Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 29 Maret 2020

Ghuluw & Contoh- contohnya

*GHULUW*
Nabi bersabda;
إِيَّاكُمْ وَاْلغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّيْنِ
“Jauhilah kalian dari sikap ghuluw di dalam agama, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena ghuluw dalam agama.” (HR. Ahmad, al-Musnad, 1/215)
Nabi juga bersabda;
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ
“Jauhilah kalian dari sifat berlebih-lebihan di dalam agama.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi)
Dalam riwayat Bukhari Muslim, di zaman nabi ada tiga orang hendak berlebih- lebihan dalam beragama. Orang pertama mau sholat malam semalaman tidak tidur. Orang kedua mau puasa dan tidak akan berbuka. Orang ketiga akan membujang tidak akan menikah selamanya. Namun ketiganya ditegur oleh nabi, agar tidak berlebihan dalam beragama.
Berlebihan dalam beragama juga tercela. Yaitu berlebihan hingga melampaui batasan yang seharusnya. Contoh;
Syiah Rafidhah berlebihan (ghuluw) dalam mengagungkan Ali bin Abu Talib dan 12 imam mereka.
Kaum Nasrani berlebihan (ghuluw) dalam mengagungkan Isa bin Maryam. Hingga menganggapnya anak tuhan.
Kaum Yahudi berlebihan (ghuluw) dalam mengagungkan Nabi Uzair. Uzair putra Allah katanya.
Kaum Tarekat/ sufi berlebihan (ghuluw) dalam ilmu "batin", dzauq, hakekat mereka. Menafikan syariat.
Muta'asshibin, berlebihan (ghuluw) terhadap kelompok mereka. Ta'asshub, ashobiyah berlebihan dengan kelompoknya.
Kaum filsafat dan Liberal ghuluw dalam menuhankan akal mereka. Sistematika berfikir kristis, logis, rasional mereka lebih dominan daripada dalil² syariat.
Khowarij ghuluw dalam masalah Takfir. Berlebihan dalam permasalahan pelaku dosa besar apakah masih mukmin atau keluar dari islam. Juga termasuk ghuluw secara i'tiqadi terhadap pemerintah dan sistem negara.
Murji'ah ghuluw dalam dalil² roja' (harapan). Sebaliknya, ghuluw dalam khouf (rasa takut), akhirnya terlalu panik dan pesimistis. Orang² yang bunuh diri, ingin mengakhiri hidup adalah orang² yang ghuluw dalam kekhawatiran, kepanikan dan ketakutan. Padahal hidup hari esuk tidaklah seburuk yang mereka takutkan. Kenapa harus gantung diri di pohon tomat ??
Jabariyah dan qodariyah ghuluw dalam permasalahan taqdir.
Mu'tazilah ghuluw dalam mempertuhankan akal logika dan empirisme.
Kaum Nuh berlebihan (ghuluw) dalam mengagungkan orang- orang sholih mereka. Dan inilah penyebab kesyirikan pertama kali dalam sejarah. Awalnya berhala patung Wadd, Yaghyts, Yauq, Yasr, Nashr adalah hanya untuk mengenang orang² sholih mereka atas jasa- jasanya. Namun lambat laun setan bermain peran. Sikap ghuluw dalam mencari berkah, tawassul , istighosah dengan orang² sholih yang sudah mati tersebut mengantarkan mereka kepada kemusyrikan.
Hal itu sama PERSIS dengan kaum QUBURIYUN di zaman now. Awalnya mereka berniyat untuk tabarruk, tawassul , istighosah dengan kubur wali² mereka. Kuburan wali² tersebut pun dibangun layaknya istana. Ada ornamen indah, ada lampu- lampu, di beton, dikeramik, dihias, diatap, ada foto mayat di kubur, di warung² pengikutnya, di rumah² para fans. Yang itu semua jelas- jelas menyimpang dari ajaran nabi.
berlebihan (ghuluw) dalam permasalahan Tahdzir dan Tabdi' (membid'ahkan) suatu amaliyah. Tidak merinci pelaku bid'ah itu dalam melakukan kebid'ahan karena 'illah ketidak tahuan, awam atau memang sudah tegak hujjah kepadanya. Juga, seharusnya suatu perkara bid'ah tersebut mengeluarkan dari millah agama atau tidak. Juga, ketika mengingkari bid'ah tersebut ada mashlahatnya atau mafsadatnya. Sebab dalam mengingkari suatu bid'ah adakalanya kita bersikap tasyaddud (ekstrim), adakalanya bersikap ma'dzur (memberi toleransi). Ini semua perlu diterapkan secara proporsional. Tidak boleh gegabah dan sembarangan. Jika tabdi' secara ghuluw, maka lahirlah kerusakan. Sebagaimana anggapan yang keliru tentang "semakin keras dalam menTAHDZIR, semakin keras dalam menTABDI', maka semakin Mencocoki sunnah. Ini kaedah atk berdasar dan keliru.
