Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 29 Maret 2020

Cepatnya Waktu Berlalu

*CEPATNYA WAKTU BERLALU*
Asy-Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al-Fauzan _hafizhahullah,_
Pertanyaan:
حديث " فِي آخِرِ الزَّمَانِ تَكُونَ سَنَتِكُمْ كَالشَّهْرِ وَالشَّهْرُ كَالأسْبُوعِ وَالأسْبُوعُ كَالْيَوْمِ " ما صحتهُ؟
Bagaimana kedudukan hadits "Di akhir zaman nanti akan terjadi satu tahun seperti satu bulan, satu bulan seperti satu pekan, dan satu pekan seperti satu hari?"
Jawab:
نعم الحديث صحيح ومعروف تقارب الزَّمان في أخر الوقت حتى يكون الأسْبُوع كاليوم ويكون الشَّهر كالأسْبُوع ويَتَقَارَبْ الزَّمان
"Ya, hadits tersebut shahih dan ma'ruf (dikenal). Masa saling mendekat di akhir waktu (di akhir zaman) sampai-sampai satu pekan seperti satu hari, satu bulan seperti satu pekan, dan masa saling mendekat."
إما واللهُ أَعْلَم أن هذا لاِنْشِغَالِ الناس وتَمُر عليهِم الأيام وهم مشغُلُون وﻻ يدرُون عنها، وَإمَا أن الزَّمان نفسه يتقارب ويَتَقَاصَر والله أعلم.
"(Yang demikian itu) Bisa terjadi karena -Allahu a'lam- kesibukan manusia dan mereka menjalani hari-hari dalam keadaan mereka sibuk sehingga tidak menyadari hal itu (berlalunya waktu); atau bisa juga karena masa itu sendiri saling mendekat dan memendek (menjadi lebih singkat). Dan Allah-lah yang lebih mengetahuinya."
••••••••••••••••••
.
*Zaman Semakin Berdekatan*
(Semakin Singkatnya Waktu).
Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
Di antara tanda dekatnya hari kiyamat adalah waktu zaman cepat berlalu. Rasulullah _Shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى… يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ.
‘Tidak akan tiba hari Kiamat hingga… zaman berdekatan.’” [riwayat Bukhari]
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ.
“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma.” [riwayat Ahmad]
Ada beberapa pendapat para ulama tentang makna berdekatannya zaman, di antaranya:
Pertama : Maksudnya adalah sedikitnya keberkahan di dalam waktu. (Ma’aalimus Sunan VI/141-142, / Fat-hul Baari (XIII/16).
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hal ini telah didapati pada zaman kita sekarang ini. Karena kita telah menjumpai cepatnya waktu berlalu yang tidak pernah kita temukan pada zaman sebelum kita.” [Fat-hul Baari (XIII/16)]
Kedua : Maksudnya adalah apa yang akan terjadi pada zaman al-Mahdi dan Nabi ‘Isa _Alaihissallam_ , di mana manusia menikmati kehidupannya, adanya jaminan keamanan, juga keadilan. Saat itu manusia merasakan singkatnya masa-masa kemakmuran padahal waktunya lama, dan masa-masa sulit dirasakan lama padahal singkat. [Fat-hul Baari (XIII/16)]
Ketiga : Maksudnya adalah kedekatan (kemiripan) keadaan penghuninya dalam hal sedikitnya ilmu agama. Sehingga, tidak ada amar ma’ruf dan nahi munkar di tengah-tengah mereka karena mendominasinya kefasikan dan para pelakunya. Aksi tindakan yang ditampilkan yang sebenarnya adalah kebodohan. Secara khusus hal itu terjadi ketika upaya mencari ilmu ditinggal-kan serta ridha dengan kebodohan. Karena sesungguhnya manusia tidak sama dalam keilmuannya, dan beragamnya tingkatan ilmu mereka, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
“… Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” [Yusuf: 76]
Dan mereka dikatakan sama hanya ketika dalam kebodohan.
Keempat : Maksudnya adalah berdekatannya orang-orang pada zaman tersebut karena banyaknya sarana-sarana perhubungan dan transportasi darat, laut maupun udara yang mendekatkan jarak yang jauh. [Ithaaful Jamaa’ah (I/497), dan al-‘Aqaa-idul Islaamiyyah hal. 247)
Kelima : Maknanya adalah singkatnya waktu, cepat secara hakiki, hal itu terjadi di akhir zaman. Dan benar² perguliran waktu terasa cepat. Dan hal tersebut bisa dirasakan banyak orang yang mereka terhenyak tiba- tiba rambut mereka memutih beruban, tiba- tiba usia mereka benar² senja.
Peristiwa ini belum terjadi sampai sekarang, hal itu diperkuat oleh riwayat yang menjelaskan bahwa hari-hari ketika Dajjal datang terasa lama, sehingga satu hari bagaikan satu tahun, bagaikan satu bulan dan bagaikan satu pekan. Sebagaimana hari-hari itu terasa lama, maka ia pun bisa terasa singkat [Mukhtashar Sunan Abi Dawud (VI/142)].
Hal ini terjadi karena rusaknya tatanan alam, dan telah dekatnya kehancuran dunia.
Ibnu Abi Jamrah rahimahullah berkata, “Kemungkinan yang dimaksud dengan dekatnya zaman adalah singkatnya (waktu) sesuai dengan yang diungkap dalam sebuah hadits:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ.
“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga satu tahun bagaikan satu bulan.”
Oleh karenanya, maka singkatnya waktu bisa berupa sesuatu yang dapat dirasakan oleh indra atau sesuatu yang maknawi.
Adapun yang bisa dirasakan indra sama sekali belum nampak, mungkin hal itu terjadi sebagai tanda dekatnya Kiamat.
Adapun yang maknawi, hal itu sering terjadi. Hal itu dirasakan oleh para ulama dan orang-orang yang memiliki kecerdasan dalam ilmu dunia. Mereka mendapati diri mereka tidak mampu melakukan pekerjaan persis seperti yang dilakukan sebelumnya, mereka mengeluhkannya dan tidak mengetahui alasan akan hal itu, kemungkinan hal itu terjadi karena lemahnya keimanan yang disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran syari’at dalam berbagai hal, terutama pelanggaran dalam hal makanan. Tidak diragukan di dalamnya ada sesuatu yang murni haram dan yang syubhat, dan kebanyakan manusia tidak berhenti mengkonsumsi hal itu, walaupun ia sanggup untuk mendapatkan sesuatu yang halal, akan tetapi dia tetap mengambilnya tanpa mau peduli.
Semakin singkatnya waktu bermakna tercabutnya keberkahan dalam waktu. Dan keberkahan umur, rizki, dan tumbuhan hanya dapat diwujudkan dengan kekuatan iman, mengikuti perintah, dan menjauhi larangan, dalil akan hal itu adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi….” [Al-A’raaf: 96][9]
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M,

Tidak ada komentar :

Posting Komentar