Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 29 Maret 2020

Sikap terhadap Muslim yang Maksiyat

*Sikap Terhadap Muslim Yang Bermaksiat*
Ada fenomena;
- lihat ibu- ibu berjilbab tidak lebar, sinis
- ada santri masih suka rokok, dibilang keluar dari manhaj salaf
- ada jama'ah masjid suka salam- salaman setelah sholat, ditepis
- ada tetangga masih suka musik- musik, tidak disapa.
Benarkah sikap demikian?
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata:
«لو وجدنا رجلا مسلما يشرب الخمر ويشرب الدخان ويجر ثوبه خيلاء ،
فإننا لا نبغضه كما نبغض الكفار ، فمن أبغضه كما يبغض الكافر فقد أنقلب على وجه ، كيف تسوي بين مؤمن عاصي فاسق ، وبين الكافر ؟! هذا خطأ عظيم .
ربما بعض الناس يكره المؤمن الذي عنده هذا الفسق أكثر مما يكره الكافر ، وهذا - والعياذ بالله - من إنقلاب الفطرة ، فالمؤمن مهما كان خير من الكافر .
المؤمن العاصي ، لا تكرهه بالمرة ، بل تحبه على ما معه من الإيمان وتكرهه على ما معه من المعاصي ». (شرح رياض الصالحين: ٢/٧٣)
"Jika kita mendapati seorang muslim minum minuman yang memabukkan, suka merokok, dan berpakaian melebihi mata kaki (isbal); maka tentunya kita tidak membencinya sebagaimana kita membenci orang kafir. Barangsiapa membencinya sebagaimana ia membenci orang kafir, maka sungguh telah terbalik cara pandangnya. Bagaimana bisa disamakan antara seorang mukmin yang bermaksiat lagi fasik dengan orang kafir?! Ini sangat keliru. Sebagian orang seringkali tidak menyukai mukmin yang melakukan kefasikan seperti ini lebih besar ketidak sukaannya terhadap orang kafir. Hal ini---wal'iyadzubillah---halbinivtermasuk terbaliknya fitrah. Seorang yang masih mukmin itu bagaimanapun keadaannya, masih lebih baik dari pada orang kafir. Mukmin yang bermaksiat jangan engkau tidak menyukainya sama sekali. Tetapi cintailah dia jarena atas keimanan yang ada padanya dan bencilah dia atas kemaksiatan yang ada padanya."
Syarh Riyadhish Shalihin 2/73

Tidak ada komentar :

Posting Komentar