Abu Hasan

مجموعة الاسلامية على نهج سلف الأمة

Minggu, 29 Maret 2020

Sportif, Legowo

,
*Ayah dan ibu anda* sudah biasa mewarning anda sejak kecil: "agar tidak bermain dengan si fulan yang dikenal nakal", "jangan pulang larut malam", "jalan harus di pinggir ya", "jangan mencuri" dsb.
*Di perusahaan, pabrik,* pasti ada warning; "awas tegangan tinggi, wajib memakai helm standart, wajib mengikuti prosedur kerja, dilarang terlambat, zero accident obligation, wajib mengenakan safety, dilarang over taking,
hati² bahaya kelalaian. Dll.
*Di rumah sakit, puskesmas* juga mewarning masyarakat dari berbagai pengidap penyakit menular, bahkan di pusat pusat layanan kesehatan, betebaran warnig warning tersebut. Dan hal itu biasa; tutup mulut ketika bersin, gunakan masker, jangan bawa anak kecil, jangan buang sampah sembarangan, jagalah kebersihan, awas area radiasi dll.
*Di toko², pusat² perbelanjaan* juga ada. Dilarang merusak segel kemasan, wajib menitipkan tas, dilarang mencoba, dsb.
*Di jalan raya* lebih banyak lagi warning- warning. "Dilarang balik arah, dilarang parkir, lampu merah dilarang menerobos", wajib mengurangi kecepatan, awas tikungan tajam, awas daerah rawan kecelakaan, dll. Semua sudah pada maklum.
*Di masjid* juga. "Dilarang men-carge HP, HP wajib silent, wajib menghemat air, dilarang bicara saat khutbah berlangsung, dilarang menginap di masjid, anak kecil dilarang ribut", dsb.
Bahkan uniknya, di *kemasan rokok* juga ditulis dan digambar warning tersebut. Merokok dapat menimbulkan bla...bla...bla...
Adanya berbagai peringatan tersebut bisa diterima dengan legowo oleh masyarakat. Dengan lapang dada dan hati terbuka, mereka semua faham itu semua demi kebaikan dan ketertiban bersama. Semua orang juga faham itu semua bertujuan untuk tercapainya kemashlahatan.
Demi terciptanya kebaikan² bersama. Orang yang berakal sehat mampu memahami dengan baik semua maksud dari peringatan² tersebut.
Namun... nah.... ada namunnya rupanya. Kalau di ranah AGAMA ada warning², ada peringatan²... kok ada yang marah ya ??!! Ada yang emosi, tersinggung, tidak terima diberitahu peringatan² tersebut. Bahkan yang memperingatkan adalah nabi _shollallahu alaihi wasallam_ . Nabi memperingatkan "jauhilah bid'ah²", hati²lah dengan perkara² baru yang diada- adakan dalam agama, sebab setiap bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan menuju neraka." Kok.. tidak terima?. Kok tersinggung ?? Situ wrs ??
Kadangkala orang yang mendapati warning tersebut tersinggung dan marah besar bila mendengar kata- kata bid'ah atau upaya preventif dalam urusan agama dengan menjauhi pelaku dosa, apalagi penggiat perbuatan dosa. Harusnya disikapi biasa ajah sebagaimana menyikapi warning² yang lain. Sportif ajah.... logis...
Justru seharusnya senang bukan kepalang. Karena nabi sendiri yang memberi peringatan. "Wahai umatku jauhilah dosa" "wahai umatku jangan kalian rusak agamabini dengan bid'ah², lakukan saja yang telah kuajarkan. Terlalu banyak sunnah² yang telah kusampaikan yang belum kamu amalkan. Kok, repot² amat mengikuti bid'ah. Itu maksudnya warning nabi. Jika ada rambu² jalan seharusnya berterimakasih kepada dishub atau polisi. Trimakasih diperingatkan ada jurang. Terimakasih pak polisi sudah memperingatkan ada daerah rawan kecelakaan. Sudah seharusnya berterima kasih seperti itu. Nah.... lebih² lagi nabi sudah memperingatkan akan bahaya syirik, bid'ah, dosa², maksiyat... maka sudah LEBIH WAJIB untuk berterima kasih. Diperingatkan agar selamat dari neraka, diperingatkan agar masuk surga, kok marah... Situ wrs ?
Mungkinkah raga dan harta mereka lebih berharga dibanding agama dan akhiratnya ? So? Anda masih mau gegabah menimba agama dan pemahaman dari sembarang orang?
Sudah waktunya kita bersikap oyektif dan moderat, agar kita bisa menyikapi berbagai warning dan boikot atau karantina dalam kedua urusan; dunia dan agama ini secara proporsional dan obyektif.
Semoga menggugah kesadaran kita semua tentang indahnya manhaj salaf. Sportif mas.... Amiin
19okt2019

Tidak ada komentar :

Posting Komentar