berlebihan (ghuluw) dalam berhijab, berjilbab, panjang jipbabnya sampai 7 meter, balitanya sudah dicadari, atau tidak isbal celana cingkrangnya sampai lutut. Emangnya mau sholat apa main bola ??
berlebihan (ghuluw) dalam membaca alQuran. Mulutnya, bibirnya sampai monyong² jelek sekali. Ludahnya muncrat, justru over keluar dari kaedah tajwid.
berlebihan (ghuluw) dalam bercanda. Sampai masalah yang seharusnya serius justru dijadikan candaan. Bercanda tidak tepat pada konteknya justru menimbulkan fitnah, ada yang tersinggung, ada yang jengkel. Karena berlebihan. Andaikan tawassut, sesuai proporsinya maka bagus canda itu. Bagaikan garam dalam masakan. Tak ada garam masakan hambar, tapi kelebihan garam jadi asin. Bikin gaber- gaber.
berlebihan (ghuluw) dalam penggunaan sutrah. Sampai ada orang mau keluar masjid karena batal dihalang- halangi. Bahkan sampai didorong dan berakibat ribut.
ghuluw kepada tokoh atau wali. Meyakini para wali dan orang-orang shalih sebagai orang-orang yang ma’shûm (bersih dari dosa). Punya karomah. Sampai- sampai klenik fan tahayul pun dianggap karomah. Seperti tongkat wali tersebut pemberian Umar bin Khatab, sorbannya yang ngasih Hasan cucunya nabi. HP android nya dibelikan oleh Abu Bakar. Astagfirullah.Sampai orang setengah gila pun dianggap wali. Wali kok merokok, gak pakai baju, jalan- jalan di embong amit- amit waktu sholat pun tidak ke masjid. Wali apa an nih ?
Termasuk Ghuluw kepada wali adalah lebih mendahulukan ucapan- ucapannya daripada Quran, daripada Hadits² nabi, daripada perkataan salaf. Jelas sekali sikap ghuluw kepada wali atau tokoh jika ucapannya diajadikan i'tikad dan keyakinan agama. Cukup sebagai ghuluw kepada mereka jika tabarruk (mengharap berkah) dengan foto² mereka dan kuburan mereka. Lha wong ketika masih hidup saja dimintai berkah gak bisa ngasih, lha apalagi wis mati !!
ghuluw dalam tasmiyah, memberi nama anak. Anaknya dikasih nama ; Izroil, atau Zabaniyah, Alexander the great, Syahan syah. Atau sangat panjang nama tersebut. Ini jelas berlebihan. Tapi juga jangan terlalu ifrath, nama anaknya; Sarno, Gudél, Cikrak, Kletong, dan Kebo.
ghuluw kepada organisasi/ kelompok. Sampai mengadakan baiat- baiat. Dia bangun wala' walbaroo' bukan berlandaskan agama tapi berlandaskan spirit organisasi kelompok. Kalau satu organisasi berarti saudara, diluar organisasi adalah musuh. Keluar organisasi dikategorikan mufaraqah, yang terlepas dari hak- hak muwalat. Tidak diucapi salam, sakit tidak dijenguk, undangannya tidak dihadiri, ketemu tidak disenyumi, mati tidak ditakziyahi. Mengerikan. Padahal masih sama² islam. Ini semua adalah akibat ghuluw dalam hizbiy (fanatik berkelompok).
Over fanatik kepada kelompoknya hingga menganggap kelompoknya saja yang paling ASWAJA. Kelompok lain tidak masuk surga. Bahkan menganggap kelompoknya sudah menjadi agama itu sendiri, hanya kelompoknya saja yang masuk surga, selain kelompoknya masuk neraka karena dianggap keluar dari ahlussunnah.
ghuluw kepada guru/ syaikh. Sampai katanya harus taat dan patuh kepada guru spiritualnya seperti taatnya mayat yang dimandikan. Tidak boleh kritik, masukan, sanggahan, tapi harus taat tanpa reserve.
ghuluw dalam melontar Jumratul Aqabah di saat hajji. Seharusnya yang dilempar berupa tujuh batu sebesar ibu jari. Ghuluw, akhirnya batu segedé kepala, sandal juga dilemparkan, biar cepat mati setannya. Katanya.
berlebihan (ghuluw) dalam dzikir. Saking semangatnya beribadah, dzikir sambil goyang² kepalanya (tamayul). Bahkan kelompok² tarekat sufi menciptakan model² ibadah, membikin Kaifiyat² dzikir sendiri yang tidak pernah diajarkan Nabi.
berlebihan (ghuluw) dalam muamalah contohnya mengharamkan sesuatu yang jelas² halal. Inilah bentuk ghuluw Sufi yang mengatakan bahwa "barang siapa yang menyibukkan diri dengan dunia maka dia bukan orang yang menginginkan akhirat. Kata orang sufi; "punya mobil, punya rumah bagus, punya gaji besar merupakan aib". Ha??
Punya kekayaan materi merupakan cacat spiritual. Ada- ada saja.
berlebihan (ghuluw) dalam pembelaan kepada adat/ tradisi leluhur. Peninggalan nenek moyang harus dilestarikan. Katanya. Biarpun tradisi tersebut tidak pantas, musyrik dan porno. Larung tumpeng, labuhan kepala kerbau, tanam tumbal pesta laut, tari kemben, seni gandrung dan gambyong. Kuda lumping makan beling. Tradisi dibela- belain sampai mati sekalipun menerjang syariat. Rela berpegang dengan sebuah adat kebiasaan yang dengannya seseorang terhalang untuk beralih kepada adat baru yang lebih baik.
ghuluw dalam bercita- cita, berlebihan dalam menggapai target² impian. Akhirnya jadilah pemimpi, ilusi panjang angan², dan penghayal. Kecuali dibarengi dengan tindakan nyata. Ingin hafal AlQuran, tapi tidur terus. Ini namanya menghayal. Ingin masuk diterima di universitas favorit, tapi belajar malasnya minta ampun. Ini namanya berhayal.
ghuluw dalam perkara² sehari- hari. Misalnya berlebihan dalam berbelanja, berlebihan dalam fashion, berlebihan nge-game, berlebihan nonton sampai matané 'mendolo' dan bengkak, berlebihan makan sampai perut nyaris meledak, atau keterlaluan dalam hemat. Sampai gak mau makan supaya hemat, makan cuma nasi dan Garam. Saking ngiritnya, anaknya tidak disekolahkan, istrinya tidak dinafkahi. Alias super ngirit. Tidak gitu juga kalii. Ngerii...!! Berlebihan diam, berlebihan bicara, berlebihan tidur. Tidur kebanyakan, sampai sholat pun tidur. Dan lainnya. Na'udzu billahi min ghuluw.
LARANGAN GHULUW
Ghuluw, alias Tanaththu’ (Sikap Ekstrem), Tasyaddud (Memberat-Beratkan Diri), I’tidâ’ (Melampaui batas Syariat), Takalluf (Memaksa-Maksa Diri), atau over, semuanya terlarang.
Allah subhanahu wa ta’ala melarang Ghuluw :
يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لَا تَغۡلُواْ فِي دِينِكُمۡ وَلَا تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡحَقَّۚ
“Wahai sekalian ahli kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian dan janganlah kalian mengucapkan atas nama Allah melainkan yang benar.” (an-Nisa’: 171)
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُون (البقرة: 299)
"Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim." (2: 229)
TAFSIR: Syariat agama ini ada rambu- rambu yang harus dipatuhi, rambu batasan dari Allah yang membedakan antara perkara halal dan perkara haram, antara yang boleh dan tidak, maka janganlah kalian melanggarnya. Barangsiapa melanggar batas-batas agama, maka mereka itu adalah orang-orang yang telah berbuat kezaliman.
SOLUSI
Islam itu agama adil, yakni menempatkan sesuatu pada proporsinya. Islam mencintai sikap adil dan tidak berlebih-lebihan. Islam juga agama tawassut, pertengahan antara ghuluw (berlebihan) dan tafrith (meremehkan). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةٗ وَسَطٗا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat yang adil dan umat pilihan, agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul itu (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.” (al-Baqarah: 143)
Semoga manfaat. Semoga barokah. Amiin. 10-2-2020

Tidak ada komentar :

Posting Komentar