*PERCIKAN RAHMAT-MU*
Aku kabarkan padamu sobat, suasana yang jarang kalian temui di kota besarmu. Semoga suatu saat nanti kalian mendapatkan kesempatan menikmati ramahnya alam...
- bakar singkong di ladang sembari melempari bajing di pohon Petai
- menyusuri jalan setapak, di kanan- kiri terdengar hewan Garéng dan Thété berbunyi
- petang hari pulang dari sawah
melalui tegalan, suara Conggérét bersahutan dari arah pohon² pinus
- melihat kumpulan burung Jalak Urén berlompatan di dahan kayu
- mengejar ayam hutan (pitik alas) di kebun ketela wong Weru. Seruu... meski gak ketangkap
- Wong Kerdu terdengar ribut- ribut, rupanya anak- anak ayamnya dimangsa entah Garangan entah Luwak...
- jam setengah empat pagi, wong- wong Témplék beriringan membawa obor menyusuri jalanan gelap. Ada yang memikul barang² yang hendak dijual ke pasar.
- dari kejauhan terdengar suara kapak orang menebang kayu.
- Mbah Sugiyem masih setia jualan kembang pandan di pasar prapatan. Sejak aku SD dulu, di tempat itu pula dengan ibunya jualan kembang.
- dari atap dapur mbah Bini, tampak membumbung kepulan asap. Berarti mbah Wagiyem masak dengan kayu bakar. Blak-bluk.. blak- bluk... dia menumbuk sesuatu di lumpangnya.
- jam tiga pagi penjual sayur pasar Plaosan sudah buka dasaran. Sementara bapak- bapak jigang di warung kopi.. sambil menyalakan udud... sembari semua masih sambil selimutan menahan dingin angin Sarangan..
- kang Sumadi pagi- pagi sudah balik dari pasar Purwantoro. Rombong sepedanya kanan- kiri berisi kambing dagangan. Kambingnya mengembik terus sepanjang jalan... mbèéék... mbèéék...
- Yu Sarti karung gabahnya jatuh dari sepeda... ditolong kang Wito di jalan Brang Étan. Orang² pada suka menolong.
- mbah Marmo Sidoredjo hampir tak kenal musim kemarau. Karena depan rumahnya persawahan... air sungainya mengalir lestari dari gunung Lawu.
- tampak para petani Gilang itu tentram hidupnya. Berangkat dan pulang kerja semau dia. Mengatur waktu istirahat dan makan terserah dia. Tak ada yang 'membawahi' urusannya.
- suara musik di sini alami bukan buatan; ... gemericik air pancuran, bengah suara lembu, siulan burung ciblek, kicau manuk pleci, kokok ayam ngemong anak- anaknya. Koak- koak angsa dan bekur- bekur mentok Lik Jaikem.
- liat anak itik rebutan makan, kasih makan ayam dan mentok cukup mengasyikkan
- tanam- tanam, siram- siram, petik- petik pohon strawbery milik sendiri.
- ikut tumpangan truk sapi ke Purwantoro. Duduk di jerami di belakang sapi... sing penting gak kena kletong... maklum gak ada grap/ gojek.
- ketemu dan cerita- cerita dengan kawan masa kecil yang sudah besar anak- anaknya.
- ketemu banyak para petani utun. Yang begitu jauh mereka dari: kesombongan, kedengkian, kegengsian, sikap dibuat-buat, dan kompetisi harta materi.
- Menembus kabut tanjakan Cemoro Kandang di lereng Gunung Lawu... mampir sejenak lihat orang nyuci wortel di Cemoro Sewu. Beli strawberi sebungkus dan sate kelinci.
- Lewat Pinggir Sarangan sambil lihat kuda-kuda. Giliran dicegat pintu masuk tiket cukup bilang "arep nyekar pak dhé" langsung dibolehkan lewat ... monggo masuk langsung mawon.
- rioyo ono ndeso... golek jadah, ampyang rengginan, gedang, roti mari, penuh makanan. Full panganan. Mengenal keluarga dan handai tulan.
- sudah gak merokok. Padahal dahulu ahli tingwé. Sampai cari batang cigaret di kuburan -kuburan yang ditinggal wong nyekar di atas batu nisan...
Alhamdulillah... segala puji bagiMu... ya Rabb.
Catatan, 23 Ramadan 1440 "wa ammma binikmati rabbika fahaddits !"
.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar