Adhwaul Bayan (3/266).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar