Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 17 Maret 2019

Larangan Mendirikan Bangunan di atas Kuburan

Larangan Mendirikan Bangunan atau Masjid di Atas Kubur”*

 Ahlus-Sunnah mengimani bahwa tidak boleh membangun bangunan atau masjid di atas kubur.

 Membangun masjid di atas kubur menjadi salah satu wasilah kemusyrikan dengan pengagungan orang-orang sholih yang telah mati (yang di kubur di tempat itu) dan bahkan meminta hajat kepada mereka untuk dikabulkan.

 Rasulullah _shallallaahu ’alaihi wasallam_ pernah bersabda ketika sakit menjelang wafat :

لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مسجدا قالت ولولا ذلك لأبرزوا قبره غير أني أخشى أن يتخذ مسجدا

“Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani karena mereka menjadikan kubur nabi mereka sebagai masjid. (Aisyah berkata) : “Kalau bukan karena hal itu, niscaya kubur beliau akan dinampakkan, hanya saja aku takut kubur beliau akan dijadikan masjid” [HR. Al-Bukhari no. 1330].

 ‘Aisyah dan Ibnu ‘Abbas _radliyallaahu ‘anhum_ berkata,”Ketika Nabi [] menjelang wafat, beliau menutupkan bajunya ke wajah. Ketika merasa gerah beliau membukanya dan bersabda :

لعنة الله على اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد يحذر ما صنعوا

“Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nashrani karena mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid.” Aisyah berkata : “Nabi memperingatkan akan perbuatan mereka” [HR. Al-Bukhari No. 435, Muslim No. 531]

 Ummu Habibah dan Ummu Salamah _radliyallaahu ‘anhuma_ menceritakan kepada Rasulullah [] tentang gereja yang mereka lihat di Habasyah (Ethiopia), dan banyak gambar (patung) di dalamnya, beliau lantas bersabda :

إن أولئك إذا كان فيهم الرجل الصالح فمات بنوا على قبره مسجدا وصوروا فيه تلك الصور أولئك شرار الخلق عند الله يوم القيامة

“Mereka itu (orang Nashrani) jika ada seorang shalih meninggal, mereka membangun masjid di atas kuburannya, dan membuat gambar (patung)nya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah pada hari kiamat” [HR. Al-Bukhari no. 427 dan Muslim no. 528].

 Al-Hafidh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata :

هذا الحديث يدل على تحريم بناء المساجد على قبور الصالحين ، وتصوير صورهم فيها كما يفعله النصارى ، ولا ريب أن كل واحد منهما محرم على انفراده ، فتصوير صور الآدميين محرم ، وبناء القبور على المساجد بانفراده محرم .....

“Hadits ini menunjukkan haramnya membangun masjid di atas kubur orang-orang shalih dan menggambar mereka seperti dilakukan oleh orang Nashrani. Tidak diragukan lagi bahwa masing-masing perbuatan itu diharamkan. Melukis manusia diharamkan dan membangun kubur di masjid juga diharamkan………” [Fathul-Baariy Syarh Shahih Al-Bukhari oleh Ibnu Rajab Al-Hanbaliy 3/202].

 Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan :

وكل ذلك لقطع الذريعة المؤدية إلى عبادة من فيها كما كان السبب في عبادة الأصنام . انتهى .

“Semua (larangan) itu bertujuan untuk memutus jalan menuju peribadatan kepada penghuni kubur. Sebab larangan ini sama halnya dengan sebab dilarangnya ibadah terhadap patung-patung (yang semula tujuan dari pembuatan patung-patung tersebut adalah untuk mengingat orang-orang sholih, namun akhirnya akhirnya patung itu juga diibadahi )” [Fathul Majiid oleh ’Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin ’Abdil-Wahhab hal. 220, Maktabah At-Taufiqiyyah].

 Ahlus-Sunnah adalah orang yang komitmen terhadap Sunnah Rasulullah []. Termasuk pengamalan hadits shahih di atas. Tentu saja ini banyak bertolak belakang dengan sebagian pengamalan orang-orang yang mengaku menisbatkan diri kepada madzhab Ahlus-Sunnah di masyarakat. Justru mereka lah pihak-pihak yang menyemarakkan kuburan sebagai tempat peribadahann. Kuburan 'wali' mereka bangun, dengan ornamen- ornamen, diberi lampu penerangan, lalu para pengunjung (peziarah) di situ melakukan "ibadah" :
- mengaji, terutama surat Yaasin
- tahlilan, sambil gèléng² kepala
- ngalap berkah, mengusap² nisan
- beristighosah
- ber'wasilah' dengan penghuni kubur
- meminta dikabulkannya hajat kepada mayat
- melakukan bid'ah², dzikir jama'i
- sujud di pekarangan pemakaman
- berdoa lama, merengek² & menangis
- duduk i'tikaf.
Dan perbuatan seperti ini adalah bid'ah, bahkan meminta hajat kepada mayat dan berdoa agar dikabulkannya harapan kepada mayat adalah perbuatan MUSYRIK. Sudah bid'ah ngeyel lagi. Sudah musyrik, keras kepala lagi.

 Al-Imam Al-Faqih Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i berkata dalam kitab Az-Zawajir ‘an Iqtiraafil-Kabaair (1/120) :

" الكبيرة الثالثة والرابعة والخامسة والسادسة والسابعة والثامنة والتسعون اتخاذ القبور مساجد ، وإيقاد السرج عليها واتخاذها أوثاناً ، والطواف بها ، واستلامها ، والصلاة إليها ".

“Dosa besar ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilanpuluh adalah menjadikan kuburan sebagai masjid, menyalakan obor di atasnya (lampu), menjadikannya sebagai berhala, berjalan berputar-putar mengelilinginya, dan shalat menghadapnya” (Az-Zawajir ‘an Iqtiraafil-Kabaair : 1/120)

[selesai].
*****

 Itulah sedikit ringkasan tentang Ahlus-Sunnah dalam beberapa pokok aqidah dan amalan. Tentu saja, masih banyak hal lain yang tidak tersinggung di sini. Saya persilakan ikhwah penuntut ilmu lainnya yang melengkapi. Semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kesalahan…………..

Semoga bermanfaat. Amiin
Abu Al-Jauzaa’ 1429

Tidak ada komentar :

Posting Komentar